agit

15.1K 1.7K 30
                                    

Happy reading! Kasih tau kalau ada typo!



Seorang pria tengah menatap orang yang tengah duduk terikat di depannya dengan penuh minat. Orang yang terikat itu adalah mangsanya. Ia adalah pembunuh bayaran yang dititahkan untuk memburunya. Haha tidak semudah itu dude untuk memburunya.

Pria itu menyeringai penuh kemenangan. Bagaimana bisa 'orang itu' menyuruh pembunuh bayaran yang tentunya kemampuannya tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan dirinya. Sepertinya 'orang itu' terlalu meremehkannya. Lagipula siapa yang bisa mengalahkannya. Selagi gadisnya masih ada di bawah langit yang sama dengannya, maka dia tidak akan membiarkan ada yang bisa mengalahkannya.

"Bosmu itu terlalu meremehkanku dengan mengirimkan tikus kecil sepertimu"

Suara serak sexy yang bisa menundukan wanita-wanita si luaran sana terdengar begitu menyebalkan di telinga orang yang terikat itu. Heh dia ini pembunuh bayaran tingkat tinggi. Bahkan sampai sekarang badan intelegen setingkat SWOT atau CIA belum bisa menangkapnya. Beraninya bajingan didepanya menyebutnya tikus kecil.

Pria itu mendekat kepada mangsanya. Ia tersenyum miring melihat mangsanya itu masih sempat-sempatnya menatapnya tajam. Harusnya kan sekarang ia memikirkan waktunya yang tinggal sebentar lagi.

Ah! Ia tidak suka melihat mata itu. Kalau ia congkel pasti akan bagus kalau dijadikan benda koleksi.

Mata pria itu meneliti dinding di sampingnya. Disana terdapat berbagai senjata dan alat tajam yang tertata rapi. Tangan kekar miliknya menelusuri berbagai senjata disana satu persatu hingga berhenti pada-

Hah mengapa semua senjata koleksinya mendadak tidak ada yang menarik. Benar-benar membosankan.

Suara gebrakan kasar pintu membuat pria itu reflek mengambil salah satu belatinya dan melemparkan ke arah pintu. Orang yang membuka pintu itu memegang dadanya karena kaget dengan belati yang tiba-tiba melesat ingin menusuknya. Untung saja dia bisa menghindar.

Baru akan protes Felix, orang yang menggebrak pintu, langsung menyengir kala V, pria yang melempar belati, menatapnya tajam.

"Pengganggu" desis V

"Lo gak mau nemuin dia ?"

Felix menatap orang yang sudah bersamanya itu sejak dirinya masih TK. Bisa disebut teman, mungkin. Mengapa bukan sahabat? Karena entahlah hubungan pertemanan mereka bahkan masih dipertanyakan. Tapi tentu saja mereka bukan musuh. Lebih tepatnya mereka adalah human yang saling menguntungkan satu sama lain.

"Ngapain nanyain dia?" V semakin menatap tajam Felix.

Felix terkekeh geli melihat keposesifan orang di depannya ini. Oh ayolah dia hanya bertanya bukan mau merebutnya. Tetapi kalau dia yang mau bersamanya ia dengan senang hati merebutnya.

"Lo gak mau nunjukin diri? Dia semakin cantik dan menarik setelah tumbuh remaja. Lo yakin dia gak akan dikelilingi oleh lalat?"

Felix menyeringai, "Ayolah... Lo mendapatkan gadis lo, dan gue bisa ngulitin lalat-lalat pengganggunya. Dia kan selama ini gak tau lo. Gimana lo bisa ngemilikin dia?"

"Hm, belum waktunya dia tau gue, gue masih mau ngebebasin dia karena setelah dia ada dalam genggaman gue. Gue gak akan ngebiarin satu orangpun ngeliat sehelai rambutnyapun selain gue"

Felix menatap malas ketika melihat tatapan penuh obsesi itu.

V keluar dari ruangan berukuran 7x7 m itu. Meninggalkan Felix yang menatap sosok yang terikat yang daritadi mereka abaikan dengan nafsu aneh. Yah nafsu untuk membunuh tentunya.

"Dia milik gue ya?"

Felix menyeringai senang ketika V mengijinkannya. Yah dia tidak sabar untuk menguliti wajah sosok yang kini tengah memandanginya was-was.

"Hihi let's play.."

§§§

"Hai! Aku Gavriel Maheswara, bisa dipanggil Gav. Pindahan dari London"

Zavira menegang kaku. Yah seharusnya ia tidak kaget dengan kedatangan Gavriel sebagai murid baru di kelasnya. Dia hanya perlu tenang dan tidak merecokinya. Dia hanya perlu mencari pria tampan dan kaya raya juga hidup tenang.

Dia bisa menikmati berbagai adegan di dalam novel secara live. Walaupun rasanya pasti akan menggelikan melihat cowok bermesraan dengan cowok. Ew! Benar-benar menggelikan.

"Hai! Aku Gav"

Zavira tersentak kaget ketika sadar Gavriel menjadi teman sebangkunya. Ia tak sadar daritadi melamun rupanya.

"Nama kamu siapa?" Gavriel masih tersenyum manis menatapnya polos.

Zavira hanya menatapnya tanpa minat lalu menatap keluar jendela. Ia berniat mengacuhkan keberadaan Gavriel.

Gavriel yang diacuhkan tersenyum kecil. Ia masih menatap polos Zavira tanpa seorangpun tahu bahwa di otaknya tersusun berbagai rencana untuk orang yang telah mengacuhkannya.

Yang merasa masih punya tangan silahkan vote, komen, and share hehe.
Gratis kok.

Sekian terima Taehyung

Help MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang