005- Hadirmu

5 0 0
                                    

Kala itu, di tengah kota yang telah lama mempertahankan kemaraunya, kau datang bersama jatuhnya hujan yang menghapus keringnya daratan dalam seketika. Tanpa sempat menyambut mendung, tubuhku lekas di bilas derasnya hujan tanpa segan. Kau duduk di sampingku sembari tersenyum, sementara payung yang kau bawa tak jua kau buka.

Aku menatapmu penuh tanya sementara kau begitu senang menengadahkan tangan bercengkrama dengan hujan. Setelah kemarau panjang, aku jadi bimbang mengartikan pesan hujan. Jika sebagian orang menghindari hujan karena takut genangan setelahnya mengingatkan pada kenangan, apakah aku menjadi bagian lainnya yang menafsirkan hujan sebagai bentuk penghapusan duka atas kemarau panjang yang sempat ku pikir sebagai musim paling menenangkan? Aku sudah hampir lupa bagaimana cara membedakan keduanya. Kau meraih tanganku saat aku masih menatapmu dalam kebingungan.

Kau mengajakku menari saat aku bersiap lari dan bersembunyi. Tanganku masih kau genggam sementara sorot matamu mengajariku cara menikamati hujan tanpa takut kedinginan.

Aku mulai memahami mengapa aku sempat betah berlama-lama di tengah kemarau. Dan mengapa hujan, basah, serta dinginnya menjadi sesuatu yang selalu ingin ku hindari. Sejak hari itu aku jadi tau, bukan kemarau bukan juga hujan yang pada akhirnya mampu membuatku bergeming, tapi karena kamu. Karena hadirmu.

You.Where stories live. Discover now