struggle ((h.s))

85 6 6
                                    

Harry tidak bisa melepaskan pandangannya dari kertas foto polaroid di tangannya.

Di dalamnya ada foto Harry dan gadis berambut pirang. Bukan main senangnya Harry saat itu mendapat foto yang menurut orang-orang mungkin tidak ada bagusnya. Tapi siapa peduli? Yang penting Harry bisa berada dalam satu gambar dengan gadis itu.

Foto itu hanya satu-satunya bendayang dimiliki Harry dan berhubungan dengan Cara, nama gadis itu. Dalam foto itu, deretan gigi Harry terlihat begitu lebar sementara Cara malah tampak tidak senang berada di dekat Harry. Itulah alasan lain kenapa Harry masih mengejar Cara.

Hari ini Harry sengaja menyempatkan diri untuk datang ke lokasi syuting Cara di sela-sela kesibukannya. Sejujurnya, ia hanya ingin melihat langsung gadis yang sudah ia sukai dari beberapa tahun yang lalu. Dari kejauhan pun tidak masalah, Harry tahu Cara tidak suka diganggu saat bekerja.

"Ah, masih ngotot bertemu Cara ya?" celetuk seorang pria di samping Harry.

Harry tersenyum dan menjawab, "Cuma itu alasanku kenapa datang ke sini, Charlie."

Pria bernama Charlie itu hanya menatap Harry dengan heran. "Mau berapa lama kau akan mengejarnya? Jelas-jelas dia sudah menolakmu dengan blak-blakan."

"Mungkin hari ini usaha terakhirku," gumam Harry. "Omong-omong apa kau sudah menaruh bunga yang kukirim di atas meja riasnya? Dia paling suka mawar putih yang masih segar."

"Sudah beres, Tuan," Charlie mengangguk. "Kopi hangat yang kau suruh buatkan juga sudah aku taruh di atas mejanya sejak tadi pagi."

Harry menepuk pundak Charlie dengan senang. "Terima kasih, kau memang sahabatku yang paling bisa diandalkan. Di mana Cara sekarang?"

Charlie menunjuk satu pintu di belakangnya. "Di dalam ruangannya. Kau mau bertemu?"

"Tentu," jawab Harry ringan. "Sebentar lagi aku harus kembali ke studio dan mengerjakan beberapa lagu. Kalau melihat wajahnya barang sebentar, aku akan lebih semangat saat di studio."

Charlie hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya. Tidak habis pikir dengan pria bertubuh jangkung di depannya. Terlalu lama Harry berusaha dan diabaikan oleh Cara, tapi semangat pria ini tidak pernah sirna. 

"Jangan membuat keributan seperti yang terakhir kali." Charlie mengingatkan Harry lalu pergi menjauhi Harry.

Harry hanya mengulum senyum sambil berjalan ke tempat Cara berada. Ia menyiapkan mental dan menarik napas dalam. Semoga saja hari ini berhasil, ini usaha terakhirku, batin Harry. Ia pun membuka pintu dan masuk.

Harry menyapu pandangannya ke seluruh penjuru ruangan. Tidak ada siapapun kecuali Cara di ruangan itu. Hanya ada Cara sendiri yang tengah sibuk dengan ponselnya. Ia mendongak saat mendengar langkah kaki Harry yang mendekat ke arahnya.

"Mau apa kau ke sini?" tanya Cara ketus. Wajahnya tampak tidak senang sementara Harry masih saja mengumbar senyum di depannya.

Harry menempatkan dirinya di samping Cara. "Tentu saja bertemu denganmu, mau apa lagi?"

Cara mendengus. "Sudah kubilang kan kemarin, jangan datang lagi ke sini. Aku sedang sibuk dengan filmku yang baru. Bagian mana dari kalimat itu yang tidak kau pahami?"

"Tidak ada," kata Harry santai. "Kau kan sekarang tidak sibuk jadi aku tidak salah kan kalau datang ke sini?"

"Memang dasar keras kepala." gumam Cara yang kemudian kembali fokus dengan ponselnya.

Harry mengeluarkan sebuah kantung coklat dari dalam jaketnya. "Kau tidak lapar?"

Cara mengedikkan bahunya cuek.

painkillersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang