01 : LITTLE ONE

965 50 17
                                    

Vince Leandro.

Seorang pria mapan yang menjabat sebagai CEO di Leandro De Hotel. Yatim piatu yang dibesarkan sang paman sejak usia sepuluh tahun.

Memiliki wajah tampan dengan garis rahang yang kokoh, hidung mancung, alis tebal dan sorot tajam. Tinggi dan berat tubuh yang ideal, menjadikan Vince sebagai sosok sempurna yang dikagumi kaum hawa.

Sayangnya Vince memiliki kepribadian buruk. Terlihat dingin dan berwibawa namun aslinya sangat penuh dengan nafsu membabi buta. Bak seekor serigala yang memangsa, Vince selalu meniduri wanita demi memuaskan hasrat seksualnya.

Jika di kantor dia dipuji akan kepiawaiannya dalam menjalankan tugas sebagai CEO, berbeda dengan dirinya ketika berada di bar yang mana setiap wanita yang telah ditidurinya mengutuknya karena Vince sangat kasar dan dominan.

Banyak wanita yang memang terang-terangan menggodanya tapi sekali bermain dengannya wanita itu akan merintih kesakitan dan menghujat sifat dan sikap si tampan Vince setelahnya.

Yah, kebetulan dirinya sedang ingin bermain sekarang. Penat karena pekerjaan membuat Vince butuh wanita sebagai mainan.

Vince menghubungi dua temannya secara bergantian. Meminta mereka untuk menemaninya ke bar malam ini. Vince butuh pelampiasan. Pria itu harus mendapatkan kesenangan agar rasa penat akan pekerjaannya itu hilang.

"Wah, sepertinya kamu butuh mainan baru." ejek teman Vince yang bernama Daniel Magaree atau bisa dipanggil Niel.

"Haha, dia memang selalu butuh itu. Mana ada wanita yang betah setelah tidur sekali dengannya? aku tidak lupa kalau dia pernah bercerita jika ada beberapa yang meludahi wajahnya karena permainan kasarnya." sahut Moreno Flescky atau Reno.

Vince hanya menyeringai, tidak menyalahkan kedua temannya karena apa yang mereka katakan memang sebuah fakta yang tidak bisa diputar balikkan.

Ketiganya saat ini berada di sebuah bar yang baru mereka datangi hari ini. Bar yang direkomendasikan oleh Reno, yang katanya lebih banyak wanita sexy dan berani, cocok bagi Vince yang seleranya tinggi seperti itu.

"Kamu ingin minum apa, teman? aku akan traktir!" ujar Reno, melambaikan tangan pada waitress.

"Alkohol termahal tampaknya bagus untuk menguras isi dompetmu, ya kan, Vince?" kata Niel mengangkat alis, meminta tanggapan Vince.

"Well, itu ide yang cukup bagus." Vince terkekeh.

"Selamat datang tuan-tuan, ingin memesan minuman apa?"

Suara yang sangat halus bergetar takut serta kehadiran si pemilik suara membuat ketiga pria dewasa itu menoleh dan menampilkan ekspresi yang berbeda-beda.

"Wow! you look so young, lady!" puji Reno tiba-tiba.

"Are you still in school?" tanya Niel kaget karena baru pertama kali melihat seorang gadis yang sangat muda dan pendeknya seperti anak sekolah menengah pertama.

Berbeda dengan Vince. Pria itu tampak diam. Terpesona dengan kecantikan rupa si gadis muda. Terlebih kedua matanya yang tak sengaja beradu dengan milik gadis itu. Panas. Vince merasa seluruh tubuhnya panas hanya karena tatapan gugup dan takut milik si gadis.

Gadis itu menggigit bibirnya, dia merasa semakin gugup dan takut karena di hadapannya saat ini tiga pria dewasa. Ini adalah hari pertamanya menghadapi pelanggan di bar ini.

Gadis muda bernama Arabella Winter yang usianya masih empat belas tahun itu meneguk salivanya kala bertatapan dengan ketiga pria tersebut.

Tuhan, tolong Bella! andai saja ayah tidak menjualku ke sini, pasti hal ini tidak akan terjadi. Bella sekarang sangat takut, ya Tuhan!

"Hello, lady? are you okay?"

Bella mengerjap beberapa kali dan tersenyum kaku. Lalu tak lama datang seorang pria yang merupakan pemilik bar ini, Edgar Raymond.

"Excuse me, sir! apakah ada masalah?" tanya Ed pada ketiganya melirik Bella yang ternyata menjadi pusat perhatian ketiga pelanggannya.

"Oh, she is Bella. Dia anak baru, ayahnya menjualnya kemari atas hutang minuman alkohol yang dia minum. Apakah gadis-ku membuat kesalahan, tuan-tuan?"

"Oh, tidak-tidak! kami hanya kaget. Dia tampak sangat muda seperti anak sekolah. Jadi, apa katamu tadi? ayahnya menjualnya? Oh! itu buruk sekali!"

"Yah, begitulah. Ayahnya memang brengsek."

"Lalu kenapa kamu menerimanya? bukankah dia ini masih anak-anak, iya kan? kurasa dia sungguh masih anak SMP."

Ed terkekeh lalu merangkul bahu Bella, membuat gadis itu semakin gugup dan memilik menunduk.

"Bella memang masih SMP. Usianya saja masih empat belas tahun. Aku membelinya karena ingin dia bebas dari ayah brengseknya. Yah, setidaknya aku memberi tempat tinggal dan juga pekerjaan." jelas Ed.

"Ouch, kamu begitu baik dan jahat dalam satu waktu." ucap Reno sambil tergelak.

Ed menepuk-nepuk bahu Bella.
"Apakah tuan-tuan perlu sesuatu? kurasa hari ini aku yang akan membantu karena Bella-ku tampak takut di hari pertamanya bekerja."

Bella mengangkat wajahnya dan tidak bisa menyembunyikan kalau dia benar-benar takut.

"Tenanglah!" bisik Ed. Bella mengangguk.

"Kami ingin minuman yang paling mahal di sini, kebetulan temanku sedang menyombongkan diri ingin meneraktir, haha."

Ed tersenyum sambil mengangguk. "Baiklah, tuan-tuan, kami akan segera kembali membawakan yang kalian inginkan." pria itu memutar tubuhnya sembari terus merangkul Bella, membawa gadis itu pergi dari sana.

"Ada apa Bella? kamu takut? kalau iya, sebaiknya tidak perlu dilanjutkan. Aku tidak memaksa."

"Tidak, kak. Maafkan aku, aku...memang gugup dan takut. Mungkin karena aku baru pertama kali di tempat ini dan bekerja untuk melayani pelanggan. Nanti mungkin aku akan terbiasa."

Ed menghela nafas lalu membiarkan Bella duduk di kursi dekat bartender.

"Kamu sebaiknya diam saja di sini. Tidak perlu memaksakan diri untuk bekerja. Biar aku yang menyuruh Celly untuk mengantar pesanan mereka."

"Tidak ada tapi, Bella. Diam di sini dan perhatikan saja bagaimana orang-orang di sini bekerja. Anggaplah hari pertamamu ini sebagai pembelajaran. Aku tidak akan menyuruhmu bekerja kalau kau memang belum siap, dear." Ed menepuk-nepuk kepala Bella.

"Terima kasih, kak. Aku sungguh berhutang budi karena kebaikanmu."

Ed hanya tersenyum kemudian menyiapkan pesanan ketiga pria tadi. Dia adalah pemilik sekaligus bartender di bar-nya sendiri. Ada satu orang bartender lagi, Byan namanya. Pria itu juga sedang sibuk melayani para manusia yang ingin melepas stress mereka dengan cara minum-minum.

Sementara itu, Reno terus mengoceh tentang Bella di meja mereka dan hanya Niel yang menanggapi dengan antusias. Sementara Vince. Pria itu hanya diam dengan pandangan tak lepas dari wajah gelisah Bella yang jaraknya cukup jauh dari mejanya.

Vince tersenyum samar. Entah mengapa hari ini keinginannya bermain dengan wanita jalang yang sexy hilang begitu saja. Justru Vince tertarik dengan hal baru yang dia temui kali ini. Bella. Nama gadis itu, wajah gadis itu, tubuh mungil gadis itu, dan aroma vanilla yang tadi meracuni indera penciumannya berhasil mengganggu Vince.

Goddamn! little one, you distract my mind so hard. Batin pria itu tanpa memutus tatapannya pada sosok Bella yang duduk kaku dan menggemaskan di kursi dekat bartender di sana.

ΦΦΦ

Terima kasih telah membuka dan membaca cerita yang dibuat karena iseng ini.
Semoga bisa berlanjut terus kedepannya.

Salam, Al💃💋

ArabellaWhere stories live. Discover now