Part 2 : Why He Hates Me?

157K 2.9K 41
                                    

“ Saya Kalvari Airlangga, Mbak pengacara Mbak Helena yang menelpon saya semalam?” tanya Kalva memastikan. Walau dia tentu saja sudah tau, dilihat dari cara berpakaian serta pembawaan wanita itu. Laki-laki itu hanya berbasa basi dikit untuk mencairkan suasana.

Gina tersenyum lembut, dia menyerahkan sebuah map biru kepada Kalva.”Ini surat wasiat yang dibuat oleh Nyonya Helena sebulan yang lalu. Sebenarnya saya sudah lama membuatnya saat Kimi berumur dua belas tahun, namun sebulan yang lalu almarhumah Helena meminta saya merevisi surat wasiat tersebut. Yaitu menyatakan anda sebagai wali sekaligus salah satu ahli waris perusahaan keluarga Pratama, suami Helena. Dan ada sebuah surat pribadi yang Helena tulis sendiri sebelum dia meninggal, saat Kimi berumur delapan belas tahun nanti, surat itu akan saya berikan pada anda “ jelas Gina saat Kalva membaca surat wasiat tersebut dengan teliti. Dahinya sedikit berkerut saat membaca isi surat wasiat tersebut.

“Dan saat Kimi berumur dua puluh nanti, dia akan menerima semua warisan tersebut. Begitu juga dengan anda, Pak Kalva dengan syarat yang ditentukan dalam surat tersebut” timpal  Gina lagi.

Sementara Kimi hanya dia memerhatikan kedua orang dewasa itu berbicara, dia tidak terlalu mengerti tentang wasiat tersebut. Yang dia tau adalah dirinya akan tinggal dengan laki-laki tampan ini. Apalagi itu masih lama, saat dirinya menerima warisan tersebut. Gadis itu harus menunggu tiga tahun lagi.

Kalva mengangguk mengerti, dia melirik Kimi yang duduk di sebelah Gina, memerhatikan keponakannya itu. Ternyata wajah gadis itu tidak berbeda jauh dengan kakaknya. Cantik dan mungil. Tapi ada yang berbeda, kesan manja lebih sangat terlihat dibandingkan Helena yang mandiri. Mungkin kakaknya terlalu memanjakan gadis remaja itu sehingga menjadi gadis yang manja dan cengeng tentu saja. Wajah Kimi yang natural tanpa make up sama sekali memperlihatkan jelas kepolosan dirinya. Rambutnya yang panjang dan lurus dibiarkan tergerai, menambah kecantikan gadis itu.

“Baiklah, terima kasih mbak Gina mau mengantarkan Kimi kemari, saya tadi pagi baru saja sampai di Jakarta. Jadi belum sempat menjemput Kimi,” Kalva menjabat tangan  Gina tersenyum singkat.

“Sama-sama, Pak Kalva. Kalau masih ada yang belum jelas, silahkan anda hubungi saya,” sahut  Gina tersenyum hangat.

“Baik , Mbak. Sekali lagi terima kasih,” Gina tersenyum lalu mengangguk.

 Perempuan itu menoleh kearah Kimi, gadis itu masih diam tak bersuara sama sekali,”Kimi, mulai sekarang kamu tinggal di sini. Jaga diri kamu baik-baik yah,”  Gina memeluk tubuh itu , mengecup pipinya singkat. Kimi mengangguk pelan.

“Baiklah, kalau gitu saya permisi , Pak Kalva. Kimi pasti butuh istirahat.”  Gina bangkit dari duduknya, “Take care yah, sayang. Kalau kamu kangen tante, telpon saja,”

“Iya,  tante. Terima kasih.” Sahut Kimi tersenyum lembut.

Kemudian Kalva mengantar kepergian  Gina sampai di depan pintu, setelah mobil  Gina pergi, dia memutar tubuhnya menghampiri Kimi yang masih duduk di tempatnya semula. Gadis itu terlihat sangat kaku dan tak nyaman. Mungkin karena mereka sudah lama tak bertemu. Bahkan Kalva bisa menghitung dengan jari berapa kali dirinya bertemu dengan keponakannya itu. Namun yang membuat dirinya bingung adalah kenapa kakaknya memilih dirinya sebagai wali Kimi. Padahal masih banyak saudara –saudara lainnya yang bahkan sudah memiliki anak seumuran Kimi. Sedangkan dirinya masih lajang dan tak berpengalaman dalam mengurus seorang remaja. Jangankan remaja, bayi saja belum pernah dia urus.

“Kimi!”

Gadis itu terlonjak kaget saat Kalva memanggil namanya, rupanya pikiran gadis itu sedang tidak ada di tempatnya.”I...iya, Kak..eh Om..” Kimi menggaruk tengkuknya yang tak gatal, bingung harus memanggil dengan sebutan apa walinya itu. Ingin memanggil Om tetapi masih muda, Kimi menerka umur walinya itu sekitar dua puluh limaan. Tapi kalau memanggil kakak sepertinya sangat aneh.

BABY LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang