3. Terasa sesak

14.7K 188 3
                                    

Hari ini pulang sekolah, Viona dan teman dekatnya yang bernama Nuri sudah berjanjian untuk pergi ke Mall bersama. Sekarang Viona sudah rapih dengan mengenakan dress hitam yang menutupi setengah pahanya, dirangkap jaket jeans snow black kebesaran, rambut yang sengaja dibuat bergelombang dengan mengenakan topi putih, yang selaras dengan sepatu sneakers putihnya.

Viona melangkah sambil melihat-lihat ke kanan dan kiri, mencari keberadaan Edward di rumah ini. Langkahnya terhenti saat melihat Leona ada di dapur sedang berbicara pada asisten di rumah ini. Sampai saat ini, Viona belum bisa menerima Leona menggantikan mendiang Mommy-nya, namun dia harus menghampiri wanita itu untuk menanyakan keberadaan Daddy-nya.

“Vio... Rapih amat. Mau ke mana, Sayang?” tanya Leona yang baru saja menyadari keberadaan Viona.

Bukannya menjawab, Viona malah balik bertanya, “Daddy mana, Mom?”

“Daddy lagi di kolam renang. Ini Mommy juga mau nyamperin Daddy kamu, mau bawain irisan buah-buahan.”

Tanpa mengatakan apapun, Viona langsung melenggang pergi meninggalkan dapur. Sikap Viona yang masih dingin membuat Leona hanya menghela napas panjang. Wanita itu akan berusaha membuat Viona menganggap dirinya seperti Ibu kandung sendiri, sama seperti dirinya yang menganggap Viona seperti anak kandungnya sendiri.

“Ini, Nyonya. Buah-buahannya udah siap,” ujar seorang wanita paruh baya seraya menyerahkan buah-buahan yang sudah diiris kecil-kecil.

“Oke, Bi. Makasih ya,” balas Leona menerima irisan buah di mangkuk yang cantik.

Kemudian Leona melangkah menyusul Viona menuju kolam renang yang ada di belakang rumah. Di sana tampak Viona tengah berdiri di hadapan Edward, gadis itu menengadahkan salah satunya sebagai tanda meminta uang pada pria itu. Hal biasa yang dilakukannya ketika ingin berpergian atau membeli ingin sesuatu.

“Mom....”

Leona mengulas senyum saat Edward telah menyadari keberadaannya. Kemudia ia melangkah menghampiri suami dan anak tirinya itu seraya membawa nampan dengan semangkuk irisan buah-buahan.

“Ini, Mommy bawakan buah-buahan buat teman Daddy di kolam renang,” ucapnya sambil meletakkan nampan yang bisa mengambang, di sisi kolam.

“Makasih, Mom. Mommy perhatian banget sih,” ucap Edward.

“Mom....”

“Ya, Dad.”

“Tolong ambilkan dompet Daddy di kamar, ya.”

Leona mengangguk. Kemudian berlalu meninggalkan mereka dan tak lama kemudian kembali dengan membawa dompet dan langsung menyerahkannya pada Edward.

“Makasih, Mom.” Ucapan Edward langsung dibalas Leona dengan anggukan dan senyuman.

Edward mengeluarkan beberapa lembar uang ratusan ribu pada Viona, seketika itu senyuman terbit di wajah imut gadis itu.

“Thank you, Daddy. Daddy ganteng deh,” ucap Viona kemudian gadis itu mengecup pipi Edward dengan singkat.

“Pulangnya jangan terlalu malam, kalo perlu balik sebelum magrib!” teriak Edward karena Viona sudah berlarian meninggalkannya.

“Siap, Dad!” balas Viona berteriak, tanpa berhenti maupun menoleh ke belakang lebih dulu.

Edward meletakkan dompet di atas kursi santai di samping kolam renang, lalu melangkah mendekati Leona yang masih bergeming di tempatnya. Ia memeluk tubuh sang istri dari belakang dan mencium lehernya, hingga Leona merasa geli.

“Dad, lepas ah! Mommy jadi basah nih,” tukas Leona.

“Karena udah basah, sekalian kita renang aja yuk! Mau kan, Mom?”

Pak Guru, Mau Gak Jadi Pacarku?Where stories live. Discover now