Bab 09 Saling mengisi

889 337 24
                                    

Aku canggung

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Aku canggung. Sumpah. Sejak Anyu mengatakan ingin benar-benar bersikap romantis kepadaku. Aku langsung masuk ke dalam rumah dan tidak menjawab. Selanjutnya pun aku memilih menghindarinya dengan mendekati Ibu terus.

Dia akhirnya berpamitan akan pergi keluar karena ada pekerjaan yang harus diselesaikannya. Hal itu membuat aku bisa bernafas lega sebentar.

"Mamanya Anyu kemarin curhat sama Ibu."

Aku menoleh ke arah Ibu yang sedang duduk di teras depan. Aku sedang mengiris mangga dan mentimun. Siang ini aku sedang membuat rujak buah sama Ibu.

"Curhat apa?"

Ibu menatapku dan tersenyum.

"Bilang kecewa sama Abimana, karena istrinya hamil duluan. "Ibu mengulas senyumnya.
"Katanya dia itu bayangin Abimana nikahnya sama kamu."

Aku mengernyitkan kening mendengar ucapan Ibu.

"Nikah sama aku?"

Ibu menganggukkan kepala dan kini mengambil alih mangga yang masih aku kupas.

"Maunya kamu yang jadi istrinya Abimana. Dia kan sayang banget sama Abimana, karena anak itu penurut dan nggak pernah neko-neko. Sedangkan Anyu dari dulu udah nakal kan? Dan kecewanya ternyata karena Abimana nggak sebaik itu."

Deg
Aku merasa kalau mamanya Abimana sepertiku. Kecewa dengan Abimana.

"Kalau Ibu ya, dari dulu sudah senang aja ama Anyu."

Ucapan Ibu berikutnya membuat aku menatapnya.

"Ama Anyu?"

Ibu menganggukkan kepala.

"Iya. Dia itu baik loh. Meski dulu bandel, mungkin karena dia sebenarnya merasa dianak tirikan, selalu dibandingkan sama Abimana. Tapi Ibu bisa lihat kalau Anyu itu jujur, dan tulus."

Aku terdiam mendengar ucapan Ibu. Sepertinya aku juga sedikit melihat sisi Abimanyu yang seperti itu.

"Jadi dia nakal karena kurang kasih sayang?"

Ibu langsung menganggukkan kepala.

"Iya makanya dia pergi dari rumah, lalu kembali saat udah sukses. Beneran keren kan?"

Ah Ibu sudah meracuniku dengan kebaikan Abimanyu. Tapi kalau Abimanyu selama ini seperti itu, bukankah malah kasihan? Dia berusaha membuktikan dirinya.

****

Aku sempat tidur siang, dan terbangun saat mendengar suara pintu tertutup.

"Ups. Sori, nutup pintunya buat kamu bangun."

Abimanyu sudah ada di dalam rumah. Dia kini berdiri di tepi ranjang dan melepas jaketnya. Aku beringsut untuk duduk.

"Ehmm ini jam berapa?"

Aku kembali menguap dan mengusap mataku.

"Jam 5, Ca. Mandi gih."

Abimanyu kini duduk di tepi kasur. Membuat aku lebih menjauh.

"Aku udah mandi."

"Tadi pagi?"

Pertanyaan Abimanyu membuatku mengerucutkan bibir.

"Dingin ah. Nggak mau mandi."

Jawabanku malah membuat Abimanyu menggelengkan kepala. Dia tidak menyuruhku lagi. Malah kini naik ke atas kasur dan berbaring di sana.

"Kamu dari mana sih?"

Aku menoleh ke arahnya yang sedang memejamkan mata.

"Dipanggil Mama ke rumah. Abangku yang ganteng itu buat ulah."

Aku menatap Abimanyu dengan lekat.

"Bang Abi?"

Abimanyu membuka matanya dan kini menganggukkan kepala.

"Dia minta uang sama Papa, katanya buat beli rumah gitu. Istrinya minta pindah. Nggak betah di rumah. Padahal rumah segede gaban gitu kan diwarisin buat Bang Abi."

Aku terdiam mendengar ucapan Abimanyu.

"Lha warisan kamu?"

Kali ini Abimanyu memiringkan tubuhnya menghadapku.

"Aku mana dikasih warisan Ca. Aku nakal dan udah dicoret dari daftar waris."

Eh...

Kenapa aku sedih mendengarnya.

"Lagian aku nggak butuh itu. Aku bisa beli rumah sendiri. Tapi sekarang Mama sama Papa nyuruh aku pindah ke rumah. Lalu jual ini rumah terus uangnya dikasih ke Abang ku itu. Nyebelin nggak sih?"

Aku bisa mendengar nada kesal dari Abimanyu. Benar kata Ibu, Anyu sepertinya di anak tirikan di rumah.

"Lha kok bisa dikasih Bang Abi? Ya nggak usah mau."

Abimanyu hanya tersenyum tipis.

"Yah begitulah aku. Di sini aku hanya disuruh mengalah. Kayak aku nikah sama kamu itu kan disuruh gantiin Bang Abi. Dari kecil juga begitu terus. Udah nggak kaget."

Dia tampak sedih. Ah kenapa aku juga ikutan sedih.
Refleks aku mengulurkan tangan untuk mengusap kepalanya. Dia tampak terkejut.

"Capek nggak? Aku pijitin mau?"

Anyu mengernyit tapi kemudian tersenyum.

"Beneran?"

"Iya. Sini."

Aku benar-benar merasa iba dengan Abimanyu. Dia pasti lelah harus selalu mengalah.

Abimanyu menelungkup dan mengisyaratkan aku untuk memijat punggungnya. Aku beringsut mendekat dan kini benar-benar memijatnya.

"Ah, Ca...enak."

Aku hanya terdiam. Sore ini Abimanyu menampilkan sisinya yang lain lagi. Kenapa makin hari makin terlihat berbeda?

"Nah situ Ca, nah iya."

Dia masih bergumam saat aku memijat punggungnya. Beberapa saat kemudian aku mendengar dengkuran halus darinya. Dia tertidur pulas. Ah suamiku, kenapa hatiku menghangat saat ini?

Bersambung

Idenya lagi nangkring nih. Jadi up cepet. Jgn diburu2 ya ikutin alurnya saja. Ramein dulu deh

Owh iya promo pdf 100rb / 3 pdf masih berlaku ya

Cuzz ke wa 081255212887

Jodoh TerbaikWhere stories live. Discover now