Sejujurnya Aku Rindu

20K 1.2K 98
                                    

Terkadang wanita terlalu sulit untuk mengatakan betapa ia merindukan lelakinya.
---Caca---

♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥

Seringnya ia menunggu. Duduk di ruang tamu. Gelisah. Mengintip jam dinding di ruang keluarga. Lalu beralih ke pintu. Namun suara mobil tak kunjung meramaikan halaman rumah. Tapi ketika suara mobil itu benar-benar muncul, bukannya membukakan pintu, ia malah mengintip ke jendela lalu berlari pelan menuju kamar dengan perut buncitnya.

Lelaki itu pulang dengan wajah kusut dan lelah. Tergesa-gesa membuka pintu lalu berjalan menuju kamar yang telah pindah ke lantai bawah sejak tahu Caca hamil lagi.

Matanya memincing ketika membuka pintu kamar dan memergoki Caca yang kasak kusuk menutupi diri dengan selimut. Wanita itu berdeham-deham karena ketahuan belum tidur. Alih-alih merasa malu karena kepergok belum tidur, ia malah memasang wajah senewen. Pura-pura kesal atau marah karena ketahuan adalah alasannya untuk menyembunyikan kekhawatiran yang sebenarnya. Dan lama hidup dengan Caca, membuat Fadli tak pernah ambil pusing dengan sikap istrinya. Ia terima wanita itu apa adanya.

"Aku perhatiin, kamu pulang malem terus." Ketusnya seperti biasa, dengan nada jutek. Padahal maksudnya bukan seperti itu. Ia berbicara seperti itu padahal sebenarnya ia sedang khawatir. Amat sangat khawatir.

Fa, kamu capek pulang malem terus?

Tapi ia tak bisa bilang seperti itu. Ia sulit mengatakan isi hatinya yang sebenarnya. Lebih senang menyembunyikannya dalam hati. Menyimpannya sendiri. Lelaki itu tak perlu tahu sebesar apa rasa cintanya.

"Biasa, hon. Kerjaan aku kan banyak." Jawabnya pelan sambil membuka jas lalu melemparnya ke keranjang pakaian kotor.

Caca hanya menatapnya dengan seksama. Lelaki itu tampak lelah sekali malam ini. Padahal biasanya, jika ia kepergok belum tidur begini, Fadli pasti menggodanya dengan hal-hal mesum yang diluar logika Caca. Hal kecil yang terkadang dirindukan wanita itu seperti saat ini. Seperti saat melihat wajah lelah lelaki ini. Mungkin ia baru sadar jika selama ini, Fadli terlalu pandai menyembunyikan wajah lelahnya. Tapi malam ini tidak. Ia terlampau lelah. Belum sempat tidur sejak malam kemarin. Bahkan jam empat nanti ia harus segera berangkat ke Bandung. Tapi ia sempatkan pulang agar wanita ini tak mencurigainya macam-macam. Yah, nyatanya se-playboy apapun Fadli dulu, kini ia tak bisa macam-macam. Malah khawatir kalau istrinya digoda lelaki lain.

"Aku mandi dulu. Kamu tidur aja, hon." Tuturnya lalu masuk ke kamar mandi.

Caca menghela nafas. Lalu ia bangkit pelan-pelan dan meraih jas lelaki itu. Ia cium sesaat jas itu hanya untuk memastikan tak ada jejak perempuan disana. Hal konyol yang ia sadari sejak menikah dengan lelaki itu. Aneh. Tapi setelah melakukan itu, ia selalu tersenyum. Lelaki itu bisa dipercaya walau terkadang Caca terlalu berlebihan dalam bersikap. Terutama menjaga lelaki itu. Mengawasinya dimana pun. Namun bukan berarti ia tak percaya.

Dan saat Fadli keluar dari kamar mandi, ia jumpai baju tidur di samping istrinya yang memejamkan mata. Mengambilnya lalu memakainya dan ikut berbaring di sebelahnya. Tanpa menyadari mata perempuan yang menyipit di sebelahnya. Terpasang senyum di bibir. Minimal, ia bisa sedikit melayaninya ketika lelaki itu lelah dan ia mengantuk hingga terlelap. Namun hatinya tak pernah berhenti berdoa. Tuhan jaga ia untukku. Aku sangat mencintainya.

♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥

Duduk. Mata menatap televisi tapi pikiran melayang entah kemana. Sesekali mencuri-curi pandang ke arah jendela namun tak menemukan apapun disana. Hingga ia lelah dan memilih duduk setelah menghela nafas panjang. Lalu mengangguk-angguk bodoh sebab baru ingat jika suaminya tak kan pulang sampai besok pagi. Lelaki itu ke Bandung selama dua hari. Itu artinya, ia tak kan menjumpai wajah lelahnya atau deru mobilnya yang memasuki halaman rumah. Atau senyum mesum lelaki itu. Atau betapa petakilannya Fadli. Atau rayuannya yang tak mempan sama sekali. Tapi sialnya, Caca merindukan itu semua. Ia rindu Fadli-nya.

Keluarga AdhiyaksaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang