#Edisi Ramadhan: Mendadak Lupa Punya Istri

18.6K 1.4K 216
                                    

"Bang, besok jadi kan nemenin aku?"

Lagi. Pertanyaan yang sama. Feri sudah muak mendengarnya. Sebab Sara tak berhenti bertanya sejak malam kemarin, kemarin dan kemarinnya lagi. Haaah.

"Iya, Sar."

"Ckckckck." Tiara berdecak sambil geleng-geleng kepala. "Daddy gak so sweet! Gak kayak Om Fadlan sama Fadli!" Tuturnya. "Manggil istri itu yang manis dikit keek. Pakek nama sayang kek apa kek! Lah ini pakek nama!"

"Gak usah protes. Daddy ambil lagi kartu kreditnya nih," ancamnya lalu kembali fokus pada laptop.

Ando yang sedang lewat, terkikik mendengarnya. Tiara mencebikan bibirnya. "Daddy mah gitu ngancemnya." Ia mencibir. "Kalo gak ikhlas bilang dong, daad."

"Ya udah sini kartunya!"

"Daddyyyyyyyyyyy," ia berteriak manja. Feri geleng-geleng kepala. Tuh, dimintain juga gak mau ngasih kan?

"Mooom," ia merengek pada Sara. Wanita itu membawakan air putih pada Feri. Lalu duduk di samping lelaki itu.

"Apa lagi sih, Ya?"

"Daddy tuh!" Lapornya. Sara hanya geleng-geleng kepala.

"Bang," wanita itu berbisik. Tangannya memeluk lengan Feri. Feri hanya membalas dengan deheman. Pasalnya, ia sudah tahu kalau istrinya ada maunya. "Besok, dari pagi ya?"

"Heum."

"Nanti kan sekalian nyari baju buat kamu." Bisiknya lagi. Tapi Feri sudah tak percaya. Lelaki itu paham benar bagaimana itikad Sara ketika sudah belanja. Boro-boro beliin baju, inget suaminya juga kagak. Halah...halah...perempuan.

"Heum."

"Terus aku gak usah masak ya? Nanti beli aja ya?" Tawarnya. Ia paham benar kalau suaminya ini pemilih sekali kalau soal makan.

"Heum."

"Bang," panggilnya. Lagi-lagi hanya dibalas deheman oleh Feri. "Jangan ham-hem aja. Iya gak?" Lama-lama Sara bete juga.

Feri berdesis. Wanita itu terkekeh. Tahu kalau suaminya sudah bosan dengan lagu lama yang selalu ia bawakan tiap ada maunya. Iyalah! Kalau mau dituruti kan harus begitu.

"Iyaaaa." Jawab lelaki itu. Rasa-rasanya ia ingin pura-pura mati kalau sudah begini.

&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&

"Kak, udah mendingan?" Icha bertanya sembari memijit kaki lelaki itu.

Fadlan baru saja keluar dari rumah sakit beberapa hari yang lalu. Sampai hari ini, lelaki itu belum masuk kerja lagi. Karena yah....ban mobilnya dikempesin Ferril atas perintah istrinya sendiri. Wanita itu tak mau suaminya kerja dulu yah, minimal sampai lebaran lah. Lumayan kan? Kapan lagi, dia bisa menahan Fadlan di rumah seperti ini?

"Udah, yang." Ucapnya. Tapi entah kenapa sejak pagi, perasaannya tak enak. "Kamu lagi gak minta apa-apa kan?" Ia memastikan.

Icha cengengesan. Modusnya ketahuan rupanya. Ah...lelaki ini kalau soal yang begini aja peka banget!

"Kan udah mau lebaran nih, kak." Ia memulai wacana yang tertahan sejak kemarin-kemarin gara-gara lelaki itu sakit.

Muka Fadlan mendadak senewen. Sudah tahu lagu lama itu. Pasti gak jauh dari dompetnya!

Sementara Icha sudah menempel di samping lelaki itu. Memeluk lengannya dengan erat sambil cengengesan. "Satuuuuuuu aja, kak." Pintanya dengan wajah super memelas. Meminta kartu kreditnya maksudnya. Fadlan langsung mendengus. Menyesal menerima pijitan gratis yang ternyata berujung sesuatu itu. Haah istrinya tak ikhlas ternyata.

Keluarga AdhiyaksaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang