10. Memadamkan untuk Menghidupkan

19.6K 3.1K 3.9K
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

"Aku memang bukan perempuan yang baik, tapi sedikitpun aku tidak pernah mempunyai niatan untuk merebut kebahagiaan perempuan lain demi kebahagiaan saya sendiri. Aku tidak akan tenang jika harus bahagia di atas luka perempuan lain."

—Arsyila Farzana Ghaziullah El-Zein—

.
.
Jangan lupa vote yaaa! kalau nggak jangan salahkan kalau tiba-tiba di unpublish:)

Jangan lupa vote yaaa! kalau nggak jangan salahkan kalau tiba-tiba di unpublish:)

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Bismillah... tenang dulu, Zana. Zana masih memilih diam, menenangkan dirinya, menstabilkan degup jantungnya, tak peduli perempuan di hadapannya ini menatap dengan intens, seolah menginginkan respon cepat setelah apa yang dia ceritakan.

"Mbak mungkin kaget dengan apa yang saya katakan, tapi memang itulah faktanya, Mbak," ujarnya kemudian, mengetahui Zana sepertinya masih enggan berbicara.

"Jadi kalian sudah pernah berpacaran berapa lama?" akhirnya pertanyaan itu terucap dari lisan Zana.

"Tiga tahun, Mbak," jawab perempuan itu sendu. "Saya dan Mas Ghazi berpacaran sejak kelas 1 SMA dan putus menjelang ujian kelulusan," sambungnya memberikan detail.

Zana mengangguk mendengarnya. "Lalu—"

"Tapi walaupun kami putus, sebenarnya kami masih saling mencintai. Saya diam-diam tetap menemui Mas Ghazi dan memberinya semangat setelah tau ternyata alasan Mas Ghazi tidak melanjutkan kuliah, karena Mas Ghazi sedang mempersiapkan diri mengikuti seleksi masuk Akademi Angkatan Udara," perempuan itu memotong perkataan Zana.

"Setelah itu kalian kembali bersama?" tanya Zana.

Fara, perempuan itu menggeleng. "Tidak, Mbak. Tapi Mas Ghazi berjanji akan kembali setelah dia diterima, dia akan menemui ayah saya dan meminta restu," jawabnya. "Mas Ghazi menepati janji itu, kita berhubungan jarak jauh selama Mas Ghazi menjalani pendidikan. Sesekali kita bertemu untuk menikmati waktu bersama. Namun saat Mas Ghazi berada di tingkat empat, mendekati Praspa, dia menjauh dari saya dan kita lost contact karena waktu itu keluarga saya pindah ke luar kota. Sampai akhirnya saya mendengar kabar jika Mas Ghazi melamar Mbak," sambungnya, Fara menghela napas.

Zana memejamkan matanya, ada perasaan bersalah setelah mendengar cerita Fara. Zana memang tidak pernah berniat merebut Ghazi dari siapapun. Ghazi yang datang menemui sang ayah untuk melamarnya. Bahkan Zana sendiri tidak menyangka ternyata Ghazi benar-benar serius. Tapi sebagai seorang perempuan, dia mengerti perasaan Fara.

"Mbak Fara, wallahi, saya tidak pernah berniat untuk merebut Lettu Ghazi dari Mbak Fara atau siapapun itu. Saya bertemu Lettu Ghazi belum lama ini. Saya tidak tahu apapun soal masa lalunya. Saya bahkan tidak menyangka jika dia melamar saya," Zana memberikan penjelasan, juga pembelaan untuk dirinya.

Lentera HatiWhere stories live. Discover now