Chapter 21 (Revisi✔️)

9K 1K 56
                                    

Liam tertegun di atas kudanya memandangi Zayn yang hilang di kegelapan hutan. Ia masih tidak percaya bahwa pada akhirnya ia akan berduel dengan Pangeran Scandinova itu. Tapi jika Liam memang harus melakukan ini, ia tidak akan ragu untuk membunuh Zayn nantinya. Asalkan ia bisa bersama-sama dengan Amanda.

"Liam." seseorang menyahutnya.

Pun Liam langsung menoleh ke belakang. Dilihatnya gadis bertudung kuning yang muncul dari balik pepohonan.

"Lily?? Kau ada disini?" Liam langsung turun dari kudanya dan berjalan menghampiri Lily.

Gadis itu terlihat panik dan khawatir, "Aku mohon padamu... jangan bunuh dia."

"Lily...—"

"Liam, aku mohon padamu. Sekali ini saja." rintihnya.

"Tapi ia—"

"Aku mencintainya. Aku sangat mencintainya, Liam. Kumohon padamu jangan sakiti Zayn."

Kening Liam mengerut dengan cepat, "Kau mendengarnya?"

Putri Lily mengangguk, "Aku mendengar semuanya."

"Ia berniat untuk membunuhku."

Lily tertegun. Ia juga tahu bahwa Zayn akan melakukan hal yang sama terhadap Liam. Orang yang ia cintai itu akan membunuh kakaknya. Tapi Lily tidak ingin hal itu terjadi. Lily tidak ingin kehilangan Zayn ataupun Liam.

Ia harus menghentikan hal ini sebelum terjadi. Tapi bagaimana caranya?

Detik itu pula Lily menitikan air matanya. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya jika salah satu atau bahkan keduanya terluka.

"Lily... kau tidak perlu khawatir." Ujar Liam seraya menyentuh pipi Lily. Sungguh ia tidak tega melihat adiknya menangis. Sudah terlalu sering gadis itu menangis untuk Zayn—juga dirinya.

"Aku tidak akan membunuhnya." Lanjut Liam. Seketika itu pula ia menarik Lily dalam pelukannya. "Kau tenang saja. Aku berjanji padamu. Aku tidak akan membunuhnya."

***

Pagi ini Zayn telah menyiapkan dirinya untuk bertarung melawan Liam malam ini. Ia juga sudah menyiapkan diri untuk terjun ke medan perang esok hari sebelum fajar tiba.

Semua persenjataannya sudah lengkap. Hanya tinggal menunggu strategi berperang dari Harry. Hanya saja Pangeran Emperall itu belum menunjukkan batang hidungnya sampai sekarang. Padahal ia berjanji bahwa satu hari sebelum peperangan dimulai, ia akan datang untuk mengadakan rapat.

"Bagaimana? Kau sudah bertemu dengannya?" tanya Zayn begitu salah seorang kaki tangannya datang menghadap padanya.

"Belum, Yang Mulia. Pangeran Harry tidak ada di istananya. Para pelayannya juga tidak tahu kemana ia pergi."

Ini aneh. Tidak seperti biasanya Harry seperti ini. Kemana pria itu pergi? Mengapa disaat-saat genting menuju peperangan begini ia justru tidak ada? Ia ingin menang melawan Eastfield atau tidak?

"Bagaimana dengan Sir Louis? Apa ia juga bersamanya?"

"Tidak, Yang Mulia. Bahkan Sir Louis juga tidak tahu dimana keberadaannya sekarang."

Aneh. Benar-benar aneh. Biasanya Sir Louis selalu bersama Harry. Namun mengapa kali ini tidak demikian?

Sementara itu Kendall mendengar pembicaraan Zayn dengan kaki tangannya barusan. Ia juga jadi bertanya-tanya, kemana Harry disaat-saat seperti ini? Pria itu selalu tidak ada disaat orang-orang membutuhkannya. Termasuk oleh Kendall. Tanpa ia sadari, ia membutuhkan Pangerannya itu.

Ah, si bodoh itu pasti sedang bersenang-senang. Pikirnya.

Detik itu pula Kendall langsung pergi mengambil mantel putihnya dan pergi dengan menunggangi kuda milik Demetria—karena kudanya sedang cedera sekarang.

The Secret Affairs (REVISI ✔️ - One Direction Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang