12 : SORRY

172 17 0
                                    

Vince meraih pergelangan tangan Bella agar gadis kecilnya berhenti berontak namun mata Vince terbuka dan berhenti memangut bibir halus kesayangannya. Pria itu membawa tangan Bella mendekat ke arah wajahnya sendiri kemudian menatap Bella dengan tatapan wajah datar. Bella yang masih terengah-engah karena ciuman Vince mulai cemas karena gadis itu takut Vince tahu soal gelang yang melingkari pergelangan tangannya.

Bella kira Vince akan menanyakan dari mana gelang itu berasal tapi ternyata tidak. Vince justru mendorong Bella menjauh darinya kemudian pria itu mengusap wajah tampannya seakan-akan frustasi dan lelah.

"Roana.." gumam Vince yang terdengar oleh telinga Bella.

"Dad..kau m-mabuk?" niat hati Bella ingin menyentuh bahu Vince untuk menyadarkan pria itu justru tangannya ditepis oleh Vince.

Vince menatap tajam, "Pergi ke kamarmu, Bella!"

Perubahan sikap dan raut wajah Vince itu menimbulkan kebingunan tersendiri dalam diri Bella. Jujur Bella takut karena Vince tadi menciumnya seakan-akan Vince menginginkan dirinya tapi setelah melihat berubahnya sikap Vince menjadi dingin padanya membuat Bella yakin kalau kejadian sebelumnya terjadi karena pengaruh minuman yang diminum daddy-nya.

Terlebih tadi Bella mendengar gumaman Vince yang menyebut nama 'Roana'. Nama perempuan yang sepertinya sangat berarti bagi Vince. Bella berpikir, apakah ciuman yang terkesan menuntut tadi dikarenakan Vince memikirkan perempuan bernama Roana itu?

"Aku bilang pergi ke kamarmu!" suara Vince meninggi namun sedetik kemudian pria itu menghela nafas dan mengacak-acak rambutnya sendiri. Vince berdiri dan mendekati Bella lalu menepuk kepala Bella.

"Maaf, little one...aku pasti telah membuatmu takut. Maaf, aku pikir kau adalah Roana tadi..astaga, aku mabuk dan membuat putri cantikku takut seperti ini! maaf, sweetheart." Vince melembut dan meraih tangan Bella.

"Tolong maafkan aku..aku sungguh tidak sadar aku menciummu. Aku pikir kau adalah Roana.."

"S-siapa..Roana?" tanya Bella seraya menarik kembali tangannya namun ditahan oleh Vince.

Vince mencium tangan Bella. "Roana adalah perempuan yang seharusnya ada di sini dan menjadi ibu asuhmu, sweetheart.." dalam hati Vince menyumpah serapah dirinya sendiri karena kebodohannya yang lepas kendali mencium Bella tadi. Roana hanya menjadi kambing hitam saja agar dirinya tetap bisa mengontrol Bella. Kenaifan gadis itu harus terus dia manfaatkan.

Bella menghela nafas lega karena sepertinya ucapan Byan itu tidak benar. Vince tidak menginginkannya. Vince tulus menganggapnya sebagai putrinya. Kejadian tadi itu hanya karena Vince mabuk saja. Bella percaya itu.

"Ah, Roana.." Vince melepas tangan Bella dan berjalan ke arah sofa dan tidur tengkurap, menangis dengan mata tertutup seakan dirinya benar-benar mabuk dan memikirkan Roana. Akting yang sangat sempurna sehingga Bella merasa simpati dan mendekat ke arah daddy-nya.

"Dad..kau terlalu banyak minum.. jangan tidur di sini, ayo kubantu ke kamar.."

Dalam hatinya Vince kegirangan karena dia berhasil membuat kepolosan dan kenaifan Bella muncul. Simpati dari gadis kecilnya itu semakin membuat Vince menguatkan aktingnya dalam menangis dan terus menyebut nama Roana, berpura-pura seakan dirinya sungguhan rindu pada Roana.

"Roana...tega sekali kau tinggalkan aku.."

Bella merasa iba dan mengusap rambut Vince dengan gerakan halus, sang empunya tentu saja sangat senang.

"Dad, jangan seperti ini..." Bella membantu Vince untuk duduk namun Vince tetap menjalankan akting luar biasanya dengan mendorong Bella menjauh.

"Pergilah, Bella..aku ingin memeluk Roana-ku di sini." Vince meraih bantal sofa dan memeluknya erat dengan mata tertutup. "Roana.." Vince mulai mengeluarkan air matanya lagi dan hal itu semakin membuat hati Bella merasa sakit karena daddy-nya tampak tersiksa merindukan perempuan bernama Roana itu.

ArabellaWhere stories live. Discover now