13. Diambang Kebingungan

17K 3K 4.6K
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

"Manusia itu terbatas dan terkadang tak bisa percaya begitu saja hal yang tak dilihat mata langsung. Jadi tolong tuntunlah saya agar selalu berada pada yang benar dan dijauhkan dari yang salah Ya Rabb.."

—Biantara Ghazi El-Fatih—

—Biantara Ghazi El-Fatih—

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Zana... oh Zana... kemanakah dirimu hei Zana?" Farzan yang sedang berjalan mencari kembarannya tampak memanggil-manggil namanya bak anak kecil yang sedang memanggil temannya untuk bermain sepulang sekolah. Sambil menoleh kanan dan kiri, ia terus memanggil-manggil berharap segera menemukan kembarannya.

"Mana sih anaknya Komandan Athar yang satu itu? Kok ya hobi banget ngilang. Nggak tau orang udah kelaparan gini," gerutu Farzan karena tak kunjung menemukan Zana.

Pasalnya mereka sekeluarga akan pergi ke untuk meredakan perut yang sudah keroncongan di siang terik ini, namun Zana belum ada sehingga belum bisa berangkat.

Saat menoleh ke arah selatan, Farzan melihat kembarannya itu tengah berjalan santai sambil memegang kantong plastik. Sontak ia menghela napas berat bak banteng yang siap menyeruduk dengan penuh amarah saking kesalnya.

"ZAN—" tinggal satu huruf lagi untuk menyempurnakan panggilannya, namun Farzan terpaksa menghentikan lisannya mengeluarkan suara karena ia melihat sesuatu mencurigakan beberapa langkah di depannya sana.

Ya, Farzan melihat seorang perempuan berhijab tampak mengarahkan kameranya ke arah Zana. Walaupun tak terlalu jelas, ia yakin perempuan itu sedang melakukan siaran langsung. Sontak amarahnya tak tertahankan lagi. Tangannya mengepal, tak terima adiknya direkam diam-diam seperti itu.

"Hei permisi, kenapa Anda lancang diam-diam merekam Adek saya?" tegurnya seraya melangkah semakin mendekati perempuan itu.

Brak!

Benda pipih berwarna hitam tiba-tiba lolos dari genggaman sang empu dan mengenai batu hingga retakan di layarnya tak terelakkan. Sementara sang empu terlonjak dan otomatis memundurkan langkahnya saat mengetahui ada yang memergoki.

"Tolong jelaskan kenapa Anda merekam Adek saya diam-diam?" ulang Farzan menuntut jawaban segera. "Anda tau 'kan, merekam orang diam-diam bisa dijerat pasal UU ITE jika orang tersebut tidak terima dengan perbuatan Anda."

"Anda akan dijerat pasal pasal 27A Jo 45 ayat 4 UU ITE," sambung Farzan memperjelas.

"I-Itu s-saya..." Fara dengan terbata-bata, bahkan tak bisa melanjutkan ucapannya.

Tak puas dengan jawaban Fara, Farzan merendahkan tubuhnya hendak mengambil ponsel yang sudah tergeletak dengan layar mati itu.

"J-Jangan!"

Namun sayangnya Farzan kalah cepat dengan gerakan tangan Fara. Ponsel itu kini sudah berada dalam genggaman Fara.

"Kak, ada apa ini?" Zana tiba-tiba datang dengan wajah panik dan bingung saat melihat kakaknya terlibat perbincangan dengan Fara. Terlebih wajah Farzan tampak merah menahan amarah.

Lentera HatiWhere stories live. Discover now