ch 10

16.9K 1.2K 65
                                    

Si kecil memiringkan kepalanya tidak mengerti, mereka mengatakan apa?

Brian membungkukkan tubuhnya dan menatap wajah si kecil.

"Buka mulutnya,, terus keluarin lidahnya." Perintah cowo itu tidak sabaran.

"Hngg? Cgkk ... Like this? Cgkk."

Dengan perasaan ragu, Arshaka menjulurkan lidahnya keluar. Masih tersisa cegukan kecil.

Brian membasahi bibirnya yang terasa kering. Satu tangan cowo itu mengelus lembut pipi si kecil.

Perlahan dia mendekatkan wajahnya pada wajah si kecil, Brian membuka mulutnya, menghisap lidah si kecil  dengan kuat hingga si kecil memejamkan matanya erat-erat.

Brian menatap mata si kecil yang terpejam dengan nafsu yang membara, kepalanya maju mundur saat dia menyesap lidah Arshaka.

"Haa–hnmcpk st.. stophh."

Aneh rasanya, saat lidahnya di sesap dan di hisap dengan kuat. Apalagi bibir bawahnya yang di gigit kecil dan di tarik-tarik.

"Mngghhh~"

Arshaka melenguh panjang saat merasakan tangan seseorang mengelus sensual pinggangnya, seperti sesuatu terasa menggelitiki perutnya. Apalagi di belahan pantatnya sesuatu yang besar juga terasa mengganjal.

Brian semakin memperdalam ciumannya, hingga salivana mengalir ke dagu si kecil.

Semua yang melihat kejadian itu menatap iri pada Brian. Lagi-lagi, cowo itu yang selalu mencuri start.

"Anggrh."

Arshaka berteriak kesakitan saat Galaxy di belakangnya menggigit keras tengkuknya, hingga tengkuknya terasa panas. Kedua mata coklat si kecil mulai bersaput halimun. Itu menyakitkan, sungguh.

"Hic .. Enhenough! Ah, It hurts!"

Seperti kejadian-kejadian sebelumnya, setelah si kecil menangis. Baru mereka berhenti.

Arshaka menatap Brian dengan berlinang air mata, bibir bawahnya sedikit mengeluarkan darah.

Ekspresi itu ..

Ekspresi wajah itu membuat mereka semakin horny, bajingan memang. Mereka melakukan hal tidak senonoh di rumah sakit dan mengotori pikiran seorang anak polos yang mengidap sindrom putri tidur.

Tapi mereka tidak munafik jika hanya pada saat si kecil tertidur, dan tiga/empat jam dalam masa pemulihan dari tidur panjangnya. Mereka bebas melakukan hal apapun pada anak itu, tanpa takut si kecil akan membenci mereka.

Galaxy menjilat tengkuk si kecil yang telah ia gigit, hingga meninggalkan bekas gigitan yang tercetak jelas. Tubuh si kecil meremang.

"I went crazy for a moment, I'm sorry, okay?" Bisik cowo itu tepat di samping telinga si kecil. Hingga mungkin hanya Galaxy dan Arshaka sendiri yang bisa mendengarnya. "Hug me if u are scared." Galaxy menambahkan.

Cowo dengan rambut panjang yang di ikat setengah itu memeluk mesra tubuh Arshaka yang bergetar kecil. Arshaka membalikkan tubuhnya dan membalas pelukan Galaxy. Si kecil menyembunyikan wajahnya pada perpotongan leher Galaxy, dan mulai terisak di sana.

"Lo keterlaluan, Yan," cetus Zio, menatap datar sang ketua.

Brian menegakkan kembali tubuhnya, membalas tatapan Zio tak kalah tajam. Keduanya saling berhadap-hadapan.

"Nggak usah munafik, lo lebih buruk dari gue."

"Tapi gue masih punya akal sehat, untuk nggak maksa Arshaka buat lakuin hal yang dia nggak suka. Lo yang paling semena-mena sama dia, mentang-mentang dia polos dan selalu nurutin semua permintaan lo, lo jadi melewati batas." Balas Zio pedas.

Brian terkekeh sinis mendengar nya.

"Kita sama bro. Bedanya lo lakuin hal kotor itu waktu dia nggak sadar. Sedangkan gue bukan pengecut kayak lo—" jari telunjuk Brian menekan dada Zio hingga tubuh sang Walt Vortex Attack Strategy itu mundur satu langkah kebelakang.

"Shut up! Keluar."

Kepala Brian menoleh ke belakang, menatap Galaxy yang baru saja berucap. Melihat tatapan Galaxy yang tidak ingin di bantah, Brian berdecak. Cowo itu kembali menghadap ke depan, menatap tajam Zio.

"Basecamp, gue tunggu lo di ring."

Lalu sang Big Leader Vortex itu keluar dari ruangan si kecil dengan emosi yang meluap-luap.

Zio menatap kepergian Brian dengan acuh tak acuh, cowo itu mengambil jaket dan kunci motornya yang tergantung di dinding, lalu ikut keluar dari ruangan si kecil dengan santai.

Sebelum itu, dia sempat berpamitan dulu dengan si kecil walaupun tidak ada respon.

Galaxy menatap Denio dan cowo lain di sebelahnya.

"Kalian juga keluar."

Cowo di sebelahnya menatap tidak terima pada Galaxy, "Loh Gal? Gue diem doang dari tadi. Masa gue juga kena." Ucap cowo itu keberatan.

"Keluar." Tekan Galaxy kembali.

Candra yang melihat tatapan Galaxy yang begitu tajam dan tidak ingin di bantah, lantas menyeret temannya itu keluar.

Kini di ruangan itu hanya tersisa Galaxy dan si kecil yang tertidur di pangkuannya.

Galaxy menunduk, memperhatikan setiap inci wajah si kecil. Bulu matanya benar-benar lentik, masih tersisa sedikit air mata di sana. Hidungnya pun memerah. Bibirnya benar-benar telah membengkak dan semerah Cherry.

Bagaimana ini, dia marah. Sangat.

Si kecil ditakdirkan hanya untuk dirinya, dan dia tidak suka berbagi.

Bolehkah dia egois? Untuk memiliki Arshaka hanya untuk dirinya sendiri.

Galaxy bangkit dari posisi duduknya, dengan Arshaka dalam gendongannya. Cowo dengan rambut panjang di ikat setengah itu berjalan ke arah brankar.

Menidurkan tubuh si kecil dengan hati-hati. Galaxy kembali menatap wajah si kecil, kali ini dengan pandangan yang berbeda.

"Cantik, selalu cantik."

Tangan besar Galaxy mengelus lembut pipi si kecil, satu tangannya yang lain bertaut dengan jari-jari mungil Arshaka.

Galaxy membawa tangan si kecil dan menempelkannya pada wajahnya, sesekali mengecup tangan si kecil manja.

Tersenyum lebar, pupil matanya sekilas berwarna keemasan. Tatapannya selalu terkunci pada wajah  manis Arshaka.

"Soon ... And you will be all mine. Jika hari itu telah tiba, jangan pernah membenci ku ya, sweetie?"

Galaxy menjilat telapak tangan Arshaka yang masih dirinya tahan untuk berada di wajahnya.

ARSHAKA JOCASTA  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang