13

9.3K 57 12
                                    

Kini tiga bulan lebih sudah aku dan pakde berstatus sebagai suami dan istri, hari-hari kami jalani berdua bersama.

Pakde  benar-benar mengajari serta membimbing ku bagaimana menjadi seorang istri yang baik, bak hari ini. Sekolah sudah meliburkan kami para siswa-siswi, sebab kami akan di tuntut untuk mempersiapkan diri kami supaya bisa menghadapi ujian sekolah.

Selesai menyiapkan bekal makan siang, aku segera menyusul Pakde ke kebun. Pakde Yono memiliki beberapa kebun dan juga ladang sawah,

"beres sekarang sisa nganterin ke mas." ucapku yang sudah selesai mempersiapkan bekal.

Aku menarik sepeda yang terparkir di gudang, sepeda ontel bekas peninggalan Almarhumah bukde. Dulu bukde sering memakai sepedanya, untuk berkegiatan yang agak jauh.

Meski telah lama, tapi sepedanya masih terlihat terawat. Semua berkat Pakde, yang selalu merawat dan menjaga sepeda mantan istrinya.

Aku menggoes sepeda dengan pelan, perlahan-lahan akhirnya aku sampai di kebun. Ku lihat Pakde sedang mencangkul, Pakde sedang mempersiapkan tanah untuk menanam.

"Mas." teriaku sambil melambaikan tangan pada Pakde.

Kebun antar warga saling berjauhan, dan juga kebun kami ini. Hanya ada aku dan Pakde, Pakde yang melihat kedatanganku langsung buru-buru menghampiri ku segera.

Meski semakin bertambah umur, Pakde kembali terlihat seperti muda.

"eh!. lihatin mas segitunya, kenapa toh ada yang salah?" tanya Pakde sambil meraba wajahnya.

"Ndak mas." kilahku pada Pakde.

Aku segera menarik tangan Pakde, ku ajak Pakde di pendopo kecil kami di kebun. Ku siapkan semua makanan yang kubawa, mulai dari nasi hingga lauk pauk.

"ih jorok, cuci tangan dulu mas." ucapku menghentikan kelakuan pakde yang ingin mengambil sepotong tempe untuk dilahapnya.

"Sedikit doang dek, mas laper ini." balas Pakde yang langsung memasukan sepotong tempe ke dalam mulutnya.

Pakde yono segera berdiri, dia mencuci tangan. Ada air khusus di dalam wadah, yang memang disiapkan.

Jika kembali ku ingat lagi masa itu, dulu sebelum kami menikah. Aku memang menyiapkan bekal, namun bisa terhitung berapa kali aku antarkan langsung ke kebun.

"Dari tadi kamu melamun terus, kenapa kamu dek?" tanya Pakde sambil melahap makanan yang aku buat.

"Ndak ada, udah makan lagi mas." ucapku lalu kami melanjutkan makan bersama.

Selesai makan, aku menemani Pakde beristirahat sejenak.

"Mas, sini tak pijetin." ucapku lalu mendekat dan langsung memijat pundak Pakde.

Rasa kasihku dan juga rasa peduliku pada Pakde semakin bertambah, rasanya saat ini aku tidak ingin kami berpisah. Terdengar lucu, tapi inilah yang aku rasakan. Rasaku dalam sekejap saja, dapat berubah dari rasa seorang anak. Menjadi, rasa wanita yang mencintai seorang pria.

"duh enak sekali pijetan kamu ini dek." ucap pakde yang menikmati pijatan sambil membelakangi ku.

Teriknya matahari di siang hari, membuat kulit pakde berubah menjadi kecoklatan. Menjadikan Pakde nampak terlihat seksi, ditambah Pakde membajak tanah tidak memakai pakaian. 

Hanya celana pendek saja yang khusus untuk kerja, keringat yang mengalir di pelipis serta seluruh badan menampakkan bahwa Pakde adalah laki-laki yang perkasa.

PAKDEWhere stories live. Discover now