Prolog

2.9K 625 35
                                    


"Maaf, Ca. Kakak udah anggap kamu adik. Sama kayak Anyu."

Sakitnya itu tidak bisa dibayangkan saat pria yang selama ini aku kagumi dan impikan menjadi suami ternyata hanya menganggapku adik.
Semua berawal dari pembicaraan Ayah dan Om Malik, orang tua Abimana. Keluarga kami berdua sudah bertetangga sejak kecil dan itu membuat keluarga kami dekat. Terutama aku.

Sejak usia 12 tahun, saat ayah dipindah tugaskan ke kota ini, aku sudah mengenal Abimana. Sosok kakak yang aku butuhkan karena aku anak tunggal. Dia yang berjarak 3 tahun lebih tua dariku, sejak pertama memang menjadi sosok yang melindungiku. Dan aku menjadi pengekor Abimana saat bermain. Dia juga tidak pernah risih ketika aku meminta ikut bermain.

Rasa itu berubah menjadi cinta seiring kami tumbuh dewasa. Hari-hariku dipenuhi Abimana. Saat aku SMP dia yang rajin mengantar jemput aku. Bahkan SMA dia bisa dikatakan menjadi sosok 'pacar' kalau kata teman-temanku karena sakin seringnya Abimana yang mendampingiku kemanapun. Lalu di bangku kuliah dia juga selalu ada untukku. Tidak pernah terlihat dia memiliki seorang pacar.

Hal itulah yang membuat aku percaya diri dan yakin kalau Abimana memang mencintaiku juga. Dan yang membuat Ayah dan Om Malik langsung menginginkan kami untuk bersatu. Tapi jawaban dari Abimana membuatku patah hati.

Andai saja Ayah sehat, aku pasti akan menolak perjodohan ini. Tapi nyatanya Ayah memang sedang sakit dan menginginkan aku putri tunggalnya untuk segera menikah. Tak sampai hati mengatakan kalau Abimana tidak mencintaiku. Pun ketika Abimana juga tidak tega untuk menolak. Maka, pernikahan kami tetap terlaksana. Hanya saja, kurang satu hari Abimana akhirnya menyerah dengan alasan tidak ingin menyakitiku.

Kalaupun gagal aku akan lebih lega. Tapi Om Malik mengatakan pernikahan akan tetap terlaksana. Bukan dengan Abimana tapi Abimanyu.

Dia musuh bebuyutanku. Aku tidak pernah akur dengannya karena sifatnya yang jelek. Urakan dan selalu saja membuat Om Malik selaku ayahnya malu. Beberapa kali dipanggil pihak sekolah karena Abimanyu terlibat tawuran dan kenakalan yang lain.

Abimanyu ini adik kandung Abimana. Tapi sifatnya bisa berbanding terbalik dengan sang kakak. Aku sungguh sangat sebal dengannya. Beberapa kali dia mengusiliku yang membuat aku menangis.

Lalu, setelah lulus kuliah, aku tidak melihatnya lagi. Kata Abimana, adiknya itu entah pergi ke mana yang membuat Tante Tiwi, bundanya sakit karena memikirkan Abimanyu.

Dan sekarang Om Malik bilang kalau aku harus menikah dengan Abimanyu. Katanya pria itu sudah berubah. Tapi aku tidak percaya. Ingin aku menolak hanya saja Ayah malah mengatakan aku harus menikah selagi Ayah masih hidup. Ibu juga membujukku, serta tidak ingin membuat malu semuanya. Ah kenapa jadi aku yang harus menanggung?

"Sah."

Aku terkejut saat mendengar suara itu. Di balik tirai yang menjadi pembatas, aku bisa dengan jelas mendengarnya. Hari ini aku menikah. Semalaman aku menangis karena takdirku ini.

"Kalian udah sah."

Ibu dan Tante Tiwi memelukku. Lalu tirai terbuka dan aku harus mendekat ke Abimanyu. Pria yang sudah sekian lama tidak aku lihat lagi. Kedatangan dia pun aku tidak tahu karena memang semuanya tiba-tiba.

Aku sempat menatap Abimana yang tersenyum manis kepadaku. Aku benci dengannya karena terlihat baik-baik saja. Ini semua karena dirinya yang tidak dari awal menolak.

Saat aku sampai di samping pria yang mengenakan basofi putih itu, tangannya terulur. Dengan ragu aku mencium tangan itu. Lalu saat aku mendongak, netra kami bertemu.

Dia tampak mengangkat alisnya. Pria yang aku benci ini masih sama, hanya sudah lebih dewasa, sudah lebih tinggi dan juga badannya tegap.

"Hai, Cengeng."

Panggilan yang membuat aku menangis keras, saat dulu dia mengejekku. Dan sekarang membuat emosiku naik lagi.

"Kamu..."

Dia tersenyum lebar, tapi bagiku dia pasti akan mengejekku.

"Siap untuk nangis lagi?"

Aku makin membencinya.

Bersambung

Hai hai ini cerita baru lagi. Suka nggak? Yukk ramekan dulu yuukk

Jodoh TerbaikWhere stories live. Discover now