3

59.7K 69 3
                                    

Rina pov

Meski hari ini aku tidak ke sekolah, aku tetap belajar. Seperti malam ini, setelah aku selesai menyiapkan malam untuk Pakde.

Aku lanjut kembali belajar, aku membaca sambil mengerjakan soal-soal yang ada di buku paket. Pemberian dari sekolahku, dengan semangat aku baca tiap bait soal lalu aku gunakan pulpen ku untuk memberi tanda benar sesuai dengan pengetahuanku.

Sebab terlalu asyik belajar, aku sampai tidak sadar, jam menunjukkan pukul 08.00 malam. Aku keluar kamar sebentar untuk melihat Pakde, aku melihat beberapa piring kotor lalu ku putuskan untuk merapikan meja makan.

Aku beranikan diri, untuk mengecek keadaan Pakde di kamar. Aku mendengar suara samar-samar di dalam kamar Pakde, aku yang penasaran semakin mendekatkan telingaku.

"Aahhh ahhh rinaa hisap kontol pakde.."
"Aahh terus ohh oh rina.."

Aku terkejut mendengar desahan Pakde yang menyebut namaku terus-terusan, kaki ku bergetar. Jantungku berpacu dengan cepat, aku tidak percaya dengan pendengaranku sendiri.



Pakde Yono pov

Saat Rina melangkah keluar, Yono kembali membuka mata. Yono kembali jadi gelisah, menyaksikan keponakannya dengan santai memakai handuk melilit badan yang sedang basah.

"Sadar Yon, dia keponakanmu."

Yono masih berusaha untuk menyanggah pemikiran buruknya tentang Rina, Yono lalu bangkit dari tempat tidur. Dia berdiri dengan segera meraih gelas yang berisikan air lalu diminumnya dengan sekali tegukan.

Yono harus akui, Rina keponakannya begitu cantik. Badan yang bagus, serta rambut panjangnya yang setengah bahu membuat Rinawati keponakan mendiang istrinya semakin terlihat cantik dan menarik.

Terlebih pembawaan Rina, yang dengan tulus merawat dan mengikuti segala perintah Yono. Meski istrinya telah tiada, Yono berusaha untuk tidak memikirkan tentang Rina. Sebab dia begitu menghormati mendiang istrinya.

Yono yang ingin keluar sebentar untuk menjernihkan pikirannya, lalu berdiri dan ingin melangkah. Namun, langkah kakinya tertahan, mana kala matanya yang tak sengaja memandangi pintu kamar Rina yang terbuka dan hanya menyisikan sedikit cela.

Bukan salah Yono juga, sebab Rina sendiri yang tidak menyadari sikapnya yang teledor. Yono hanya bisa menegak ludahnya secara kasar, ketika mengintip dibalik celah pintu yang tersisa sedikit.

Yono bisa melihat dengan mudah Rina yang sedang asyik mengeringkan tubuhnya sambil membelakangi pintu kamarnya, badan mulus dan bokong yang sintal serta payudara yang kencang dan besar itu membuat Yono masih setia berdiri di depan pintu kamar Rina.

Yono menyaksikan Rina yang menarik celana dalam ke atas, untuk menutupi pantat dan juga kemaluannya. Hal tersebut, membuat Yono semakin melotot, bulu-bulu indah menutup kemaluan Rina.

Yono dapat merasakan ada sesuatu yang mengembung dan mengeras dibawah sana, Itu adalah penisnya sendiri. Penis tua, yang sudah beberapa tahun ini tidak dipuaskan.

Yono kembali masuk ke kamarnya, dia harus segera pergi. Dia tidak bisa terus-terusan seperti ini, Yono bisa gila jika terus mengintip.

Yono kembali ke kamarnya, menutupi pintu kamar dan mengunci dengan pelan. Agar tidak menimbulkan suara, nafas Yono memburu.

Yono berusaha meraih pikirannya agar tetap sadar, dia pun memilih untuk tidur. Meskipun suasana sudah menjelang malam, dan kata orang di kampung saat menjelang malam hari tidak boleh tidur. Tapi Yono tidak perduli dengan mitos kampung, Yono harus tidur agar dia tidak kembali memikirkan Rina.

Yono tertidur sampai malam, dia yang sadar segera bangun. Namun nampaknya suasana rumah mereka sunyi, sunyi sebab mereka hanya berdua.

Yono ke dapur, dia bisa melihat masakan Rina yang tertutupi dengan penutup makanan besar. Yono segera membuka penutup itu, dengan cepat dia menyantap hidangan malam dari Rina.

Sambil sesekali Yono menengok ke belakang, mana tau Rina keluar dari kamarnya. Saat selesai makan pun, Rina tak kunjung keluar. Membuat Yono lalu berdiri untuk kembali ke kamarnya.

Di kamar Yono menegak obat demam, supaya demamnya cepat hilang. Yono harus sembuh, supaya bisa bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga mereka. Yono ingin, Rina tetap sekolah apapun caranya. Yono akan bekerja keras, sebab itu janjinya pada mendiang istrinya.

Yono membuka jendela kamarnya, sambil menarik sepuntung rokok yang ada di sela jarinya. Yono segera bersandar di tempat tidur, bayangan Rina yang sedang memakai pakaian kembali muncul. Seketika membuat penis Yono langsung menegang, jika saja Yono bisa memaki penisnya mungkin itu akan dia lakukan.

Yono segera membuang rokok ke luar jendela kamarnya, lalu mengunci jendela kamarnya kembali.

Yono kembali bersandar, dia sudah menurun kan celana pendeknya. Dia bisa melihat kontolnya yang berdiri tegak, seperti tiang.

"Sial."

Yono segera mengusap kontolnya, entah bagaimana memori tentang Rina yang berganti pakaian tiba-tiba lagi muncul.

Yono terus mengusap, Yono membayangkan bagaimana jika ia bisa dengan mudah melihat langsung Rina sang keponakan bertelanjang di hadapannya.

"Sshhh aahhh.."

Yono menggeram, mendesah mana kala dia merasakan sensasi nikmat saat memainkan kemaluannya sendiri.

Sedang asyik memainkan kemaluannya, Yono dengan matanya melihat bayangan hitam yang berdiri di pintunya. Dia tahu, sebab lampu kamarnya kini sedang padam. Dan dia gantikan dengan lampu tidur kecil kesukaan istrinya yang berwarna kuning.

Yono tau jika itu adalah Rina, dia yang semakin bernafsu mendesah sambil memanggil Rina dengan sengaja.

Yono ingin saat ini Rina menghisap penisnya, sambil terus mendesah. Yono mengocok penisnya tanpa henti, Yono sudah tertutupi hawa nafsu.



Rina & Pakde Yono pov

"Aaahh, isap terus kontol pakde rin, uhh.."
"Iyahh begitu, isap nak. Ohh kontol pakde milikmu."

Pakde memanggil Rina terus secara berulang, membuat ku semakin ingin mendengar. Rina masih belum pergi, Rina masih mendengar suara desahan Pakde Yono.

"Uhhh rina, ohh rin pakde keluar rin.."
"Ohh ohh rinaaaa.."

Suara desahan panjang pakde, Pakde Yono yang di dalam kamar memuncratkan cairan kental putih miliknya beberapa kali tembakan, Rina yang sudah tidak mendengar suara rintihan Pakde Yono segera pergi kembali ke kamar.

Rina lalu mengunci pintu kamar, jantungnya benar-benar berdebar. Suara pria paruh baya yang tak henti-henti mendesahkan namanya membuat ia masih belum percaya, dia tak menyangka jika Pakde Yono tertarik dengan nya.

Rina memilih untuk tidur, lebih baik menurut Rina. Dari pada dia harus berpikir tentang kejadian malam ini.

PAKDEWhere stories live. Discover now