03. Tentang Perempuan dan Kemuliaannya

28.8K 3.6K 3.4K
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

"Perempuan harus menyadari kalau kemuliaan dan kehormatan dirinya itu diperjuangkan dengan tidak mudah oleh Rasulullah. Jadi bagaimanapun caranya dia harus berusaha menahan diri dari apapun yang akan merendahkan dirinya, termasuk hubungan tidak halal."

—Biantara Ghazi El-Fatih—

"Adek-adek sudah pada capek semua ya? Ada yang mau susu kotak nggak?" Letda Bian iseng bertanya walaupun sudah tau pasti apa jawaban dari para adek-adek di hadapannya, yang baru turun dari truk setelah perjalanan panjang

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Adek-adek sudah pada capek semua ya? Ada yang mau susu kotak nggak?" Letda Bian iseng bertanya walaupun sudah tau pasti apa jawaban dari para adek-adek di hadapannya, yang baru turun dari truk setelah perjalanan panjang.

"MAUUU KAKK..." mereka kompak.

"Coba sekarang kalian berbaris rapi, nanti Kakak bagiin satu-satu," titah Ghazi yang baru muncul sambil membawa sekardus susu kotak.

Mendengar perintah, anak-anakpun mulai berbaris rapi sambil menunggu giliran. Tak lupa kata terima kasih selalu mereka ucapkan setelah mendapatkan susu kotak dari kakak-kakak tentara yang baik hati itu.

"Eh, itu bukannya susu kotak dari pabrik Opa kamu ya, Na?" Zira memastikan saat melihat merek yang tak asing.

Zana yang semula fokus bermain ponsel, sontak mendongak. "Mana?" tanyanya balik, sambil memastikan. "Loh iya, Ra. Fresh milk, ya? Bener dari pabrik Opa," sambungnya yakin, sambil terkekeh.

Zira ikut terkekeh. "Bisa kebetulan gitu ya."

Ghazi dan Bian tampaknya sudah selesai membagikan susu kotaknya pada anak-anak. Satu persatu anak-anak mulai berpamitan untuk pulang ke rumah masing-masing.

"Letda Bian, terima kasih sudah membagikan susu kotak pada anak-anak," Zana berterima kasih.

"Eh, iya sama-sama."

"Sama-sama."

Diluar dugaan, justru yang menjawab bukan hanya Letda Bian, melainkan Lettu Ghazi juga, mereka berdua sama-sama menoleh ke arah Zana. Seketika itu suasana menjadi hening.

"Oh, terima kasih pada Bian, ya? Maaf saya tidak sengaja ikut menjawab," Ghazi meminta maaf.

"Memang namanya sama ya? Lettu Ghazi seperti ikut terpanggil," tanya Zira.

Mendengar pertanyaan itu, Ghazi dan Bian saling bertatapan sambil terkekeh. "Iya, ada sedikit kesamaan di nama kami. Yaitu sama-sama memiliki unsur nama Bian," jelas Ghazi.

"Betul, Bang Ghazi punya dua nama panggilan," Bian memperjelas. "Kalau nama lengkap saya, Fabian Naufal Mahendra."

"Saya Biantara Ghazi El-Fatih," ujar Ghazi memberitahu nama lengkapnya.

Walaupun menunduk, ternyata diam-diam Zana terpesona saat mendengar nama lengkap Ghazi. Masyaallah, kalimat itu terucap walaupun hanya di dalam hati.

Lentera HatiWhere stories live. Discover now