34. Kak Venny?

5K 228 42
                                    

***

Reno terdiam di kamarnya menatap dari balik jendela cuaca yang dingin karena hujan begitu deras menguyur area perumahannya. Notebook dan bolpoin sudah Reno siapkan, sepertinya ia harus mengikuti saran Dokter Brian.

"Semua bisa diperbaiki asalkan gue bisa berubah lebih baik kan? Gue cowok, kedepan gue bakalan jadi kepala keluarga yang bakal nentuin arah keluarga gue kaya gimana!" Batin Reno menimang-nimang.

"Jahat banget gue memperlakuin orang yang gue cinta kaya sampah! Tapi diri gue jauh lebih dari sampah!"

Reno mulai menuliskan hal-hal yang menurutnya bisa meredakan semua rasa keresahan yang ia alaminya.

"Kenapa hidup akan selalu berputar berbanding terbalik dengan keinginan kita? Apa karena Tuhan ingin menghukum gue atau punya rencana lain dibaliknya?" Kata Reno menerawang.

"Dengan pribadi apa, gue pengen hidup di masa depan?" Reno membaca tulisannya.

"Dengan pribadi yang bukan dari cerminan diri gue sendiri. Gue mau hidup sama orang dengan mentalnya stabil, mandiri dan punya prinsip hidup bagus. Cantik? Gue gak mikir cantik yang utama tapi pokoknya sifatnya mirip Marsha." Tulis Reno dengan mantap.

Reno menggigiti bolpainnya, "Kata orang cerminan jodoh adalah diri gue sendiri, jadi gue harus kaya Marsha?"

Reno terkekeh geli rasanya jantungnya berdetak semakin kencang jika memikirkan Marsha. Omong kosong ucapannya kemarin, Reno tidak mau Marsha jatuh kedalam keluarganya yang penuh toxic.

Setelah menulis beberapa pesan tersirat, Reno menutup kembali notebooknya. Reno sedari tadi mengabaikan pesan dari Anne, malam sudah tiba rasanya ia rindu Marsha.

"Demi Tuhan, gue gak sejahat itu Marsha! Kenapa lo gampang banget ngerasa tersakiti, gue juga tersakiti karena sikap lo!" Sendu Reno menatap bintang-bintang dilangit.

Reno menatap jam tangannya, ia harus berkunjung ke rumah Marsha untuk sekedar memastikan gadis itu nyaman meskipun Reno tahu Marsha tidak ada di rumah.

Begitu menuruni tangga, Reno mendengar pertengkaran kedua orang tuanya. Sudah sering mereka bertengkar tanpa memperdulikan Reno.

"Kamu jahat mas! Memanfaatkan kebaikan keluarga Anne hanya untuk menguasai perusahannya saja!" Maki Dea tidak terima.

Jayden terkekeh sinis, "Perusahaan keluarga Anne sebentar lagi akan gulung tikar, jadi saya menyelamatkan dari kebangkrutan! Seperti perusahaan papa kamu dulu bukan?! Jika tidak ada campur tangan saya pasti perusahaan papa kamu sudah bangkrut! Berbahagialah kamu bisa hidup enak, Dea."

Tangan Dea mengepal, "Harusnya kamu yang bersyukur Jayden! Karena campur tangan papa aku, perusahaan kamu terselamatkan!"

Jayden mencelos marah, "Sialan, apa pedulimu Dea!! UNTUNGNYA SAYA TIDAK MEMBUANG KAMU!!"

"KAMU MEMBUANG AKU PUN SAMPAI KAPANPUN TIDAK AKAN PERNAH BISA JAYDEN!! KITA SUDAH MENANDATANGANI SURAT PRA NIKAH!! DEMI MELINDUNGI ANAK AKU DAN JUGA KAMU TIDAK SEMBARANGAN MENGHAMBURKAN HARTA WARISAN ITU!!" Bentak Dea balik tidak terima.

Reno mendengar semua percakapan kedua orang tuanya. Mereka sama sekali tidak memperdulikan Reno yang menjadi korban keegoisan mereka.

TWO BOYFRIEND || ON GOING ✓Where stories live. Discover now