20

3.6K 343 9
                                    

Entah mengapa saat ini Kaylen merasa tubuhnya lemas dan kepalanya sangat pusing. Sekolah masih 3 jam lagi, Kaylen merasa bahwa itu lama sekali, ia ingin cepat-cepat pulang dan tidur agar rasa pusing dikepalanya mereda.

"Mau ke UKS, Kay?" Tanya Kal yang menyadari kondisi badan temannya itu.

"Enggak" Jawab Kaylen singkat lalu ia merebahkan kepalanya ke meja dengan tangannya sebagai bantal. Kepalanya benar-benar pusing sekarangsekarang, tak perduli jika gurunya akan menegur nanti.

Di jam pelajaran yang tersisa, Kaylen hanya memejamkan matanya saja, ia tak bisa tidur karena kepalanya sakit dan tidak nyaman.

Kini bel pertanda pulang sudah berbunyi. Kaylen pun memasukkan bukunya ke dalam tas.

"Pulang sama gua aja, Kay" Ucap Leo.

"Enggak, gua di jemput Papa. Thanks bro" Jawab Kaylen.

Memang Kaylen sudah bilang sang Papa tadi lewat Whatsapp, dan Vander bilang akan menjemputnya.

"Motor lo, gua yang bawa Kay. Kebetulan tadi pagi gua bonceng Raka" Ucap Kal.

"Hmm, makasih Kal" Kaylen memberikan kunci motornya kepada Kal.

"Hari ini lo piket kan Kay? Lo pulang aja biar gua yang paketin" Ucap Vello.

"Serah" Jawab Kaylen singkat, lalu ia membawa tasnya dan keluar kelas. Entahlah kenapa teman-temannya pada baik, ia curiga pasti besok pada minta traktiran.

Setelah melihat mobil sang Papa, Kaylen dengan langkah gontai menghampiri mobil tersebut dan masuk ke dalam mobil.

"Sakit bos?" Tanya Vander setelah sang anak masuk mobil.

"Bodoh" Jawab Kaylen ketus. Lalu ia menyenderkan tubuhnya dan memejamkan matanya. Vander terkekeh pelan, lalu mulai melajukan mobilnya, sepertinya sulungnya itu sedang tidak mood bercanda.

Sesampainya di rumah, Kaylen langsung turun dari mobil meninggalkan sang Papa dan juga tas nya. Biarlah tasnya dibawa oleh Papanya itu.

Kaylen melepas sepatunya dan masuk ke dalam. Ia disambut oleh bocah berpipi gembul yang tertidur di lantai depan TV dengan keadaan TV yang masih menyala dan disekitarnya terdapat beberapa mainan. Biasanya disini terdapat karpet bulu, namun sepertinya sedang di cucikan.

Kaylen berjongkok di depan Fazie dan menempelkan telapak tangannya ke lantai. Ternyata lantainya terasa dingin. Niatnya Kaylen akan memindahkan sang adik tapi tubuhnya lemas, jadi tidak kuat untuk mengangkat Fazie.

Akhirnya Kaylen ikut merebahkan tubuhnya di samping sang adik dan memeluk Fazie dengan erat. Kaylen merasakan kenyamanan karena saat ini ia tengah menghirup aroma khas dari tubuh sang adik.

Disisi lain, kini Vander memasuki rumahnya setelah memasukkan mobilnya ke garasi. Di pundak kanannya terdapat tas yang ditinggal oleh tuannya dan tangan kirinya memegang tas kerja miliknya.

Kemudian Vander terkejut saat melihat kedua anaknya tidur dilantai yang sambil berpelukan. Vander pun meletakkan tas yang di bawahnya ke sofa.

"Kay, Fazie, bangun. Pindah ke kamar" Ucap Vander sambil menepuk-nepuk pelan tubuh sang anak.

Kaylen yang belum nyenyak pun membuka matanya.

"Pindah ke kamar, di lantai dingin" Ucap Vander saat Kaylen memasang wajah bertanya.

Vander pun langsung membawa Fazie ke gendongannya, anak itu tampak tak terusik sama sekali dan malah menyamankan posisinya di gendongan sang Papa.

"Mau gendong juga?" Tanya Vander kepada Kaylen yang tengah berdiri dengan muka yang lesu.

KayZie [Brothership]Where stories live. Discover now