26. Om Yuta vs Gembrot

22.5K 2.2K 350
                                    



"Udah dong nak nangisnya. Nge Mallnya kan bisa kapan-kapan."

"Tadi janjinya mau nge-Mall, kenapa malah kerumah Om Jojo! Hiks— Papih pembohong!"

"Adek nggak boleh begitu sama Papih." Tegur Mark pada Jeno yang duduk di sampingnya dengan menoleh memperingatin.

Pasalnya, janji Jaehyun yang akan membawa anak-anak ke Mall beralih membelokkan mobil kearah selatan. Dimana Taeyong tiba-tiba mengabari untuk menyusul dirinya ke rumah Johnny dan alhasil kedua buntut Jaehyun merengut tidak suka dengan titah sang Mamih.

Terutama Jeno yang sedari tadi telah mendambakan dan Jeno sudah memasang wajah kesal, isak tangis kecil pun mulai terdengar. Berbeda dengan Abang yang sebenernya juga mendambakan pergi ke pusat perbelanjaan itu harus menelan kekecewaan susah payah, namun ia hanya menutup mulutnya rapat-rapat dengan wajah yang tersirat kekecewaan.

"Adek mau nge-Mall, Abang. Tadi Papih janjinya apa?" Tagih Jeno membuat Jaehyun yang masih sibuk menyetir menghela nafas berat. Ia melirik kaca spion sebentar mendapati wajah Jeno yang memerah karena menangis.

"Adek gemesnya Abang, kita diminta Mamih ke rumah Om Jojo pasti ada sesuatu yang penting disana. Kan Adek tau Mae lagi sakit, apa salahnya kita jenguk Mae dulu, Adek. Nge-Mall itu masih bisa lain kali." Ujar Mark mencoba menjelaskan.

Tapi tampaknya bocah berbadan gembrot itu langsung memalingkan kepalanya kesamping, pertanda jika dia sangat kesal dengan penuturan sang Abang.

"Abang bener loh, Dek. Kita liat dulu Mae, siapa tau karena Adek jenguk Mae langsung sembuh." Timpal Jaehyun dari depan.

Jeno akhirnya menunduk, lalu menghapus airmata dan ingusnya dengan kasar. "Oke, Adek juga capek nangis." Katanya dengan polos.

Jaehyun tertawa gemas mendengar penuturan Jeno, "Tuhkan capek sendiri, makanya udah dong mbrot. Tadi Adek mau sama Mamihkan? Nah disana ada Mamih loh, Nak. Kenapa nangis sih diajak ketemu Mamih." Kata Jaehyun kembali.

Jeno mengangguk, "Iya Papih, udah kok nggak nangis lagi ini Adek. Tapi air matanya aja yang keluar terus Adek juga bingung." Ujar bocah itu dengan bibir yang masih bergetar karena isak tangisnya yang tak tertahan.

Mark yang melihat Jeno mengelap airmata dengan susah payah akhirnya menggeserkan tubuh kecilnya itu kearah Jeno lalu mengambil tisu ikut membantu Jeno mengelap airmatanya.

"Sini peluk Abang biar Adek tenang. Udah ya Adek, kalau nangis terus nanti kamu pusing." Ujar Mark sambil menarik Jeno masuk kedalam pelukannya.

Ia dengan telaten menepuk dan mengusap punggung Jeno dengan hangat, mencoba menenangkan. Biasanya, cara ini ampuh untuk menghentikan tangis Jeno. Terbukti Adik kesayangannya itu mulai berhenti menangis.

"Udah Abang, airmata Adek udah nggak keluar lagi." Ujar Jeno didalam dekapan sang Abang.

Mark tersenyum hangat, "Mau dilepas pelukannya? Nggak usah ya, Abang mau peluk Adek aja. Abang udah lama nggak peluk Adekkan?" Tanya Mark.

Jeno mengangguk, "Iya, Abang udah lupa sama Adik kecilnya." Saut Jeno membuat Mark menggeleng cepat.

"Mana mungkin Abang lupa sama Adek kesayangan Abang yang gemes ini? Sedetik pun Abang nggak pernah lupain Adek. Adek jangan gitu ah, Abang jadi sedih kalau Adek mikirnya Abang lupain kamu." Kata Mark dengan sedih.

Jaehyun hanya mendengar percakapan anak-anaknya dibelakang dengan seksama lalu melirik ke spion sebentar. Mendapati anaknya sudah saling memeluk sayang satu sama lain. Hatinya terasa penuh melihat Mark yang selalu berperan menjadi sosok yang tangguh untuk Adiknya. Peran orangtua seakan bisa digantikan oleh anak umur 8 tahun dan itu mampu membuat Jaehyun kembali merutuki diri sendiri, merasa gagal menjadi Ayah sekaligus tempat keluh kesah anak-anaknya.

Choose Family Where stories live. Discover now