5. Tahan, Sean.

11.8K 159 1
                                    

“Apa yang udah gue lakuin?” batin Sean. Pria yang memiliki wajah tampan seperti artis-artis Korea itu mengusap wajahnya kasar, menyesali apa yang telah dilakukannya terhadap gadis polos yang tengah tertidur.

Suara ketukan di pintu yang tidak tertutup membuat Sean sedikit tersentak dan menoleh ke sumber suara. Ia begitu panik melihat wanita paruh baya yang tengah membawa dua gelas minuman di atas nampan stenlis, khawatir wanita paruh baya itu melihat apa yang telah dia lakukan terhadap Viona tadi.

Wanita paruh baya itu mengangguk sambil tersenyum ramah, Sean pun membalas senyumannya sebelum wanita paruh baya itu melangkah memasuki ruangan tersebut.

“Udah lama sungguh, ya, Den?” tanya wanita paruh baya yang merupakan ART di rumah ini, sembari meletakkan kedua gelas di atas meja satu-persatu.

“Nggak, Bi. Belum lama kok,” jawab Sean.

“Itu Non Viona kenapa gak dibangunin, Den?”

“Mmm... Bingung mau banguninnya, Bi. Nggak enak takut ganggu tidurnya.”

“Bangunin aja, Sean,” sahut Edward. Pria berusia 40 tahun itu melangkah memasuki ruangan.

Sean hanya tersenyum kikuk menanggapi perintah Edward, karena dia sendiri masih merasa tidak enak. Edward bisa melihat dari reaksi Sean, akhirnya pria yang biasa dipanggil ‘Daddy’ oleh Viona melangkah mendekati Viona dan mengusap pundaknya begitu lembut.

“Mmm... Daddy? Pak Sean udah datang belum?” tanya Viona yang langsung mendongak ke atas dan tidak menyadari guru lesnya yang sudah ada di samping kirinya.

Edward menunjuk Sean dengan gerakan matanya, Viona pun langsung mengikuti arah pandang Daddy-nya itu.

“Loh? Pak Sean udah di sini?” tanya Vio seraya mengucek matanya, Sean menjawab dengan mengangguk.

“Udah dari tadi, Pak? Kenapa Pak Sean nggak bangunin Vio?” tanya Viona lagi.

“Nggak lama kok, saya nggak enak tadi mau bangunin kamu,” jawab Sean.

“Ah, nggak papa, Pak Sean. Maafin Vio ya udah ketiduran.”

“Harusnya saya yang minta maaf karena sudah datang terlambat sampe kamu ketiduran.”

Viona mengulas senyum. “Nggak papa Sean. Wajar kalo Pak Sean datang terlambat, malam ini hujan turun deras banget.”

“Ya udah jangan lama-lama kalian ngobrolnya, buruan mulai, Sean,” titah Edward yang langsung diangguki Sean dan Viona.

“Pak, saya permisi ya,” ucap wanita paruh baya itu pada Edward, Edward pun mengangguk mengiyakan.

Sean mulai mengajari pelajaran matematika yang dibahas 2 hari lalu, di kelas Viona. Kemudian pria itu mengajarkan kembali pada Viona dengan caranya sendiri agar mudah dimengerti oleh gadis polos yang hampir saja tidak naik kelas, karena nilai matematikanya di bawah KKM. Untung saja Edward bisa mengatasi semuanya dengan berjanji akan membuat Viona menjadi lebih baik dan bisa mengejar ketertinggalannya.

Edward hanya duduk memerhatikan bagaimana Sean mengajarkan Viona dengan sabar, Viona pun kali ini mau diajak lebih serius untuk menerima pelajaran walaupun ada sedikit kesulitan untuk memahaminya. Seulas senyum terbit di bibir pria berusia 40 tahun yang memiliki wajah kebule-an itu. Ia melihat kecocokan di antara anak dan gurunya itu, sayangnya Sean sudah memiliki tunangan.

Setelah menjelaskan materi pada Viona, Sean langsung memberi beberapa soal pada gadis itu untuk melatih dan membuktikan bahwa gadis itu sudah mengerti apa yang baru saja dia ajarkan.

Viona mulai mengisi soal. Ia tidak merasa kesulitan seperti dua hari yang lalu saat pertama kali Sean mengajarnya, walau sesekali gadis itu menguap karena sekarang sudah pukul 10 malam.

Pak Guru, Mau Gak Jadi Pacarku?Where stories live. Discover now