28 - Api Dalam Jerami

94 16 0
                                    

BYEFRIEND BY HAZNA NUR AZIZAH

Instagram : @hsnrzz_ & @hf.creations

****

Gue:

Sagara

Lo ke mana, deh

Anak-anak nyariin

"Totalnya jadi dua ratus ribu tiga ratus lima puluh rupiah, Kak. Ada yang lain?"

"Enggak, Mbak. Itu aja."

Sagara mengambil dua lembar pecahan seratus ribuan beserta uang koin pecahan seribu rupiah untuk dibayarkan kepada kasir indomaret. Setelah belanjaannya dibungkus, Sagara berjalan keluar. Tangan kirinya menenteng kantong penuh belanjaan, sedangkan tangan yang lain memegang ponsel.

Sagara menekan-nekan benda pipih itu sembari berjalan di trotoar. Vespanya mogok, jadi Sagara pergi berjalan kaki. Disentuhnya kontak bernama Kak Syahnaz, telepon pun tersambung tanpa menunggu deringan kedua.

"Jadi ke sini, kan, Dik?"

Sagara menjauhkan ponsel dari telinganya begitu suara lantang Syahnaz terdengar. Kekehan kecil meluncur begitu saja.

"Jadi, Kak, tapi mau ke rumah dulu. Ini masih di jalan." Sagara berjalan dengan santai, sesekali melempar senyum atau mengangguk ramah pada sesama pengguna jalan.

"Di jalan malah telepon, kamu—"

"Aku jalan kaki, Kak. Vespanya mogok."

"Seriusan ke sininya jalan kaki?" Terdengar pekikkan terkejut dari seberang telepon.

Sagara kembali tertawa. "Enggak. Aku nggak mau betisku berubah jadi replika talas Bogor kalau jemput Kak Syahnaz-nya jalan kaki."

"Huh. Syukur, deh. Berarti nanti pulang dulu?"

"Iya. Antar belanjaan yang Kakak pesan ke rumah, terus cari taksi."

"Oke, deh. Hati-hati, ya, Dik. Kakak nggak sabar kembali ke rumah."

"Iya, Kak. Aku juga seneng banget."

Senyum Sagara terkembang lebar. Sejak dokter yang menangani Syahnaz mengatakan bahwa kondisi Syahnaz sudah memungkinkan dibawa pulang, Sagara gembira luar biasa. Dia sampai rela absen dari rutinan OSIS Akasia demi menjemput dan menyambut kembalinya sang kakak ke rumah setelah kurang lebih satu tahun menginap di rumah sakit.

Kegembiraan yang Sagara rasa membuatnya melupakan perasaan yang lain. Bahkan ketika vespa yang dikendarainya mendadak mogok, Sagara sama sekali tidak merasa kesal. Cowok itu rela jalan kaki ratusan meter untuk sampai ke rumah.

"Mas Gara sudah pulang?" sapa Bi Minah ketika Sagara membuka pintu. Wanita bercelemek itu tersenyum cerah. "Seneng banget pasti mbakyunya mau pulang," ujar Bi Minah.

Sagara tersenyum sembari melangkah masuk. Sekantong belanjaan yang ia beli berpindah ke tangan Bi Minah. "Seneng banget, Bi," ujarnya.

"Bibi juga seneng banget. Mas Gara makan dulu, terus ganti baju, baru jemput Mbak Syahnaz." Bi Minah menepuk-nepuk bahu Sagara sebelum kembali ke dapur, membuat Sagara merasa hangat.

Tidak sampai lima belas menit, Sagara sudah siap di depan rumah. Menanti taksi yang ia pesan dengan tidak sabar. Kemudian, meluncur ke rumah sakit untuk menjemput kakaknya.

^^^

Kebahagiaan yang bercampur dengan haru tumpah dalam bentuk tangis. Sagara lupa kapan terakhir kali dia bisa segembira ini. Melihat Syahnaz melolpat-lompat kecil saat masuk ke rumah membuatnya mengingat kilasan masa lalu mereka. Sagara menyusut air mata yang keluar saat Syahnaz tiba-tiba berbalik. Bibirnya melengkungkan senyum.

BYEFRIENDOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz