14. Anak Perempuan yang Beruntung

17.5K 3.1K 3.9K
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

"Di dunia ini, ada anak perempuan yang tidak beruntung dalam percintaannya, tapi dia beruntung karena memiliki sosok Ayah yang sangat menyayanginya dan tidak pernah mengecewakannya."

—Arsyila Farzana—
Lentera hati by Alfia Ramadhani

—Arsyila Farzana—Lentera hati by Alfia Ramadhani

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Mas Ghazi..."

Suara panggilan itu membuat Ghazi terpaksa mengurungkan niatnya untuk melangkah lebih jauh. Ia menoleh ke belakang dan mendapati Fara berdiri tepat di depan pintu masuk klinik.

"Mas Ghazi mau kemana?" Fara mulai mengajukan pertanyaan saat melihat Ghazi masih diam di tempat. Tidak hanya itu, raut wajah Ghazi sangat kebingungan, seperti ingin menghampirinya atau justru meninggalkanya. Hal itu membuat Fara memilih bertindak cepat agar Ghazi tidak pergi melainkan menghampirinya.

Pergulatan antara pikiran dan perasaan ternyata dimenangkan oleh rasa ibanya terhadap Fara. Laki-laki itu memilih menghampiri Fara yang masih tampak lemas setelah gangguan psikologisnya kambuh.

"Fara, kenapa kamu di sini? Kamu harus istirahat di dalam. Dokter sudah menangani kamu, kan?"

Fara tersenyum tipis, ada rasa senang yang tak terelakkan saat Ghazi tampak mengkhawatirkannya. "Aku nggak papa, Mas Ghazi. Tadi dokter juga bilang ini nggak terlalu parah, cukup istirahat dan minum obat pasti akan membaik," jawabnya.

"Yasudah, sekarang kamu masuk dan istirahat dulu, Fara..."

"Aku nggak bisa istirahat di sini, Mas. Aku nggak nyaman dengan bau obat-obatan," ujarnya. "Jadi... Aku boleh minta tolong Mas Ghazi untuk antarkan aku ke penginapan? Aku memang sudah tinggal di penginapan sejak kemarin," sambungnya meminta bantuan.

Ghazi terdiam sejenak, sepertinya ia tidak punya pilihan lain. "Oke, kalau begitu saya antar," balasnya setuju. "Ayo ikut saya..."

Fara semakin kegirangan dengan sikap lembut dan perhatian dari sosok laki-laki yang beberapa saat lalu tampak membencinya itu. Fara berpikir kebencian Ghazi terhadapnya perlahan sudah memudar.

Nggak sia-sia aktingku sengaja melempar hp supaya mati dan rusak sekalian, bahkan sampai harus pura-pura gangguan psikologisku kambuh, padahal aku sudah sembuh sejak lama, gumamnya sambil terus mengikuti langkah Ghazi.

Sepanjang perjalanan semua mata fokus pada Ghazi dan Fara. Walaupun mereka tidak berjalan beriringan, namun berita keributan Tao sudah menyebar ke seluruh penjuru pangkalan. Beberapa dari mereka yang melihat tampak berbisik-bisik. Ada yang mendukung Ghazi dan juga yang menyayangkan sikapnya.

"Mas, kita mau kemana?" tanya Fara kemudian saat ia sadar Ghazi membawanya keluar dari gerbang pangkalan.

"Antar kamu ke penginapan," jawabnya.

Lentera HatiWhere stories live. Discover now