•44•

483 24 0
                                    

"Happy birthday Arsen

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Happy birthday Arsen... anak kesayangan mama,"

"Arsen, happy birthday!"

"Happy birthday bos!"

"Happy birthday bro!"

Lampu kembali menyala bersamaan dengan keempat orang tersebut mengucapkan selamat ulang tahun untuk secara bersamaan. Hal tersebut lantas membuat Arsen tercengang dan mematung ditempatnya, jantungnya seketika berdegup kencang, dia masih bungkam untuk seperkian detik. Hatinya berdesir ketika melihat keempat orang yang sangat dekat dengannya memberikan dia suprise—awalnya Arsen tidak menyadari jika hari ini adalah ulang tahunnya. Dia sendiri bahkan lupa, dia masih tidak menyangka bahwa orang terdekatnya akan memberinya sebuah suprise.

Sorot mata Arsen tiba-tiba jatuh pada seorang gadis cantik. Tatapan menelisik Aileen dari ujung rambut hingga ujung kaki—seolah tengah menilai. Rambut pendek Aileen dibiarkan tergerai indah dengan dress berwarna putih yang terbilang sederhana namun sangat terlihat elegan, wajahnya terlihat sedikit terpoles make-up tipis, membuat kecantikannya semakin bertambah. Dia kini tengah berdiri seraya membawa kue ulang tahun yang di atasnya terdapat dua lilin angka delapan belas yang baru saja dinyalakan.

Arsen terperangah, dia mengerjapkan matanya pelan. Jujur saja, Arsen tidak menyangka bahwa dihari ulang tahunnya—dia melihat penampilan pujaan hatinya terbilang sangat berbeda dengan hari-hari sebelumnya, biasanya Aileen sangat malas jika disuruh berdandan, tetapi kali ini tentu berbeda. Tidak bisa dipungkiri jika Arsen kembali jatuh dalam pesona yang dimiliki Aileen. Pandangan keduanya bertemu—seolah tengah berbicara lewat tatapan mata.

Berikutnya Aileen berjalan mendekat ke arah Arsen yang masih diam mematung dan belum mengucapkan sepatah katapun. Walau saat ini dia tengah menahan untuk tidak bersorak gembira, namun seperti biasanya dia tidak boleh menurunkan gengsinya. Bersamaan dengan itu Dara, Rafis, dan Gilang mendekat juga ke arah Arsen.

Dara langsung menghambur ke pelukan anak lelakinya, kontan Arsen membalas pelukan tersebut. Setelah Dara melepaskan pelukannya, kedua sahabat Arsen lantas melakukan hal serupa secara bergantian. Sebelum ketiganya pergi sesuai dengan perintah yang Dara ucapkan kala Arsen belum turun ke bawah. Untuk saat ini hanya tersisa Arsen dan Aileen saja.

"Sebelum lo tiup lilinnya, lo boleh berdoa dulu," Aileen kembali membuka suaranya, dia berkata dengan lembut.

"Untuk kali ini lo boleh minta satu permintaan sama gue," lanjutnya tanpa memalingkan mukanya dari wajah Arsen yang masih tampan walau sudah tidur.

Smirk Arsen muncul begitu mendengar perkataan yang baru saja Aileen lontarkan. Tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan emasnya dia segera membuka suaranya. "Gue ingin lo jadi pacar gue beneran, bukan bohongan lagi," sahutnya.

"Oke, siapa takut?" Aileen bertanya seraya menaikkan satu alisnya seolah menantang.

Jawaban menantang dari Aileen sangat diluar dugaan Arsen. Arsen kira Aileen akan menolaknya lagi secara mentah-mentah. Namun kali ini berbeda, bahkan Aileen langsung menyetujuinya tanpa berpikir panjang. Bukan tidak senang, justru dia sangat senang. Arsen tersenyum kemenangan. Hal tersebut menandakan jika Aileen sudah jatuh cinta kepadanya. Arsen bangga dengan dirinya sendiri. Dia akui bahwa mendapatkan hati Aileen memang tidak mudah seperti mengembalikan telapak tangannya. Tentu sebelumnya dia harus berkorban dan berjuang tanpa henti barulah Aileen luluh padanya. Walau awalnya terdengar sangat mustahil untuk mendapatkan hati Aileen.

Saat ini Angga yang berdampingan dengan Dara—tengah menyampaikan pidato sambutan di depan podium. Arsen yang akhirnya datang ke pesta yang di adakan oleh keluarga Aileen setelah hari ulang tahunnya berlalu. Dia hanya berdiri bersandar di dinding, menjauh dari kerumunan yang ingin memberikan selamat karena sudah bertemu dengan anak laki-laki sulungnya. Tamu-tamu undangan kian bertambah banyak. Mereka semua berlalu lalang untuk sekedar menjabat tangan dan bersenang-senang ria. Di ujung sana terdapat seorang bertender yang selalu melayani para tamu dengan ramah.

Darel sebenarnya malas datang ke sini karena yang pasti di pesta ini kemungkinan besar ada Alna. Tetapi alasannya untuk datang yaitu dia ingin bertemu dengan Aileen, yang kini sudah menjadi pacar sungguhannya. Alis tebal milik Arsen saling bertautan dan mimik wajahnya pun tampak tak bisa di artikan. Dia kembali menyapu pandang keseluruh isi ruangan itu. Berharap dia menemukan Aileen—sosok yang sedari tadi tengah dia cari-cari. Bukannya menemukan Aileen, justru Arsen menemukan seorang cowok tampan yang umurnya tak jauh darinya, siapa lagi kalau bukan Aldo?

"Lo pasti lagi nyariin adek gue?" Aldo bertanya seraya tersenyum miring.

Arsen berdeham pelan sebelum menyahut, grogi sekali dirinya saat tengah berhadapan dengan Aldo yang nantinya akan menjadi kakak iparnya. "Iya bang, kalo boleh tau Aileen sekarang ada di mana?"

"Aileen masih di atas, mungkin bentar lagi dia turun,"

Aldo tiba-tiba saja menepuk bahu Arsen yang tingginya hampir sama dengannya. "Adek gue keknya udah suka sama lo, jadi lo jangan pernah nyakitin adek gue, atau lo akan berurusan sama gue nantinya," lanjutnya serius.

Arsen tersenyum tipis mendengarnya. "Gue cinta banget sama adek lo, jadi nggak mungkin kalau gue nyakitin adek lo,"

"Gue pegang omongan lo," sahut Aldo sebelum kembali melangkah untuk menghampiri Angga yang masih berdiri di podium.

Berbanding terbalik dengan Aldo, Arsen lantas melangkahkan kakinya lebar untuk menuju meja bar yang di situ juga terdapat bartender cowok yang terlihat masih seumurannya. Dugaannya memang benar, bahwa semua keluarganya di undang di pesta milik Angga. Dara pun tampak menghadiri acara itu, dia tengah berjalan berdampingan dengan papahnya yang bernama Arkan—dia sudah pulang dari luar negeri sejak tadi pagi. Tadi pagi dia berniat untuk menghabiskan waktunya bersama Aileen. Namun Dara menyuruhnya untuk menemaninya untuk datang ke pesta keluarga besar Angga.

Arsen kembali mengamati semua tamu yang berada di dalam pesta. Rata-rata mereka semua datang dengan pasangannya masing-masing. Dia duduk di kursi yang sudah di sajikan tepat di depan bartender dan langsung memesan minuman wine. Aroma wine langsung menyeruak kedalam hidungnya—aroma itu adalah aroma cherry. Arsen meraih wine yang sudah siap dan langsung menyesapnya dengan pelan seraya memejamkan kedua matanya—menikmati rasa wine yang sedikit terasa aneh di lidahnya aromanya. Rasanya seimbangan, ada rasa asam, pahit, sampai manis.

Tiba-tiba saja Arsen terpaku dengan sosok yang dari tadi dia cari, ya dia adalah Aileen. Kenapa malam ini Aileen sangat cantik sekali, huh? Biasanya wajah Aileen yang polos tanpa make-up saja sudah cantik, apa lagi sekarang yang pakai make-up? Ah, Arsen tidak bisa berkata-kata lagi di buatnya. Lagi-lagi Arsen terjatuh dalam pesona Aileen. Kini Aileen tengah mengenakan gaun pendek berwarna putih netral. Sorot mata tajam Arsen tak lepas dari Aileen yang kini sudah menaiki podium. Berbicara di depan orang banyak. Arsen tidak merasa jika dirinya mengembang senyum. Baginya Aileen itu adalah semangatnya.

Telapak tangan kanan Arsen, dia gunakan untuk memutar mutar gelas yang berada di atas meja bar, gelas itu masih tersisa sedikit wine. Arsen meraih gelas itu dan menyesapnya sampai habis tak tersisa lalu dia menyerahkan gelas itu pada bartender untuk meminta minuman wine lagi. Arsen belum merasakan efeknya sama sekali. Arsen menyapu pandangannya ke seluruh ruangan. Dia memandang tajam semua cowok yang tengah memandang Aileen dengan tatapan yang terlihat takjub. Jujur saja dia tak suka melihat pakaian Aileen yang bisa di bilang sedikit terbuka.

"Jangan kebanyakan, entar lo mabuk," Bartender yang meladeninya mulai berkomentar seraya menuangkan minuman wine lagi sampai gelas itu sedikit penuh.

Dia Arsen (END)Where stories live. Discover now