"Lama-lama gue beli rantai untuk si Adek!"
Setelah drama mau pergi tadi, sekarang Jaehyun dan Taeyong membawa anak-anaknya bermain ke sebuah pusat perbelanjaan di pusat kota.
Yanng buat Jaehyun ngelus dada saat melihat anaknya nggak bisa meleng dikit udah hilang, mau di gendong juga Jaehyun ngerasa nggak kuat-kuat banget kalau gendong anaknya yang lumayan berisi itu.
"Diliatin itu anaknya ish, Jae! Udah masuk ke toko mana lagi!" Keluh Taeyong ketika Jaehyun baru saja menggulung lengan bajunya keatas dan anaknya udah hilang.
Taeyong yang tadinya sedang berbelanja keperluan Abang Adek, mumpung mereka lagi di Mall jadi nggak fokus karena dua kurcil itu udah meleng kesana-kesini.
"Nyerah gue, Yong. Gue meleng sedetik aja udah terbang tuh bocah-bocah." Jaehyun rasanya sangat frustasi. Ia memandang Taeyong untuk memohon bantuan.
"Terus gue yang jagain? Gantiin gue belanja ya?" Delik Taeyong tajam sambil menunjuk jejeran baju yang berjejer didepannya.
Jaehyun menggeleng, "Ah nggak bisa gue belanja begituan, bentar deh anak- anak gue cari dulu." Pasrah Jaehyun akhirnya.
Ia meninggalkan Taeyong di toko baju anak-anak dan melangkah mengintari satu persatu toko untuk mencari dua kurcaci tersebut.
"Mbak, ini kalau Adek beli semua totalnya berapa ya?" Tanya Jeno pada kasir. Ia menunjuk semua mainan yang ia inginkan dengan sedikit berjinjit untuk melihat petugas kasir.
"Dek yang bener aja, ini semua? Adek dimarahin Papih lagi loh, Dek. Jangan ah, satu aja." Mark menatap tidak percaya ke adiknya.
Gimana nggak kaget si Abang, Gembrot memilih hampir dua troli mainan dan katanya mau di beli semua. Mana mainannya gede-gede semua, pasti mahal itu mah pikir Mark.
"Abang stts, uang Adek banyak." Jeno menghiraukan larangan Abangnya. Ia malah sibuk menatap satu persatu rak mainan tersebut dengan semangat.
"Bang, mending beli yang remote atau batre, ya? Hmm? Adek beli semua aja deh."
Nggak usah nanya kalau gitu, gembrot!
Mark yang sebenarnya mau juga beli mainan seperti Jeno cuma bisa pasrah doang ngeliatin Adiknya yang asik memilih mainan dan mondar-mandir ke Kasir untuk meletakkan mainan yang dipilih.
Selain dia takut dimarahin Papih dan Mamihnya, Mark pikir dia bisa meminjam kepada Jeno aja nanti, ketimbang harus beli dua. Jadinya dia ngalah, memilih untuk ngikutin Jeno kesana-kesini dan bantuin Jeno untuk memilih biarpun saran dia tidak didengar.
"Totalnya, 20 Juta. Pakai kartu apa, Dek?" Tanya Kasir tersebut membuat Jeno sama Mark melotot kaget.
Buset dah!
"Bang 20 Juta? Itu duit Adek kemarin cukup apa nggak?" Bisik Jeno pada Mark.
Mark mendengus pada Adiknya, "Seratus ribu doang uang, Adek. Mana cukup sih, dek." Sinis Mark pada Jeno.
Jeno langsung menatap Abangnya bingung, Mark udah pucat pasi. Mau bayar gimana mereka berdua sebanyak itu, rasanya Mark ingin kabur sekarang juga.
Tau gitu nggak Mark biarkan Jeno mengambil mainan sebanyak itu kalau ujung-ujungnya mereka tidak bisa bayar. Mau minta ke Papih dan Mami tapi mereka berdua juga udah nggak tau Mamih Papih ada dimana sekarang.
Alhasil Jeno udah menggaruk tengkuknya bingung dan Mark tampak berpikir keras.
"Jadinya gimana ya, Adek-Adek. Ini mau dibayar pakai Debit atau Cash?" Tanya Kasir itu kembali.
YOU ARE READING
Choose Family
FanfictionMark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua mengambil langkah untuk meninggalkan panti agar tidak dipisahkan satu-sama lain. "Adek cepat pilih ya...
