9

13K 52 1
                                    

Meski kami telah sampai di rumah dalam suasana yang sudah larut, hingga ku rasa pagi kan menyapa. Pakde membantu ku untuk turun, aku akui setelah ijab kobul. Pakde terlihat berkarisma dan gagah.

"Kenapa lihatin pakde begitu?" tanya Pakde yang membuatku menjadi malu.

Aku diam saja dan memilih untuk melangkah masuk ke dalam rumah, hal yang pertama aku siapkan untukku dan pakde adalah air panas.

Kami berdua harus mandi, sebab rasa dingin yang menembus tulang-tulang kami. Aku yang sudah tidak tahan akhirnya memilih membersihkan diriku, setelah itu di lanjut oleh Pakde.

Saat aku sedang ingin merapikan barang-barangku, pintu ketukan kamar terdengar.

"Pakde." sapaku sambil terbuka pintu.
"boleh pakde masuk?" tanya Pakde.

"Boleh." jawabku.

Rambutku masih setengah basah, tempat tidurku juga masih berantakan. Aku merapikan semuanya dan membiarkan pakde duduk sebentar di tempat tidur, pakde sibuk melihatku merapikan seluruh kamar dengan cepat.

"Rin." panggil Pakde

Aku menoleh, dengan harap-harap cemas. Pakde menepuk bagian kosong disampingnya. Aku pun mendekat dan memilih duduk bersebalahan.

"Hari ini kamu sudah resmi jadi milik pakde selamanya, pakde ndak akan melarang kamu lagi seperti kemarin-kemarin, sebab pakde ndak takut kalau kamu bakalan pergi dari pakde." ucap Pakde

"Makasih pakde." jawabku sambil menunduk.

"Rin." panggil Pakde dengan lembut

Aku memberanikan diri menatap kedua mata pakde, pakde bergeser mendekat. Aku hanya terdiam, melihat aksi selanjutnya yang akan dilakukan pakde.

"Kalau kita hanya berdua, jangan panggil pakde. bisa kamu panggil mas saja?" tanya Pakde

"Mas?" jawabku dengan bingung
"Iya. mas, sebab hanya ada kita berdua. kalau nanti sudah waktunya. Mas akan kasih tau sama semua orang-orang di kampung kalau kamu ini bukan keponakan mas lagi. Tapi istri mas." ujar pakde.

Aku mengangguk, mengisyaratkan bahwa kini aku mengerti dengan ucapannya. Ku rasakan tangan Pakde melingkar di pinggulku, wajah kami kini saling berdekatan.

"Malam ini, malam pertama kita sebagai suami istri. kamu mau kan melayani mas?"

Pertanyaan pakde membuat debaran di jantungku, padahal sebelumnya jika pakde ingin dia langsung memasukan benda kerasnya ke dalam milikku.

"Bagaimana, jika kamu menolak pun mas ndak akan maksa kamu." ucap pakde lagi.

Aku hanya diam, aku bingung cara menjawabnya.
ada hasrat di dalam diriku yang kembali menginginkan sentuhan dari pakde.

Sebab karena aku hanya diam, ku rasakan pakde memulai pergerakannya. Tangan kanannya menarik pinggulku, sedangkan tangan kiri mulai membuka kancing piyama yang ku kenakan.

Pakde tanpa ragu mencium bibirku, melumat bibir bagian bawahku. Tanpa rasa canggung seperti awal aku menikmati setiap perlakuan suami ku yaitu Pakde.

Tangan kiri pakde dengan cepat membuka pengait bh-ku yang terpasang, tangannya menelusup masuk ke dalam celana piyama yang masih ku pakai.

"sshh, pakde.." desahku yang lalu melepaskan ciuman kami.

Pakde segera bangkit, ia mendorong tubuhku dan aku terhempas kembali di tempat tidur. Pakde tanpa ragu-ragu langsung melepaskan semua pakaiannya, aku bisa melihat senjata kebanggaannya yang pernah memasuki sarangku.

PAKDEWhere stories live. Discover now