01

87 10 0
                                    

Halaman Pertama01/04/2022

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Halaman Pertama
01/04/2022

   Serupa bunga tidur di bulan April, aku tak mampu memejamkan mata dalam waktu yang lama. Satu soal yang pasti, hanya Biru yang terlukis setiap malam buta. Di balik awan kelabu, kala aku berlindung di bawah bintang kemintang kala itu, aku bertanya kepada para bintang.

    Apakah Biru mau melihatku?

   Bahkan saat kegelapan tiba, disela-sela meredupnya para bintang, hanya Biru sang Aquila. Aku dan Biru menari di bawah sorot mata sang rembulan, menari dengan apik berteman dengan angin lalu dan rerumputan. Seolah-olah lepas dari ingatan akan lara yang berbekas pada diri masing-masing.

    Di saat segalanya menjadi gelap burs dan bising, semesta mendukungku bertemu muka dengan sang bintang.

.ೃ࿔

Halaman dua
27/05/2010


   "Temani aku ke perpustakaan ya,"

   Tersiar bisikan di telinga dan saat indra penglihat terbuka, suara elok bagai harpa aeolian itu ialah suaramu. Senyum semanis halwa yang senantiasa membuatku candu. Dia, Biru duduk di sampingku, membelai lembut rambutku membuat tertambat hati, terpaut sayang akan engkau.

   "Ke kantin yuk! Kamu yang traktir ya!" Kata Biru tiba-tiba dan berlari usai melihatku terperanjat.

    "Aku lagi nggak bawa uang! Harusnya kamu yang traktir aku!" Aku pun ikut berlari keluar kelas menghampiri Biru.

    Pemuda itu kenapa larinya cepat sekali? Aku lelah payah mengejarnya. Aku pasrah, melihat sepatu sneaker hitam yang sangat ku kenal. Saat menengok ke atas, jantung berdebar bukan karena akibat berlarian barusan. Jarak pandang kami berdua berdekatan, aku bisa melihat indra penglihat yang jauh lebih elok dari pada banyak pernik gelang yang ku pakai.
  
     Biru, laki-laki itu membuatku sekarat saat itu juga.

    "Aku cuma bercanda," Biru menggenggam bahuku, meneruskan perjalanan mengarah ke kantin. Kali ini tak ada adegan wajib seperti yang ada di dalam cerita roman.

    "Ayo aku beliin susu coklat kesukaanmu." Tambahnya seraya mengacak-acak rambutku dan berakhir aku mencubit perutnya.

   Biru meringik kesakitan, kemudian mengacak-acak rambutku seraya tertawa. Hari itu aku sangat-sangat kesal, Biru membuat penampilanku serupa dengan pemulung.

   Kamu harus tahu, di dunia ini hanya Biru yang selalu membuatku tak bisa tidur setiap malam. Dia memperlakukanku bukan seperti teman masa kecilnya, seolah...

Star In 2010 ✔️Where stories live. Discover now