5

76 5 0
                                    

Dapat dibaca sampai end di Karyakarsa.

Sampai 26/April/2024, cerita ini sedang masuk ke dalam event, dimana kalian bisa membeli karya ini dengan harga 20ribu rupiah saja [** Beli melalui sistem paket. Klik Paket pada beranda Qeynov & cari judul Dipaksa Kawin!

**


Arsen meyandarkan kepala ke sandaran jok. Ia memandang kagum rumah Kevin dari dalam mobil. Andai saja Kevin bukan anak dari sahabat papanya, bukan juga anak dari orang kaya, udah Arsen santet si Kevin karena berani banget kasih perhatian ke Rachell.

"Bangsat, emang! Anak The Rich Jakarta Men, mau gue santet. Mentallah tuh santet!"

Kaya? Beuh, jangan ditanya. Papa Kevin emang orang kaya turun-temurun. Keluarga mereka masuk ke dalam jajaran pengusaha top yang pasti akan diwariskan ke Kevin. Secara anak dan cucu satu-satunya. Ngeri nggak, sih? Ngeri beud, dah!

Tenang-tenang, Arsen juga cucu tunggal dari Opi Rio yang paling baik. Alhamdulillah-nya nih, papanya— Brandon, nggak punya saudara, jadi warisan dari keluarga Ardiasnyah udah pasti jatuh ke tangan dia seorang.

Arsen terkekeh, geli sendiri mengingat dia juga seorang pangeran mahkota berkantong tebal. Dengan percaya diri, anak lelaki Brandon Ardiansyah itu keluar dari mobil, lalu masuk ke rumah Kevin.

"Assalamualaikum, Arsen tampan dateng mau maen, Tante."

Vanessa—Mama Kevin, tersenyum hangat menyambut kedatangan Arsen. Wanita yang masih ayu di usia kepala tiga itu memberitahukan keberadaan Kevin dan Faza.

"Weh, Si Bos, udah dateng," teriak Faza membuat Arsen menengadahkan kepala—angkuh. Berasa mafia dia, dateng-dateng disambut sama meriahnya respons Faza yang luar biasa.

"Lah, kok pada di sini? Ke depan ae, yok! Gitar-gitaran apa main gundu gitu kek, di depan rumah."

"Aelah, Sen! Bilang aja mau lihatin si Rachell. Pake alibi segala lo, Idung Babi!"

Arsen meringis. Paling bener emang, si Faza. Ketahuan banget apa ya, niatnya dia mau mata-matain si Rachell? Arsen menggaruk kepala. Benar sih, dia main ke rumah Kevin karena sedari pulang sekolah tak melihat batang hidung Rachell berkeliaran di komplek rumahnya. Berhubung Arsen pintar, ia telah menebak jika Gigi Pager kecintaan pasti pulang ke rumah.

"Masih di rumah omanya dia. Gue liat-liat rumah depan sepi."

Anjir! Sotoy sekali Kevin. Arsen hendak melayangkan protes terkait betapa perhatian sahabat karibnya itu sampai tahu jika Rachell belum menginjakkan kaki di rumah.

"Lo kalau mau nik ...." Kalimat Arsen terhenti kala mendengar nada panggilan dari ponselnya.

Ampunilaaah! Mama-Papa Arsen galak! Sukanya ena-enaa!

"Buset, Tante Icha nelepon." Faza terkekeh, teramat tahu siapa pemilik nada dering spesial setingan Arsen.

"Hal ...."

"Pulang kamu! Angel nih, nangis nyariin kamu!"

Arsen sampai menjauhkan ponselnya. Sungguh mahadahsyat suara sang mama, tanpa teriak saja kuping Arsen langsung panas.

"Bang, kut!"

"Hii, Angel ...." Faza bergidik ketika tak sengaja mendengar jeritan Angel.

"Bang Faa ...." Suara Angel terdengar langsung antusias dari seberang sana. Iya, Faza adalah cowok idaman Angel.

Arsen menggelengkan kepala. Si cabe sungguh aktif, padahal masih memakai popok. "Diem, Piyik! Jangan gatel sama sohib gue!" hardik Arsen, membuat Faza langsung melayangkan dua jempol.

Icha yang tidak terima anak kesayangannya dimarahi bereaksi keras. Ia berteriak sembari mengancam Arsen jika tidak segera hengkang dari rumah Kevin. Aksi bar-bar itu nyatanya juga didukung oleh kepala suku yang selalu kalah dengan sang istri. Kontan saja Arsen segera berlari.

"Woii, Sen, mau ke mana lo?"

"Balik, anjir! Tugas negara ini."

Faza menganggukkan kepala berulang kali. Mencoba memahami tugas Arsen. "Dia emang kepala negara mana, Kev?" tanya Faza polos, sepolos anak bayi yang baru lahir.

"Negara Api."

"Ah, ngaco Si Kevin. Avatar kali ah, dia."

"Si Goblok!" desah Kevin, miris.

*

"Astaghfirullah, Gigi Pager! Kalau gue mati, gue gentayangin lo." Arsen kaget kala melihat Rachell keluar dari pagar rumahnya. Ia baru mau teriak ke Mang Sardi, eh, malah lihat bidadari. Rejeki memang nggak ke mana.

Rachell memutar bola mata. Yang begini mau dijadiin calon suami? Hih! Nggak level lah yaw!

"Cupu, kesayangan Arsen. Kalau aku mati siapa nanti yang bakal nikahin kamu. Nanti jadi perawan tua, loh. Udah cupu, perawan lagi sampai akhir hayat. Kan ngenes."

"Arseeen!"

"Apa?" tantang Arsen sembari melirik Rachell.

"Apaan? Yang teriak Papi tuh dibelakang lo. Bukan gue. Buta ya, lo? Dari tadi gue diem juga!" jawab Rachell sambil memberi kode pada Arsen jika papinya, Willy, ada di belakang anak itu.

"Kurang ajar, ya, kamu doain anak Om jadi perawan tua! Mana ngatain cupu lagi. Kamu, kan, calon suaminya. Belum pernah Om santet, kan, kamu? Sini Om santet!"

"Om, ampun, Om! Ampun Papi Mertua, ampuuun!" teriak Arsen sembari memegangi lengan Willy yang sedang menarik daun telinganya.

"Jangan santet Arsen, Om. Nanti anak Om jadi perawan tua beneran karena jodohnya mati terkena santet kejam calon Papi Mertua."

Mang Sardi di pos satpam terbahak mendenar penuturan anak majikannya.

Willy menggelengkan kepala. Ia melepaskan jeweran di kuping Arsen. Selain karena lelah menghadapi tingkah Arsen, Willy juga masih sayang nyawa karena takut pada mama lelaki muda itu.

"Papi, ayo pulang. Rachell udah ngomong ke Tante Icha kok," ajak Rachell karena terlalu malas kalau harus berdekatan dengan Arsen dan segala tingkah rusuhnya.

Arsen mengernyitkan kening. Ngomong? Ngomong apa, coba, Rachell ke mama? Tak mau mati mendadak karena rasa ingin tahu, Arsen segera berlari. Ia tak peduli dengan mobilnya yang terpakir di depan gerbang rumah.

"Mama mana?!" tanya Arsen pada Mbak Marni. "Eh, Mbak, bentar!" Arsen mencekal tangan Mbak Marni setelah wanita itu memberitahukan keberadaan sang mama. "Tadi Rachell ke sini ngapain?!"

Mbak Marni menggelengkan kepala tanda bahwa ia tak tahu.

"Ck! Elah!" decak Arsen setelah Mbak Marni berlalu.

"Den!" Mbak Marni kembali lagi, membuat Arsen mengangkat satu alis, "Mbak tadi cuman denger Ibu minta Mbak Rachell tinggal sini aja sewaktu Pak Willy ke London. Tapi Mbak Rachellnya nolak, Den. Katanya dia tinggal di rumah omanya aja."

Eh?

Bakalan lama di rumah omanya?

Lampu terang di otak Arsen menyala sempurna. Baiklah, jika begitu ia akan pindah ke kamar Angel agar bisa terus memantau aksi Rachell. Kamar mereka, kan, berseberangan. Tinggal pakai teropong bintang, terintip sudah kelakuan Rachell. 


not to be continued at here

Dipaksa Kawin!Where stories live. Discover now