3. Faster Plan

22.7K 808 7
                                    

Cakka bingung apa yang harus dilakukannya. Hari ini dia sendirian di rumah. Oik pergi mengerjakan pekerjaan kelompok di rumah teman kampusnya. Mbok Sanah dan ketiga pembantu lainnya pergi ke supermarket. Mojo pergi ke tempat servis mobil sedangkan tukang kebun tentu saja sibuk dengan kebunnya. Lola terlihat tertawa-tertawa saja dengan permainan baru yang dibelikan Cakka.

Tiba-tiba rasa kantuk menyergap Cakka, diangkatnya Lola dari dalam box-nya tentu saja bersama permainan yang baru Cakka belikan, khusus untuk bayi yang baru 3 bulan seperti Lola. Kemudian menggendong Lola menuju kamarnya dan meletakan di atas springbed Cakka.

Cakka mengambil koleksi fabel dari dalam lemari kecil di dekat springbed-nya itu. Cakka memang gemar mengoleksi buku-buku jenis apapun, termasuk fabel, cerita dongeng, dan lain sebagainya. Dia memang tidak membawa semua koleksinya ke rumah Oik ini. Hanya sebagian yang dia rasa akan berguna, seperti cerita untuk anak-anak punyanya semasa kanak-kanak.

Dibukanya buku tersebut, ada cerita tetang harimau dan gajah, tikus dan untah, laba-laba dan kecoa, dan lain sebagainya. Tapi sepertinya Lola tidak cocok dibacakan cerita semacam ini. Dia mengurungkan niatnya dan membuang buku itu secara sembarangan. Lalu menelungkup di samping Lola, kedua tangannya digunakan untuk menahan dagunya.

“Lola, kamu tahu tidak kenapa Mama kamu menyuruh Papa Cakka nikah sama Mama Oik? Padahal kita kan belum saling mengenal baik, terus ya, kamu mau gitu kalau Papa Cakka sama Mama Oik menggantikan mama dan papamu yang asli?,” Cakka seperti orang gila yang mengobrol pada boneka. Tentu saja Lola seperti boneka, dia tak bisa menjawab Cakka, dia hanya menatap Cakka dengan tatapan paling tidak berdosa sedunia. Sesekali membuka mulutnya, menunjukan gusinya yang tanpa gigi.

Cakka menyentuh pipi Lola, kulit bayinya terasa begitu lembut di kulitnya, “trus ya Lola, nama kamu tuh ingatin Papa sama sebuah novel, tahu tidak Papa Cakka baca novel itu karena...hoaaayeeem,” tiba-tiba Cakka menguap, matanya terasa berat sekali. Tadi malam tugas dia menjaga Lola sampai tertidur dan Lola baru tertidur pukul 03.30, jadinya Cakka tidur jam segitu juga, “Lola, Papa Cakka ngantuk, Papa bobo tidak lama yaaaa...setengah jam aja, jangan nakal, Lola bobo juga kalau bisa, yah,” kata Cakka dan plek... Dirinya langsung tertidur pulas.

...

Hanya beberapa saat sepertinya yang terasa, saat Cakka dibangunkan kembali dengan sebuah teriakan yang membuat dirinya kaget setengah mati dan refleks membuka matanya bergerak.

Sebelum menyadari ada sesuatu yang berat yang jatuh di atas tubuhnya dan membuat dirinya terkulai kembali di atas springbed-nya lagi. Cakka mencium aroma apple di atasnya. Yang ada di atasnya cukup berat, sehingga membuatnya bergerak menukar posisinya menjadi di atas.

Sebuah desahan keluar sebelum sebuah suara, “Cak...ka, berat,”

“Haha,” suara gelak tawa Lola.

Sepertinya dia senang melihat mereka dalam posisi seperti itu.

“Makanya jangan teriak, aku sedang tidur, kamu membangunkanku dari mimpi indah,” kata Cakka masih betah di posisi seperti itu.

“Kamu sih, enakan tidur tidak menjaga Lola, tadi aku baru pulang, cari Lola di kamarnya tidak ada, jadi ku putuskan kemari, tapi apa yang aku lihat, kamu seenaknya tidur dan membiarkan Lola sendirian, dasar Papa yang tidak bertanggung jawab,”

“Aku hanya tidur tidak lama saja, mengistirahatkan mataku, lagi pula aku sudah bilang Lola untuk tidak nakal selama aku tidur,”

“Ck, gila!,”

“Haha,” gelak tawa Lola terdengar lagi dia menatap Cakka dan Oik sambil membuka mulutnya mempertontonkan gusinya diikuti suara-suara tawa.

“Sepertinya Lola senang lihat kita begini,” kata Cakka sambil tersenyum jahil.

BABY PROPOSALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang