2 - Kutukan Ruang Jones

299 27 2
                                    

BYEFRIEND BY HAZNA NUR AZIZAH

Instagram : @hsnrzz_ & @hf.creations

****

Gue:

L?

Kamu pulang pas aku datang

Maaf, ya, harusnya aku ngga telat😕

Rapatnya tdi ngga bisa ditinggal

Kamu udh makan?

Kalo kangen aku udah belum?👀

Gudang Akasia atau yang lebih akrab disebut sebagai Ruang Jones alias Jomlo Ngenes adalah bangunan yang dibangun terpisah dari bangunan utama sekolah. Letaknya di bagian belakang, dekat toilet yang sudah tidak lagi difungsikan. Ruangan yang paling dihindari oleh warga Akasia, terutama setelah lewat pukul 15.00. Selain karena letaknya yang jauh berada di belakang dan berada di sebelah toilet yang terlihat seram, alasan yang paling kuat adalah rumor yang dipercaya sejak enam tahun yang lalu. Rumor yang mengatakan bahwa siapa pun yang berada di gudang Akasia setelah jam tiga sore akan menjadi jomlo selamanya.

Yona mengetukkan ujung pulpen ke kepalanya yang dipenuhi dengan rumor ruang jones. Kertas-kertas berisi data anggota OSIS yang dijepit paper clip dianggurkan di atas meja. Seharusnya Yona segera melengkapi data-data itu, menggantikan tugas Ratih yang saat ini ditugasi mengurus proposal, tetapi setelah mengingkari janji bertemunya dengan Leon gara-gara rapat mingguan, Yona sama sekali tidak bisa fokus.

"Kacau banget pikiran gue hari ini!" Yona menggeram. Tidak mempedulikan dua orang yang datang ke toko kelontong yang sedang ia jaga, menggantikan ibunya yang sedang keluar.

Semua karena Sagara. Cowok berparas lumayan yang cuek luar biasa. Ketua OSIS Akasia kesayangan Pak Zakariya alias Pak Jaka.

"Kalau Sagara nggak ngajak gue masuk ruang itu, pasti hubungan gue sama Leon baik-baik aja." Yona mendesah panjang. Ingatannya terlempar ke saat di mana Yona melihat Leon meninggalkan kafe tempatnya janjian dengan segenap kekecewaan. Wajah arogan Leon lembap karena tetesan air. Cowok itu menerobos hujan dengan motor besarnya.

"Mbak, gula tiga per empat kilo berapa?" tanya Nafi, tetangga Yona sekaligus teman sekolah adiknya yang masih mengenakan seragam SMP.

"Kagak tau! Lo mau beli atau mau ngetes matematika gue, sih?" balas Yona ketus, tanpa memindahkan tatapan dari atas meja. Satu kakinya dinaikan ke atas kursi. Hujan yang belum juga berhenti membuatnya ingin memaki. Karena aroma tanah basah yang melenakan membuat Yona teringat masa-masa indahnya dengan Leon sebelum perang dingin ini terjadi. Sampai kapan kamu mengabaikan chat aku, L?

"Ya elah, kan, elo yang punya toko, Mbak, jadi gue nanya," protes Nafi yang batal mengambil seplastik gula dari etalase.

"Yang punya Bapak-Mama gue, lo kalau mau banyak nanya nggak usah beli di sini, deh. Gue lagi nggak mood soalnya." Final, Yona melempar pulpennya ke sembarang arah sebelum menyalakan musik dari ponselnya yang tersambung dengan speaker, dengan volume keras. Begitu cara Yona memperbaiki suasana hatinya. Cewek itu membiarkan Nafi dan seorang lainnya pergi tanpa jadi membeli.

"Kalau Mama tau lo nolak pembeli, pasti lo habis dimarahi."

Seorang pemuda berseragam kurang rapi memasuki toko setelah melepas alas kaki. Aroma parfum bercampur keringat selepas seharian bekerja, juga air hujan yang terhidu membuat Yona tau siapa yang datang tanpa perlu melihatnya.

"Abang ... lo kenapa pulang?" teriaknya.

Kalandra, yang hendak melangkah masuk ke rumah, mengurungkan niatnya. Kakak Yona yang bekerja di bank itu kembali ke toko untuk menghampiri Yona.

BYEFRIENDWhere stories live. Discover now