03 : DADDY

523 27 7
                                    

"Jadi anda berniat untuk menjadikan Bella sebagai anak asuh?"

Vince mengangkat satu alis. Anak asuh? batinnya bertanya.

"Ya." jawab Vince padahal yang sebenarnya adalah membawa Bella untuk tinggal bersamanya. Menjadikan gadis kecil itu sebagai miliknya bukan menjadikan Bella sebagai anak asuh. Tapi karena situasinya saat ini Vince sedang berpura-pura menjadi pria baik maka dia harus menjelaskan kepada Ed seperti itu.

Ed melirik Bella yang duduk di sebelahnya dan tampak berbinar memperhatikan wajah Vince.

"Bella, apa kau yakin dengan keputusanmu?"

Bella menoleh dan mengangguk.

"Kak Ed, sejujurnya aku tidak nyaman selama bekerja di sini. Maksudku, bukan karena kalian tapi karena...beberapa pelangganmu." Bella menunduk, takut kalau Ed kecewa padanya.

Tapi dugaan Bella salah. Ed sekarang mengusap kepalanya dan tersenyum padanya.

"Aku mendukung keputusanmu. Maafkan aku karena membiarkanmu bekerja di tempat seperti ini selama dua minggu."

"Tidak. Aku berterima kasih karena Kak Ed membiarkan aku tinggal bersama mu dan aku bisa belajar untuk menghasilkan uang selama bekerja di sini."

"Haha, tentu saja kau harus berterima kasih. Jangan lupakan aku kalau kau sudah menjalani pendidikanmu lagi, ya. Kau sudah seperti adikku, kau tahu?" Ed merangkul bahu Bella dan tersenyum. Bella pun balas tersenyum. Tapi tidak dengan Vince yang mati-matian menahan gejolak kekesalannya agar tidak menghajar wajah Ed karena berani menyentuh gadis kecil yang akan menjadi miliknya sebentar lagi.

"Aku pasti akan sering menemuimu, Kek Celly, dan Kak Byan! aku akan bawakan makanan atau kue buatanku nanti, ehehe."

"Ya! bagus! janjimu harus kau tepati ya, dear!"

Brak!

Pintu ruangan Ed terbuka. Celly masuk dengan langkah cepat dan berkacak pinggang.

"Sebenarnya apa yang kalian bicarakan?"

Ed melepaskan Bella dan berdiri lalu menepuk-nepuk kepala Celly sembari terkekeh.

"Ini tentang Bella. Well, kita dapat kabar baik. Tuan Vince akan mengangkat Bella sebagai anak asuhnya."

"Apa?" wajah Celly tampak tak senang dan menatap tajam Vince.

"Hei, bos! apa kau serius? Bella masih anak-anak! apa kau tidak curiga dengan keinginan pelangganmu itu?!"

Ed menggeleng. "Celly, Tuan Vince berniat baik. Dia ingin Bella kembali menjalankan pendidikan. Bukankah ini baik? Bella akan mendapat keluarga, tempat tinggal, dan terjamin masa depannya jika Tuan Vince membawanya."

"Harusnya kau saja yang mengangkat Bella sebagai anak asuhmu! kenapa kau justru ingin membiarkan Bella dengan pria yang senang sekali minum-minum?" balas Celly tak setuju.

"Kak Celly.."

"Bella, kau masih terlalu muda. Kau tidak akan mengerti maksudku. Aku seperti ini karena khawatir padamu!"

"Celly!" suara Ed meninggi satu tingkat kemudian menggelengkan kepala. "Dengar, ucapanmu bisa saja kulakukan. Tapi aku tidak ingin mengambil resiko jika suatu saat Bella akan merasa kesepian karena kesibukanku di sini. Biar kujelaskan, nona cantik. Tuan Vince memiliki banyak tempat yang berisikan anak-anak seperti Bella. Dia banyak membantu anak-anak tersebut dengan membiayai kehidupan dan pendidikannya. Tadi dia juga sudah menunjukkan padaku foto-fotonya. Banyak sekali. Dan aku tidak ragu, aku yakin Tuan Vince akan menjaga Bella dengan baik."

"Tapi bisa saja itu palsu!"

"Nona, saya tidak pernah melakukan hal seperti itu. Saya murni ingin membantu anak seperti Bella. Dia tidak sepatutnya bekerja di tempat ini dan harusnya menjalani kehidupan dan pendidikan yang baik. Bukankah begitu?" Vince berdiri dengan kedua tangan terlelap di masing-masing saku celana.

Bella pun ikut berdiri dan menghampiri Celly kemudian memeluknya.

"Kak Celly sangat baik karena mengkhawatirkan aku. Terima kasih, tapi kak, aku ingin melanjutkan pendidikanku. Aku tidak ingin di sini. Aku...ingin kembali belajar dan menjalani kehidupan normal." lirih Bella.

Celly mengusap punggung gadis yang sudah dianggapnya sebagai teman baik sekaligus adik itu.

"Ya Tuhan! apa yang aku pikirkan...maaf aku terlalu mengkhawatirkan dirimu. Baiklah jika kau bilang begitu, Bella. Aku ikut senang. Semoga kau mendapatkan apa yang kau inginkan dengan sangat baik. Hubungi aku jika ada masalah apapun, beri aku kabar tentang dirimu, oke?"

Bella mengangguk seraya mengurai pelukan mereka lalu gadis itu melirik Ed dan Vince setelahnya tersenyum. Vince hanya datar dengan bara panas gejolak hasratnya membeludak dalam dirinya, melihat Bella tersenyum seperti itu semakin membuat Vince tergila-gila pada gadis kecil-nya.

"Kalau begitu sebaiknya kita pergi sekarang Bella." ucap Vince.

"Apa aku boleh berpamitan dengan Kak Byan terlebih dulu?" tanya gadis itu.

"Ya."

Setelah itu Bella berlari keluar ruangan Ed dan menghampiri bartender tampan yaitu Byan. Bella langsung memeluk Byan dari samping dan berkata, "Kak Byan! aku pamit ya. Aku tidak akan berada di sini lagi! aku akan menjadi anak asuh seseorang dan menjalani kehidupan yang baik. Aku janji akan menemuimu, Kak Celly dan Kak Ed kapan-kapan."

Byan mengusap rambut Bella. "Hati-hati. Jika terjadi sesuatu, tolong segera hubungi kami. Terutama aku. Aku akan segera menemui mu jika kau mengalami hal aneh ataupun bahaya. Mengerti?"

Bella mengangguk riang lalu melepas pelukannya dan berjalan ke arah Vince yang sudah berada di dekat mereka.

Bella melambaikan tangan pada Ed, Celly dan Byan. Gadis itu pamit, meninggalkan senyum lebar dan bahagia.

Vince mengamit tangan Bella dan membawanya pergi dari bar. Mood-nya rusak ketika matanya tadi bersitatap dengan bartender itu. Byan. Entah mengapa Vince seperti mendapat peringatan keras dari tatapan dingin Byan ketika Bella berpamitan dengannya. Vince merasa ada yang aneh dengan lelaki muda itu.

"Apa aku akan tinggal di panti yang kau ceritakan sebelumnya, Tuan Vince?" tanya Bella ketika keduanya sudah berada di dalam mobil.

Vince menggeleng. "Bella, kau anak asuhku. Kau akan tinggal di rumahku. Bukan di panti yang aku ceritakan tadi. Kau berbeda, Bella."

Bella mengerjap tak mengerti tapi lagi-lagi karena kepolosannya Bella hanya mengangguk dan mengikuti saja ucapan Vince. Bella percaya Vince orang baik. Jika Bella menjadi anak asuh dari seorang Vince, bukankah itu artinya Vince adalah orang tuanya sekarang?

"Apakah aku harus memanggilmu dengan panggilan lain, Tuan Vince?"

Vince menyeringai tipis, "Ya. Mulai saat ini panggi aku daddy, Bella."

Bella mengangguk sekali dan tersenyum lebar. "Baik, daddy." gadis itu menyandarkan punggungnya ke kursi dan menatap lurus ke depan.

Vince kerap kali mencuri-curi pandang ke arah Bella selagi dirinya menyetir. Gadis itu menguap. Dia pasti lelah. Pikir Vince.

Kemudian Vince mengusap kepala Bella dengan sangat lembut. "Tidurlah. Jika sudah sampai, aku akan membangunkanmu."

Bella menoleh dan tersenyum seraya mengangguk. "Terima kasih, dad. Tolong bangunkan aku nanti, ya." setelahnya Bella memejamkan mata dan beberapa menit setelahnya gadis itu benar-benar terlelap.

Vince yang melihat itu langsung memelankan laju mobilnya dan mendekat ke arah Bella tanpa khawatir akan mengalami kecelakaan lalu lintas. Mobilnya bisa menyetir otomatis.

Vince memandangi wajah mungil gadis itu hingga netranya tertuju pada bibir Bella. Vince meneguk salivanya, tergoda dengan benda lembab dan kecil itu. Sepertinya manis batin Vince, lalu dia mencoba untuk lebih dekat dan memejamkan mata setelahnya dia menjauh dan menggeleng sembari terkekeh.

"Aku masih bisa menahannya. Kau beruntung, Bella."

ArabellaWhere stories live. Discover now