Mual

4.8K 303 2
                                    

Acara makan malam keluarga Aryasatya berlangsung. Sangat tenang yang membuat Afra yang menyaksikannya malah tegang lantaran suasananya lebih seperti makan dengan rekan bisnis mereka daripada makan dengan keluarga.

Beberapa pelayan di rumah Damar sibuk mondar-mandir melayani keluarga itu di meja panjang di ruangan megah itu. Sedangkan Afra dan pelayan dari rumah Arka hanya bertugas menunggu di luar. Menyaksikan orang-orang kaya itu makan dengan perut kelaparan.

Tiba-tiba Bunga beralih ke arah pelayan yang berjaga di pintu. "Apa yang dihidangkan?"

"Kali ini temanya masakan nusantara, karena Tuan Damar sangat menyukainya, Bu."

Ekspresi Bunga seketika berubah khawatir. "Terima kasih." Dia beralih ke arah Afra. "Tuanmu tidak bisa makan makanan yang ada cabai walaupun sedikit. Dia juga tidak cocok dengan beberapa makanan tertentu. Waktu dia kecil, pernah ada anak pelayan yang memberikan makanan yang dibeli di kaki lima. Karena dia menghargai anak pelayan yang dianggapnya sebagai teman itu, dia memakan makanan itu yang membuatnya muntah-muntah dan sakit selama dua hari."

Afra cengo. "Perut gue yang spek kuli gini apa kabar? Semua bisa masuk kecuali pas lagi mules aja."

"Kamu harus waspada, Afra. Masakan nusantara itu setahu saya ciri khasnya ada cabai. Tuanmu tidak bisa menolak, karena dia sangat sungkan apalagi di depan kakeknya yang tidak menerima penolakan."

Secepat kilat Afra menatap ke depan tepat ke arah Adam yang sedang makan dengan perlahan. Seperti tak ada kesan menyukai makanannya sama sekali.

Tiba-tiba wajah pria itu memerah. Benar-benar memerah membuat Afra dan Bunga terkejut sampai berdiri.

"Uhuk ...." Adam mulai batuk.

Seorang pelayan langsung sigap menuangkan minumannya. Dia minum sedikit dengan wajah yang sudah lebih tenang.

Afra dan Bunga tetap saja berdiri di tempat dengan tegang. Seperti menunggu drama selanjutnya.

Benar saja, Adam mulai batuk-batuk beberapa kali.

"Uhuk ...."
"Uhuk ...."
"Uhuk ...."

"Apa yang salah Adam? Apa hidangannya bermasalah?" tanya Damar dengan tenang.

Adam menatap ayahnya tapi Arka tampak sedikit tegang. Tak sanggup berdiri menolong anaknya yang seperti meminta bantuannya agar membawanya pergi dari meja makan itu.

Cepat-cepat dia menatap Afra yang berdiri tak jauh di hadapannya dengan tatapan sayu.

Sontak Afra tanpa takut langsung menerobos dan masuk ke ruang makan itu.

Semua orang kaget termasuk Damar. "Siapa dia?" tanya Damar. Terlihat sangat terganggu dengan kehadiran Afra yang tiba-tiba.

"Saya mohon maaf, Tuan, saya asisten pribadi dari Tuan Adam," ucapnya dengan sopan sebelum secepat kilat mengambil tisu dan melipatnya menjadi dua bagian.

Dia berdiri di samping Adam sebelum mengusap punggung pria itu dan menaruh telapak tangannya yang dilapisi tisu di depan mulut Adam. Wajahnya turun tepat di samping wajah Adam. "Keluarkan saja di tanganku. Gak apa-apa," ujar Afra dengan suara pelan.

Adam masih menatap Damar dan seisi meja yang juga menatapnya dengan penuh tanya. Dia ragu.

Afra tetap mengusap punggung pria itu dengan lembut. "Gak apa-apa. Keluarkan saja di tanganku."

Setengah ragu Adam mengeluarkan sepotong kecil cabai dari mulutnya ke tangan Afra yang ada di depan mulutnya itu.

Afra sigap menutup kembali tisu di tangannya sebelum menyodorkan gelas berisi air putih ke arah Adam agar majikannya itu meminumnya. Begitu melihat isi piring Adam yang terdapat beberapa jenis makanan yang bercita rasa pedas, Afra yang mendadak pucat.

Pengasuh Mr. A (TAMAT)Where stories live. Discover now