ch 16

7.4K 634 39
                                    

"Hormat sedikit dengan yang lebih tua! Dimana attitude kamu!"

"Nggak ada rasa hormat untuk bajingan kayak lo!" Zio berbicara dengan nada yang sangat dingin, "Dan lepasin tangan menjijikkan lo itu dari Arshaka." Cowo itu semakin menguatkan cengkraman nya pada pergelangan tangan Michael.

Michael dengan kasar menghempaskan cengkraman Zio pada pergelangan tangannya.

Dia menurunkan Arshaka dari pangkuan nya, mendudukkan si kecil pada kursi sebelah.

Lalu dengan gagah ia bangkit, berhadapan secara langsung dengan Zio yang enam centi lebih tinggi darinya.

"Disini yang menjijikkan itu kalian. Memanfaatkan kelemahan orang lain untuk kesenangan sendiri."

Zio terdiam mendengar perkataan Michael, tangannya terkepal erat, siap meninjau wajah menyebalkan dari Michael.

Michael melipat kedua tangannya di depan dada, cowo itu menatap Zio dengan begitu sinis.

"Nggak bisa ngejawab kan? Karena itu memang kenyataannya," ucap Michael terselip nada ejekan dalam perkataan nya. "Daripada saya ngebiarin Shaka di per'alat sama kalian, harusnya udah dari dulu aja Shaka saya bawa ke Canada—"

Bugh!

Zio meninjau rahang Michael dengan kuat, hingga membuat cowo itu terduduk di tanah.

Arshaka memekik tertahan, spontan dia bangkit dari duduknya dan menatap Zio penuh amarah.

Mulutnya yang akan terbuka untuk mengatakan sesuatu ia katupkan kembali saat Zio memukuli Michael dengan brutal.

Lalu, sebuah pengakuan membuat tubuh Arshaka mematung.

"Bangsat! Nggak usah munafik! Siapa orang yang di usir dari rumah dulu, karena ketahuan mau lecehin adek nya sendiri waktu sindrom dia lagi kambuh!"

*Padahal kalian nggak ada bedanya, sama-sama cocok untuk oe hantam o(╥﹏╥)o

Bugg!
Bughh!

"Ayah lebih percayain Arshaka sama gue, di bandingkan lo .., abang kandungnya sendiri! Karena apa? Gue jauh lebih baik dari lo dan lebih pantes buat terus ada di samping Arshaka."

Zio tidak henti-hentinya memukuli wajah Michael. Anehnya, tidak ada perlawanan sama sekali dari cowo itu.

Michael dengan santainya malah tertawa skeptis. Membuat Zio semakin tersulut emosi, dan semakin brutal memukuli wajah tampannya, yang kini telah di penuhi lebam ke unguan dan berlumuran darah.

"Mati! Mati lo anjing!" Teriak Zio penuh emosi.

Srett!

Tinjuan Zio menggantung di udara saat merasakan sepasang tangan kecil memeluk erat pinggangnya dari belakang. Ia merasakan punggungnya telah basah.

Isakan lirih terdengar oleh pendengarannya yang tajam.

"Udah, Yo! Kakak bisa mati, dan gue bakal benci lo selamanya kalo sampai itu terjadi. Dia keluarga gue satu-satunya." Bisik si kecil, bermaksud untuk sedikit mengancam.

"Lo nggak tau aja seberapa brengseknya dia. Demi bisa milikkin lo, dia berani bunuh seseorang yang paling berharga dalam hidup lo, Shak."

Zio mengatur nafasnya yang memburu, cowo itu kembali berdiri dengan tegak dan terbalik. Membawa tubuh kecil Arshaka untuk ia dekap.

Tangannya yang di penuhi darah menyisir rambutnya yang basah ke belakang, memperlihatkan jidat dan lehernya yang mengkilap oleh keringat.

Raut wajah Zio saat ini sangat tidak enak untuk di pandang. Hawa negatif mengelilingi tubuhnya. Dia berusaha menekan hawa liarnya, agar si kecil tidak terlalu takut saat menatapnya.

Lihat tangan kecil yang memeluk nya itu gemetar dengan hebat...

Bahunya yang sempit juga turut bergetar.

Isakan kecil tidak luput memecah keheningan di taman rumah sakit.

"SttSial!" Michael mengumpat tertahan, menatap kesal Arshaka yang lebih memilih menenangkan Zio di bandingkan membantu dirinya.

Zio menggertak kan giginya, kedua mata elangnya menatap dingin Michael yang berusaha bangkit dari tanah.

"Lo nggak akan bisa lama-lama benci sama gue, Arshaka. Karena lo lebih membutuhkan gue lebih dari siapapun. Kalo cuman buat menyingkirkan satu bajingan ini, bukan apa-apa buat gue."

Tubuh Arshaka meremang saat Zio berbicara tepat di samping telinganya. Suara cowo itu yang deep voice dan tajam, membuat Arshaka tidak bisa berkutik.

Srett!

Zio menggendong Arshaka seperti karung beras. Lalu tanpa perasaan dia menendang kepala Michael hingga cowo itu kembali jatuh ke tanah dan tidak sadarkan diri.

"YO!" Arshaka berteriak keras, tangan kecilnya memukul punggung tegap sang dominan.

Plack!

Namun balasan yang si kecil dapatkan adalah sebuah tamparan pada bokongnya.

"Ang! Brengsek!" Teriak Arshaka penuh amarah.

Tidak lama setelah Zio membawa si kecil entah kemana, dan meninggalkan Michael yang tidak sadarkan di taman.

Seorang perawat yang tidak sengaja melewati taman dengan mendorong sebuah troli berteriak histeris, meminta tolong.

.
.
.
.
.

Arshaka duduk di brankar, dengan kedua kaki yang menyilang. Kedua tangannya ia lipat di dada.

Kedua mata coklatnya yang memerah menatap kesal ke arah Zio dan Galaxy yang berlutut di bawahnya.

*Ngomong-ngomong kedua mata Arshaka udah bengkak banget karena kebanyakan nangis, udah kayak orang cina.

Di sudut ruangan, ada Denio dan Chandra yang duduk di sofa, Mereka menatap geli kedua dominan yang berusaha mendapatkan maaf dari si kecil.

Dari delapan belas menit yang lalu, keduanya masih tetap berada di posisi itu.

Hufft...

Terdengar helaan nafas panjang dari Arshaka, tangan kecilnya memijat pangkal hidungnya saat merasakan pusing menyerang kepalanya.

Jujur saja, ada banyak hal yang ingin dia tanyakan pada Zio. Tapi ia takut saat mendengar jawabannya.

Arshaka takut kecewa...

Namun, ia juga ingin mendengar kebenaran di balik Kakaknya—Michael—yang di kirim oleh ayahnya ke Canada, dengan alasan akan melanjutkan sekolahnya di sana.

Apa alasan itu memang benar adanya?

Atau itu hanya sebuah alibi yang di buat oleh ayahnya, karena suatu alasan tertentu yang tidak dapat ia jelaskan pada nya?

Apakah yang di katakan Zio saat di taman rumah sakit waktu itu adalah alasan sebenarnya?

Tapi, kenapa ... Kakaknya melakukan itu padanya, pada adik kandungnya sendiri.

.
.
.
.

Haii! Vy ucapin terimakasih sebanyak-banyaknya buat yang udah baca, vote, dan komen cerita ini.

Vy pengen nanyain satu hal sama kalian. Coba deh kalian pejamkan mata, lalu bayangin kalian bertemu dengan diri kalian sendiri yang berusia 9 tahun. Dia menghampiri kalian dengan kedua matanya yang berbinar, tidak sabar mendengarkan cerita kalian... Apa yang ingin kalian sampaikan pada diri kalian yang berusia 9 tahun?

ARSHAKA JOCASTA  Where stories live. Discover now