Training Ramadhan dan Putus

57.8K 3.8K 24
                                    

Naira terlihat sibuk mengisi formulir pendaftaran organisasi di sekolahnya. "Lo yakin mau ikut OSIS?" Tanya Lita, teman sebangkunya yang terlihat heran. Naira hanya menganggukkan kepalanya.

Menurut Naira organisasi itu penting. Dia ingin belajar cara beretorika -cara berbicara dengan orang banyak- dengan baik. Ilmu organisasi tidak didapatkan dari pelajaran sekolah.

"Apa ada yang lo suka dari senior kita di OSIS?" Naira tertegun, bisa-bisanya temannya itu berbicaa seperti itu. Terlalu picik menurut Naira kalau mengikuti suatu kegiatan hanya karena seseorang. Apalagi itu karena masalah... Orang yang disukai.

"Kenapa lo ngomong gitu?" Tanya Naira. Sejujurnya dia sedikit kesal dengan teman yang baru dikenalnya beberapa hari ini.

Lita mulai berfikir untuk memberikan jawaban yang tepat. Sebenarnya Lita tidak enak hati dengan Naira karena sudah bertanya seperti itu. "Gue ngeliat lo senyum-senyum sendiri pas habis ngobrol dengan salah satu senior." Jawab Lita ragu.

Naira kaget. Kapan dirinya senyum-senyum sendiri. Seingatnya dirinya itu menahan maluuu karena... Yah you know lah.

Selesai mengisi formulir, Naira dan Lita bergegas pergi ke masjid sekolahnya untuk mengikuti training Ramadhan. Sebelumnya dia simpan formulir itu di kolong mejanya yang nanti akan dia berikan ke seniornya. Uh pasti bakal ngebosen nih ceramahnya, mending gue milih tempat yang enak buat tidur. Ujar Naira dalam hati.

Tidak seperti yang Naira fikirkan. Ceramah kali ini membuat Naira mendengarkan dengan khidmat. Begitupun dengan teman-temannya. Malahan teman-temannya itu terlihat sangat antusias mendengarkan.

"Islam mengatur jelas hubungan laki-laki dan perempuan. Tidak ada pacaran dalam islam."

Deg! Kata-kata ustadz yang sedang berceramah menohok hatinya.

"Di dalam al-qur'an di sebutkan wa laa taqrobuz zinah. Dan janganlah kamu mendekati zina. Mendekatinya saja dilarang apalagi sampai benar-benar melakukannya. Na'udzubillahi min dzalik."

Zina? Tapi aku masih dalam tahap wajar. Pacaranku masih tergolong pacaran sehat. Sebadung-badungnya aku, aku masih bisa jaga diri. Ujar Naira dalam hati.

"Setiap anak Adam telah ditakdirkan bagian untuk berzina dan ini suatu yang pasti terjadi, tidak bisa tidak. Zina kedua mata adalah dengan melihat. Zina kedua telinga adalah dengan mendengar. Zina lisan adalah dengan berbicara. Zina tangan adalah dengan menyentuh. Zina kaki adalah dengan melangkah. Zina hati adalah dengan menginginkan dan berangan-angan. Lalu kemaluanlah yang nanti akan membenarkan atau mengingkari yang demikian." (HR. Muslim no. 6925)

Astagfirullah.. Berkali-kali Naira beristigfar. Dia mungkin tidak melakukan zina 'besar' tapi bisa jadi selama ini dia melakukan zina-zina yang lain.

***
Islam mengatur jelas hubungan antara laki-laki dan perempuan. Tidak ada pacaran dalam islam.

Kata-kata itu terngiang di otaknya. Berkali-kali Naira mengusap wajahnya frustasi. Lalu dikuatkan hatinya untuk mendial nomer telpon itu.

"Halo..." Ucapnya saat panggilan itu terangkat.

".........."

"Fahmi, aku mau kita putus!" Naira menggigit bibir bawahnya. Sebisa mungkin tangisnya dia tahan agar seseorang disebrang sana tidak mendengarnya.

"..........."

"Maaf."

Tut.. Tut.. Tut..
Sambungan itu terputus. Tangisnya kembali pecah. Ditelungkupkan tangan kanannya di depan mulut agar orang tuanya tidak mengetahui kondisi Naira yang sebenarnya. Perlahan-lahan isakannya terhenti karena dirinya sudah lelah untuk menangis dan dia mulai terlelap.

Ana Uhibbuk Yaa ZawjiyWhere stories live. Discover now