BAB XX : PEMANAH

1.7K 122 42
                                    


Bukit Kelam, Kalimantan Barat, 22.00 WITA

Kalau Bayu mengingat-ingat, tadinya setelah ia naik helikopter, ia dan Mahesa yang kelelahan langsung terlelap tidur dan Kartika berjanji akan mengantar mereka pulang ke Jakarta.

Tapi ternyata di tengah jalan rencana itu berubah. Tiba-tiba saja helikopter berubah haluan dan mendarat di tengah hutan. Di sana, Kartika meminta Bayu turun dan berjanji akan menjemputnya kembali kalau pelatihannya sudah selesai.

"Pelatihan macam apa?" tanya Bayu.

"Danurwenda!" kata Kartika dan perkataan itu membuat Bayu terkesiap. Danurwenda adalah teknik yang dimiliki para pemanah top di era Mahabharata. Drona, Bisma, Arjuna, dan Adipati Karna semuanya memiliki Danurwenda. Ajian itu membuat bidikan mereka 100% tepat dan tidak pernah meleset meski membidik biji kacang dari jarak 1 kilometer sekalipun. Tapi setahu Bayu, pengguna Danurwenda terakhir di masa ini adalah ayahnya yang notabene sudah mangkat, jadi siapa yang bakal mengajarinya?

"Siapa yang punya Aji Danurnwenda selain ayahku?" tanya Bayu.

"Kau nanti akan temui dia sendiri. Sekarang aku harus antar Mahesa menemui guru yang lain. Kau ... baik-baiklah pada gurumu yang ini. Dia agak ... eksentrik!"

Pintu helikopter langsung ditutup dan Bayu bisa melihat Mahesa yang masih terlelap turut terbang bersama helikopter itu menuju ke arah timur sementara dia di sini ditinggalkan sendirian di hutan yang sepi, dingin, gelap, dan tanpa perbekalan pula.

"Sebetulnya aku ogah ditugasi jadi guru privat. Tapi gimana aku bisa nolak?" tiba-tiba terdengar suara seseorang dari atas pohon.

Bayu langsung menengadah dan melihat sosok pria berjaket hijau khas Jagawana – petugas penjaga hutan tengah duduk jongkok di atas dahan pohon bak seekor monyet besar. Bayu mengerjap-ngerjapkan mataya karena sepertinya ia mengenali sosok itu. Sosok itu segera melompat turun sambil bersalto dan sukses mendarat dengan bertumpu pada kedua tangan dan kakinya, persis monyet!

"Halo Irawan, perkenalkan saya Palgunadi!" ujar pria yang ternyata adalah sosok penyelamatnya di Pontianak tadi.

"Ah, ya. Saya Bayu Sutawijaya tapi ... Bapak boleh panggil saya Irawan," ujar Bayu.

"Aku panggil kamu Irawan saja, sama seperti aku panggil ayahmu Arjuna, sama seperti dia panggil aku Palgunadi. Sejujurnya aku senang sekali kamu mau sukarela datang kemari dan berguru padaku," kata Palgunadi.

"Sukarela?" batin Bayu, "Aku mah dipaksa kemari!"

"Jadi sekarang apa yang harus saya lakukan Pak Palgunadi?"

"Tidur!" kata Palgunadi riang sembari berjalan ke sebuah pohon besar dan langsung menyandarkan diri di sana.

"Errr Pak, apa kita akan tidur tanpa kantong tidur, tanpa tenda, dan juga tanpa selimut?" tanya Bayu ragu-ragu.

"Buat apa itu semua? Tak perlu! Sekarang tidur! Besok kita akan bermain-main dengan panah dan pedang!"

******

Pedalaman Sulawesi Selatan, 23.00 WITA

Mahesa masih mengantuk berat ketika Kartika membangunkannya. Saking mengantuknya, ia sama sekali tidak sadar di mana posisinya saat ini dan langsung turun dengan merangkak dari helikopter dan kembali tidur di lantai hutan yang lembab dan harum tanah.

"Ini Abimanyu atau Irawan?" tanya seorang pria berkaus kuning dan berjaket kulit coklat yang tengah berbicara dengan Kartika.

"Abimanyu," kata Kartika, "Kami di Dakara sangat mengharapkan bantuan Anda, Pak Mappangaraja. Tolong didik dia menggunakan Danurwenda."

"Kamu juga mau aku didik dia mencapai Triwikrama?"

"Apa Anda bersedia untuk itu?"

"Aku bersedia saja, masalahnya Palgunadi di sana bersedia atau tidak?"

"Kami akan membujuknya supaya ia mau mengajari Irawan Triwikrama pula."

"Baguslah! Jadi kita sepakat! Tinggalkan kami selama 3 minggu dan akan kubuat anak ini setangguh dirinya di masa lalu!"

*****

Denpasar, Bali, 23.30 WITA

Syailendra sampai di Bali menjelang tengah malam, sambil menunggu jemputan bersama Gempar, peretas yang ia pinjam dari Kanwa Corp. yang tampak terkantuk-kantuk, ia menerima sebuah pesan dari Kartika di arlojinya. Bunyinya : DUA PEMANAH SUDAH SEPAKAT MENGAJARI DUA BOCAH ITU DANURWENDA DAN TRIWIKRAMA. PERKIRAAN USAINYA PELATIHAN : SATU BULAN.

Syailendra tersenyum simpul sebelum akhirnya berdiri menatap langit malam Denpasar yang gelap gulita, "Bharatayudha akan segera dimulai kembali!", gumamnya.



BERSAMBUNG KE SANG AWATARA IV : KALI-YUGA

Sang Awatara III : TriwikramaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang