12. punishment

238 71 0
                                    

"Mama please, balikin....."

Sudah tak terhitung kali ini seberapa banyak Caca melontarkan kalimat permohonan itu dihadapan sang Mama yang kali ini tengah ia gelayuti.

Bahkan untuk sekedar menyapu lantai yang biasanya dapat Cantika selesaikan dengan cepat, kali ini terpaksa harus menggunakan tenaga lebih ekstra sebab ulah sang putri.

Sosok Ibu itu sungguh merasa akhir pekan kali ini lebih berat dari biasanya. Dua orang yang begitu ia sayang mendadak jadi hobi mengerecoki pekerjaan rumah yang ia lakukan. Ibarat selesai Juan terbitlah Caca.

Jika tadi Caca yang menonton, kini giliran waktunya Juan. Dokter sekaligus pebisnis itu bahkan lebih fokus pada tingkah Caca yang masih berusaha keras membujuk Cantika ketimbang menyimak meeting virtualnya dari layar digital.

"Mamaku yang cantik ayo dong, Caca mau jajan nih." Sayangnya sosok Mama itu terlanjur tak memperdulikan rengekan Caca,menganggap yang ia lakukan sudah merupakan hukuman setimpal untuk membuat efek jera.

Malahan diam-diam Juan yang goyah dengan bujukan Caca sekalipun itu bukan untuknya. Coba saja Juan diposisi Cantika, pasti tak akan membiarkan anak manis itu sampai terlihat semenyedihkan begini. Juan jadi kasian.

Masalah berawal dari Cantika yang kaget karena melihat pengeluaran Caca yang menurutnya diluar kepala untuk anak remaja seusianya.

Caca bisa membuatnya bangkrut mendadak kalau dibiarkan. Terpaksa Cantika merebut paksa kartu ATM milik Caca sampai gadis berambut pendek itu merengek dan membuntuti kemanapun Cantika pergi, bermaksud mengemis belas kasihan dan sang Mama.

"Mama nggak akan kasih sebelum kamu bisa ngatur pengeluaran dengan baik. Ingat, cari uang itu nggak gampang."

"Tapikan itu uang Caca, terus kalau nggak pegang uang Caca harus apa? Caca gabisa open B.O tau!"

"P.O!" sahut Juan setelah mendengar kata melenceng itu dari mulut Caca untuk kedua kalinya. Sebenarnya Juan itu sedang diabaikan lagi oleh Caca.

Atensi Caca masih tak teralihkan oleh Mamanya yang kembali berlagak tak peduli atas tindakan terhadap gadis muda itu.
Seakan semua telah dibayar kontan, Caca mengabaikan Juan dan Caca diabaikan oleh Cantika.

"Stop! Jangan ganggu Mama, atau Mama hukum kamu," telunjuk Cantika sampai mengacung didepan wajah Caca, tanda sebuah peringatan keras.

"Hukum aja, yang penting Mama balikin kartu Caca! Caca mau main sama Dara ke pantai Ma." Ini salah, harusnya hari ini Caca tidak menantang ancaman Cantika. Tahu-tahu Mama itu sudah menyiapkan rencana setimpal untuk sang putri.

"Mau ke pantai?"

Caca mengangguk antusias, menganggap kalau Dewi Fortuna tengah berpihak padanya. Namun sayang, anggapan hanyalah sebuah anggapan belaka yang berakhir zonk.

"Pergi sama Om Juan." Tanpa komando kedua mata Caca bergerak, bergulir menatap Juan yang untungnya tidak balik menatapnya saat itu. Maka kemudian Caca melanjutkan tatapannya pada mata terang sang Mama.

"O-om Juan? Ke pantai?" Ini tidak terdengar seperti sebuah rencana yang baik.

"Iya. Om Juan, kamu kesana sama dia. Mama lihat kamu nggak akur lagi, ini juga hukuman buat kamu." Ini bukan hanya pernyataan, tapi juga keputusan bulat Cantika.

"No way! Caca nggak mau!" Lagipun bukan tidak akur, Caca memang merasa tak pernah akur dengan Juan, jadi pantaskan kalau dia menolak?

Setidaknya jangan lupakan kalau sebelum-sebelum ini Caca pernah memeluk tubuh bidang pria itu. Dasar Caca.

"Juan, temenin Caca ke pantai ya!?" ucap Cantika agak berteriak. Bola mata Caca sampai membelalak, yang disuruh pergi siapa yang antusias siapa.

"Bisa sayang, sebentar, ya." Jangan pernah berpikir jika Juan akan menolak, hukum alam selalu berlaku, dimana seorang predator tak akan pernah menolak kala diberi mangsa.

Perfect uncle ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang