ch 15

7.1K 622 33
                                    

"Shaka nggak akan pergi kemana-mana, dia bakalan terus disini. Berhenti manipulasi dia dengan omong kosong lo, Michael."

Seseorang itu—Michael Jordan—tertawa sinis mendengar ucapan tajam seseorang yang tertuju pada dirinya.

Kepala Arshaka menoleh kebelakang, menatap sosok atma yang sangat begitu ia kenali, "Iyo?!" Kedua matanya membulat sempurna saat melihat wajah tampan itu telah lebam.

Arshaka berusaha turun dari pangkuan Michael, namun cowo itu menekan pinggul Arshaka hingga membuat pantatnya menekan si—emnhh, junior Michael yang ukurannya tidak masuk akal berada tepat di bibir lub—AAA mau resign aja lah.

"Diem, mau kemana? Kakak belum selesai ngomong," Nada suara Michael yang sebelumnya terdengar sangat lembut seketika berubah dingin. Membuat tubuh si kecil meremang. "Gerak sedikit aja, kamu tau akibatnya."

"Ta–tapi kak .., Z–zio?"

"Arshaka." Tangan dingin Michael meremas paha si kecil, membuat Arshaka menunduk ketakutan. Bahu kecilnya bergetar dengan hebat.

Namun tangan lain yang sama kekarnya mencengkram pergelangan tangan Michael.

"Selain manipulatif lo juga kasar ya? Pantes Shaka selalu nolak buat ikut sama lo."

Michael menatap dingin Zio yang sudah berdiri di belakang tubuh si kecil, keduanya saling melepaskan aura ketidaksukaan saat miliknya di ganggu.

*Siapa yang milik siapa, pak?

.
.
.
.
.

"Ini orang-orang pada kemana deh? Sialan banget masa gue di tinggalin sendirian." Chandra misuh-misuh sendiri, cowo itu membawa langkahnya menaiki anak tangga.

Saat tersisa tiga anak tangga terakhir menuju rooftop rumah sakit, Chandra tiba-tiba menghentikan langkahnya, tubuhnya berdiri mematung di anak tangga ke empat.

Samar-samar telinganya mendengar suara seseorang sedang menangis.

Cowo itu memegangi tengkuknya yang terasa dingin, apalagi ini sudah lewat dari jam sebelas malam.

"Kok tiba-tiba gue merinding ya .., nggak mungkin disini ada setan kan? Lagian si Denio kemana si anjing, kalo ketemu awas aja lo sat."

Chandra memutuskan untuk berbalik arah, namun niat itu harus ia urungkan sejenak saat ia mendengar suara benda? Atau seseorang yang terjatuh, karena bunyi dentuman nya sangat keras.

"Anjirr, itu orang apa bukan sih? Liat, jangan? Tapi kalo setan gimana?"

Raut wajah Chandra terlihat gelisah, antara ingin mengecek apa yang sebenarnya terjadi di rooftop tapi ia takut yang dijumpainya bukan manusia tetapi malah setan.

Lagipula siapa yang tidak nethink  sih, orang ini di rumah sakit. Banyak orang mati disini.

Arghh!

Tubuh bongsor Chandra berjingkrak kaget saat mendengar suara seseorang berteriak keras. Lalu cowo itu dengan langkah terburu-buru menuruni tangga, menjauhi rooftop.

"Apa gue bilang, rumah sakit emang banyak setannya."

.
.
.
.
.


S

edangkan di sisi lain, seseorang tengah berbaring di lantai kotor menatap kosong kearah langit. Di sekitaran atma itu telah hancur berantakan.

Beberapa vas bunga yang telah pecah, bunga dan tanahnya berceceran di lantai. Sebuah sofa yang sudah terjungkir balik.

Keadaan atma itu sendiri pun jauh dari kata baik. Kedua matanya memerah, wajahnya membengkak di beberapa bagian, pakaian yang ia kenakan pun sangat berantakan.

Dua kancing teratasnya terlepas, memperlihatkan tulang selangkanya yang indah. Celana pendek selutut yang ia kenakan juga ikut kotor.

Atma itu menarik nafas dalam-dalam, lalu dengan perlahan dia hembuskan.

Tangannya yang terluka mengambil sebuah permen dari saku celananya. Menatap bungkusan permen itu dengan tatapan yang tidak terbaca.

Tiba-tiba seseorang itu tersenyum misterius, dalam otaknya telah merencanakan sesuatu yang kotor.

Permen di tangannya ia genggam erat-erat, tatapan matanya terlihat berbahaya.

"Gimanapun caranya, this time it should work. If someone has to die, maka dia yang paling pantas buat mati. Dasar pelacur, gue benci sama lo. Gara-gara lo ada, bibi meninggal." Ucapnya penuh dendam, kedua tangannya mengepal semakin erat. "Dan gara-gara lo juga, orang yang gue suka in dari dulu, sekalipun nggak pernah melirik gue."

Namun tanpa orang itu sadari, dari balik pintu seseorang dengan mata serigalanya tengah memperhatikan dirinya.

Setiap kata yang ia ucapkan, perilaku buruknya yang melemparkan semua barang.

Seseorang itu tanpa suara meninggalkan tempatnya bersembunyi, kedua tangannya ia masukan kedalam saku.

"Nggak akan gue biarin lo nyentuh dia barang seujung kuku pun." Kedua matanya menyorot dingin.

.
.
.
.
.

Capekk ...


ARSHAKA JOCASTA  Where stories live. Discover now