23. Papih Marah?

43.4K 3K 357
                                    


Pagi ini suara teriakan Taeyong memanggil anaknya sarapan terdengar hingga sepenjuru ruangan. Jaehyun yang masih bergulat di balik selimut tersentak karena Taeyong berteriak dengan keras tidak hanya sekali.

"Adek mandi! Abangnya udah kelar mandi itu!" Teriak Taeyong dari dapur.

Jeno yang masih anteng nonton tv di ruang tamu tampaknya mengabaikan perintang sang Mamih. Bahkan bocah itu merebahkan dirinya di sofa dengan kaki yang terangkat satu, perintah sang Mamih bagaikan angin lalu baginya.

Jaehyun yang terganggu dengan kebisingan di bagi buta hanya berdecak kesal. Bagaimana tidak, tadi malam dia menjemput anak-anaknya dengan jarak antara rumah Daddy dan Apartemennya sekitar 1 jam di malam hari.

"Dek! Denger Mamih bilang apa nggak?!"

Lagi-lagi teriakan Taeyong terdengar hingga ke kamar. Jaehyun berdecak kesal, ia membuka selimut yang menutupi seluruh badannya dengan kasar. Lalu bangkit dari tidurnya untuk melihat kegaduhan apa yang sedang terjadi dipagi buta.

"Kenapa sih, Mih. Masih pagi udah teriak-teriak." Jaehyun keluar dari kamar dan langsung melangkah mendekati dapur mendapati Taeyong yang sedang memasak dengan berkecak pinggang.

"Anaknya tuh, disuruh mandi nggak mau. Malah nonton mulu, bilangin Pih." Adu Taeyong sambil menunjuk kearah ruang tamu tempat si Adek yang menjadi sumber kegaduhan dipagi ini.

Jaehyun yang masih setengah sadar hanya mendengus males, "Udah biarin aja, itu anak di bilangin emang susah." Kata Jaehyun dengan cuek.

Taeyong mengernyit bingung, tumben banget? Biasanya bapak satu itu akan ikut andil memarahi si bontot, tapi kali ini Taeyong melihat Jaehyun lebih acuh dari biasanya.

"Jangan gitu, ah. Dibilangin dulu ke Adek pelan-pelan." Kata Taeyong mencoba memancing reaksi Jaehyun.

"Udah, biarin aja." Balas Jaehyun semakin acuh.

Yang lebih membuat Taeyong semakin tidak percaya dengan perubahan sikap Jaehyun, pria itu lebih memilih duduk di meja makan tanpa menghampiri anak bontotnya. Rutinitas Jaehyun dipagi hari biasanya mencium si Adek yang anteng menonton kartun hingga bocah itu berteriak karena terganggu. Tapi kali ini, menoleh sebentar aja Jaehyun tidak ada.

"Loh tumben, kenapa?" Tanya Taeyong sangat bingung.

Nggak mungkin Jaehyun marah karena kejadian tadi malamkan?

Jaehyun hanya mengangkat bahunya acuh, "Nggak usah dibahas lagi." Sautnya dengan raut wajah yang terlihat tidak suka.

Taeyong yang awalnya masih sibuk memindahkan masakannya dari wajan ke piring langsung mendekat kearah meja makan tempat Jaehyun duduk. Ia meletakkan piring yang berisi nasi goreng ke hadapan Jaehyun.

"Kenapa sih? Ambekan mulu lo." Kata Taeyong membuat Jaehyun memberikan tatapan sinis.

"Siapa yang ngambek sih." Balas Jaehyun tidak terima.

Taeyong yang selesai menata piring dimeja makan untuk anak-anak sarapan langsung ikut duduk disebalah Jaehyun. Menatap pria itu dengan serius.

"Yaelah, namanya juga anak-anak. Kan masih bisa kapan-kapan, Jae." Kata Taeyong dengan santai.

Jaehyun sudah mendelik tidak suka, "Belain terus." Ketus Jaehyun membuat Taeyong mendengus.

Dengan sedikit kesal, Jaehyun memakan sarapan paginya. Taeyong langsung membelak kaget, ini Jaehyun beneran marah apa gimana. Anak-anak belum pada ngumpul udah makan sendiri aja dia.

"Jae, bentar dong! Bareng anak-anak lah, gimana sih." Tegur Taeyong dengan tidak kalah kesal dengan Jaehyun.

Jaehyun lagi-lagi tidak memperdulikan omongan pria cantik dihadapannya, terbukti pria itu masih sibuk menyendokkan nasi ke mulutnya.

Choose Family Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang