Day 24

154K 9.7K 235
                                    

Harris' POV

"Gila, rame banget ya. Sumpek." Winnie mengibaskan rambutnya kebelakang.

"Iya gue juga gak tau bisa rame peminat gini." Gue melangkah maju sambil terus menggenggam tangan Winnie. Kita berdua lagi ada di acara pensi sekolah. Wajar aja banyak pengunjung, guest starnya bagus-bagus sih.

DJ Yasmine salah satunya. Itulah yang membuat banyak banget peminat untuk dateng ke pensi ini. Jam menunjukkan pukul 20.30. Panggung beserta lightning dan effect api serta asap memeriahkan acara. Teriakan dan sorakan orang-orang bisa kedengeran dari luar sekolah.

Gue takut Winnie merasa nggak nyaman disini. Ditambah, banyak orang yang keringetan dan lompat-lompat menikmati lagu EDM yang DJ Yasmine mainkan.

"Mau minum?" Tanya gue. Winnie menggeleng. Tatapan wajahnya begitu polos. Celana jeans dan kemeja longgar warna biru muda membuat dirinya cantik natural, berbeda dengan cewek-cewek yang lagi asik lompat-lompatan dibawah panggung. Sedangkan gue, hanya bisa memandangi bibir mungilnya yang terus bergerak setiap kali ia mengeluarkan suara. Bedanya, kali ini bibir Winnie berwarna pink karena dipoles lipgloss atau semacamnya, gue nggak ngerti.

"Nyesel dateng?" Tanya gue lagi.

"Nggak kok. Gak apa-apa." Jawabnya. Gue hanya mengangguk. Jujur gue sendiri nggak tau apa yang harus perbuat. Kalau gue ajak Winnie kedepan, belum tentu dia suka sama suasananya. Kalo gue ajak Winnie mundur, ngapain kita dateng dong?

"Lo nggak sama temen-temen lo aja?" Tanya Winnie memecah keheningan. Ya, walaupun suasana disini ramai luar biasa, tapi atmosphere diantara kami berdua begitu awkward.

"Nggak. Nanti lo sendirian" jawab gue.

"Lo nyesel ya ngajak gue?" Tanya Winnie.

"Hah?"

"Lo nyesel ya ngajak gue?!" Winnie mengulang pertanyaannya. Gue denger kok. Seberisik apapun disini, gue akan selalu denger perkataan yang keluar dari mulut Winnie malam ini. Entah kenapa, malam ini beda. Ada sesuatu yang mengganjal di hati gue. Nggak enak rasanya.

"Nggak kok" jawab gue sambil tersenyum, mencoba mencairkan suasana. "Kalo lo mau ikut lompat-lompat, bilang yaa. Nanti gue temenin kesana"

Musik EDM masih terus terdengar begitu kencang sebagai backsound diantara kami berdua.

Winnie mengangguk. Suasana kembali hening. Gue cuma bisa ngeliatin orang-orang yang berlalu lalang disekitar gue karena lokasi gue berdiri adalah dipojokan, jauh dari hingar bingar didekat panggung.

"Harris"

"Ya?" Gue langsung menoleh kearah Winnie. Duh, kenapa perasaan gue makin ga enak gini? Dan kenapa tatapan Winnie jadi sendu kayak gini sih?

"Sebenernya, gue udah tau semuanya."

"Tau apa?" Jantung gue mulai berdetak nggak karuan. Apa maksudnya? Tau apa?

Winnie manatap gue tajam. Sumpah, gue pengen banget bisa baca fikiran dia. "Gue tau lo jadiin gue bahan taruhan sebuah dare. Iya kan?"

Damn it!

"Taruhan?" Gue menggaruk leher, nggak tau apa yang harus gue jawab sekarang. Please banget Win, ini waktunya nggak tepat. Dan kenapa juga Winnie bisa tau?

"Gak usah dijawab" kata Winnie. Lalu Winnie membuang muka. "Gue udah tau jawabannya. Gue enggak nyangka ternyata lo kaya gini."

"Maaf Win, gue bisa jelasin semu--"

Sebelum gue bisa melanjutkan omongan gue, Winnie udah pergi duluan. Meninggalkan gue. Mau nggak mau gue segera berlari mengejar Winnie. Gue berlari sampai di lobby sekolah, dan Winnie udah nggak ada. Dan tiba-tiba dekorasi sekolah gue yang tadinya dihias dengan spanduk pensi sekolah, kini hancur berantakan dan berubah menjadi bercak darah dimana-mana.

30 Days With The Bad BoyWhere stories live. Discover now