Dear (Future) Husband

57.1K 4K 99
                                    

Now...

Naira berjalan mendekati suaminya yang sedang memakai baju kantornya. Hari ini dia harus menjalani kehidupan seperti biasa karena cuti setelah menikah sudah habis. Hanya statusnya yang berubah, yaitu menjadi seorang istri. Naira bertekad untuk berusaha menjadi istri yang baik untuk suaminya.

"Biar Nai bantu, Kak." Naira mengambil alih dasi yang di pegang suaminya. Dia melingkarkan dasinya ke leher suaminya dan langsung membentuknya.

Reza hanya tersenyum melihat tingkah istrinya itu. Dalam hati Reza bersyukur karena perhatian Naira.

"Selesai.." Naira tersenyum ke arah Reza. Dan Reza mengucapkan terima kasih kepada istrinya itu.

"Kak, boleh aku minta sesuatu?" Ada perasaan tidak enak saat Naira mengucapkan itu. Namun kejujuran adalah salah satu fondasi utama dalam pernikahan.

Kening Reza mengkerut, lalu kepalanya mengangguk.

"Jadilah pengacara yang 'bersih'. Jangan hanya membela yang kuat dan mengabaikan yang lemah. Jadilah penegak kebenaran, karena selamanya kebenaran adalah kebenaran." Naira diam sejenak, lalu melanjutkan kalimatnya. "Demi Allah, aku masih bisa menahan lapar dari pada menerima nafkah yang tidak halal."

Selama ini Naira berfikiran kalau pengacara itu adalah salah satu profesi yang riskan. Dia takut kalau suaminya membela seseorang yang salah-karena kliennya. Dan malah menentang kebenaran.

"Demi Allah, Kakak juga tidak akan membiarkan istri Kakak kelaparan. Insya Allah, Kakak bekerja di jalan-Nya." Reza menangkupkan kedua tangannya ke wajah Naira. "Ich liebe dih." Gumamnya.

Naira yang mendengar suaminya berkata seperti itu tersenyum. Dia yakin kalau pipinya itu sudah memerah.

"Senyum-senyum, memangnya tahu artinya?"

Naira mengangguk. "Aku cinta kamu, kan?"

"Aku cinta kamu juga." Reza tersenyum bahagia telah menggoda istrinya itu. Reza melihat wajah Naira yang memerah karena ulahnya.

"Genit." Naira mencubit pinggang Reza. Reza merintih kesakitan, sedangkan Naira yakin kalau cubitannya itu tidak berarti apa-apa untuk tubuh suaminya itu.

"Kamu mau Kakak laporin ke komnas HAM atas tuduhan KDRT?"

"Huh susah kalau sama pengacara, apa-apa nuntut." Naira berdecak kesal. Reza yang mendengarnya terkekeh geli.

***

Naira mengedarkan pandangannya ke anak muridnya. Saat ini sedang ada perayaan hari ibu di sekolahnya itu. Dia ditugaskan untuk menjaga ruang 1 untuk salah satu lomba di perayaan itu. Anak-anak didiknya itu sibuk melukis, ada yang membuat karangan, dan juga ada yang latihan menyanyi. Semuanya berkaitan dengan 'ibu'. Juara 1,2, dan 3 akan ditampilkan dipuncak acara perayaan itu.

Namun saat ini pandangannya dia fokuskan ke salah satu anak didiknya yang bernama Lulu. Waktu sudah berjalan selama 30 menit, namun anak itu sepertinya belum melakukan apa-apa. Lalu Naira menghampirinya.

"Lulu mau buat apa?" Tanya Naira. Tangannya mengelus puncak kepala anak itu dengan sayang.

"Mau buat karangan, Bu. Tapi Lulu bingung."

Naira menautkan alisnya, lalu tersenyum. "Buat aja karangan bagaimana Ibu Lulu sehari-hari."

Lulu mengangguk. Lalu dia meminta izin kepada Naira untuk pergi ke toilet. Naira pun mengizinkan.

Lama. Anak itu belum kembali dari toilet. Naira sedikit khawatir kepadanya. Dia berniat untuk melihatnya. Takut terjadi sesuatu.

Naira melihat seorang anak kecil dengan pakaian putih-merah sedang menangkupkan wajahnya di kedua lututnya. Dia yakin kalau itu adalah Lulu, anak didiknya. Tapi langkahnya terhenti saat Naira mendengar suara isakan dari anak itu. Dengan cepat Naira langsung menghampirinya.

Ana Uhibbuk Yaa ZawjiyWhere stories live. Discover now