Bagian 12

341 35 2
                                    

   Pagi itu kelas 12 IPA 3 terasa lebih ramai dari biasanya. Semuanya tetap berada di kelas ketika break seusai bimbingan belajar pagi. Sepertinya ada rencana baru yang disusun oleh warga kelas.

   Aku tak terlalu ingin tahu akan hal itu, yang aku cari tahu saat ini adalah apakah aku tadi di'alpa' atau tidak ketika tak mengikuti bimbingan belajar pagi. Secepat kilat aku menyambar papan daftar hadir di pojok kelas dan melihat namaku.

   "Ya ampun Ara, kamu bolos bimbel lagi? Helloow, ini udah ke empat kalinya loh kamu di-Alpa?? Hati-hati, pasti habis ini kamu dipanggil ke ruang BK!" Teriakan Jeje memekakkan gendang telingaku. Ya, cowok berketurunan Tiong Hoa ini sepertinya selalu hafal tentang berapa kali masing-masing temannya tidak mengikuti bimbel pagi.

   Aku hanya membalasnya ketus, "Bukan urusanmu."

   Kemudian aku melihat huruf A sejajar dengan namaku. A bukan sebagai simbol nilai A, namun sebagai simbol Alpa atau tidak hadir. Ya, untuk ke empat kalinya di bulan ini aku dialpa. Sungguh keterlaluan teman-teman di sini. Kenapa mereka tak berteriak "Ada bu!" Ketika nama Kusuma Ara Rinjani dipanggil?

   Dasar manusia, mereka memang terlalu egois untuk melakukan hal seperti itu. Namun aku juga tak bisa menyalahkan mereka, karena kali ini memang salahku sendiri yang bangun kesiangan akibat semalam begadang guna mempelajari struktur tanah di area tambang Tumpang Pitu.

   Bukan, bukan berarti semalam aku berkunjung ke Tumpang Pitu, aku hanya mempelajari melalui buku dari Fahri dan puluhan jurnal yang aku akses dari internet. Itu sudah cukup bagiku untuk mengetahui seperti apa struktur tanah di sana dan bagaimana gambaran kandungan uranium yang berada di dalamnya. Meskipun Tuan-R menyuruhku untuk segera fokus ke daerah Palangkaraya, aku tetap saja penasaran dengan area Tumpang Pitu. Tempat itu bagaikan magnet yang menyedot tiga per empat perhatianku.

   "Eh, Ara, kamu ikut tidak?" Tepukan tangan Alfa di bahuku mengejutkan saraf pacciniku sehingga refleks aku menoleh ke arahnya.

   Aku hanya melongo keheranan, nampaknya ekspresiku sangat bodoh kala itu hingga Alfa tersenyum geli melihatku, "Ehm.. Ikut? Ikut apa ya, Fa? Kemana?"

   "Aduh, kamu melamun terus sih, makanya, fokus dong, Ra!" Ungkap Alfa sambil mengerucutkan bibirnya. Ia nampak seperti anak bebek sekarang.

   "Ara itu nggak fokus lagi karena mikirin aku, Fa. Hahaha. Iya nggak, Missy?" Kalimat itu meluncur dari makhluk yang sedang berada di sampingku saat ini. Ya, siapa lagi kalau bukan Medio Arraka, dengan segala kecongkakannya.

   "Anak kelas 12 IPA 3 mau mengadakan acara camping di gunung Ijen, Missy. Bagaimana, mau ikut, tidak?" Raka melanjutkan celotehnya sambil menjelaskan acara itu kepadaku.

   Gunung Ijen, salah satu gunung paling aktif di Pulau Jawa yang mempunyai daya tarik berupa Api Biru di kawahnya. Api Biru yang hanya dapat dilihat di dua tempat di dunia, yakni di Banyuwangi dan Finlandia. Sebenarnya aku penasaran dengan gunung itu, tapi, tidak untuk saat ini. Masih banyak tugas pentingku yang harus kuselesaikan daripada pergi camping bersama teman-teman.

   "Bagaimana missy, ikut ya? Ya? Ayolah! Aku bonceng, deh! Jangan khawatir, Missy." Raka terus merayuku dengan segala bujuknya. Aku lalu teringat dengan luka perih di kakiku. Luka yang timbul ketika pergi bersama Raka, dan aku tak mau hal itu terjadi lagi.

   "Nggak ah, aku capek, Raka." Aku menolak ajakannya dengan sabar, berharap agar dia mau menerima alasanku.

   "Capek? Acaranya masih hari Sabtu depan ini kok, Missy. Masih ada tujuh hari lagi untuk menghilangkan rasa capekmu itu." Ungkap Raka diakhiri dengan kedipan matanya yang menjijikkan itu. Lucu sekali. Lama-kelamaan ekspresi itu terus melekat di ingatanku. Walau menjijikkan, entah mengapa aku menyukainya-

LATENTOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz