2. What a Crazy Life!

29.8K 927 15
                                    

Cakka bolak-balik, dia tak bisa duduk diam saat sedang di sebuah cafe bersama Oik. Lain halnya dengan Oik dia tampak tenang menyesap cappuccino-nya.

“Aduh, aku harus bilang bagaimana yah sama orang tuaku?,” tanya Cakka, “tak mungkin kan tiba-tiba aku datang trus berkata seperti ini Ayah, Bunda, Cakka datang bawa anak dan calon isteri, haaa, it's disaster for me,” lanjut Cakka.

“Kamu bisa duduk tenang? Aku pusing lihat kamu bolak-balik kayak seterikaan seperti itu, kita memikirkan jalan keluarnya bersama dengan tenang, kalau panik tidak akan ada jalan keluar,”

Cakka menatap kursi di hadapannya, kemudian duduk dan langsung menyambar cappuccino yang ada di meja menyesapnya dengan cepat-cepat, lalu kembali meletakannya.

“Kamu punya pacar?,” tanya Cakka tiba-tiba kepada Oik.

Oik dengan tenang menggeleng setelah menyesap cappuccino, “Aku tak punya pacar, memangnya kenapa?,”

“Ya, kalau kamu punya pacar aku mau menghadap sama pacarmu itu,”

“Buat apa?,”

“Buat bilang sesuai dengan wasiat terakhir kakakmu kamu bakal jadi isteriku, jadi kalian harus putus sekarang juga,” kata Cakka.

“Kamu sendiri? Aku tidak mau tiba-tiba ada seorang gadis datang ke rumahku, menjambak-jambak rambutku, memakiku, gara-gara kamu akan menikahiku ehem sesuai dengan wasiat kakakku,”

“Aku tidak punya pacar, kita putus sehari setelah aku menabrak kakakmu,” kata Cakka.

Terdiam sesaat, sebelum...

“Jadi bagaima---,” kata keduanya bersamaan.

Ladies first,” Cakka mempersilahkan Oik bertanya duluan.

Oik menghela napasnya, “Jadi bagaimana selanjutnya? Kamu akan mengatakan hal ini kepada orang tuamu?,”

Cakka nampak berpikir, “Aku tidak akan memberitahu mereka kalau aku harus menjadi ayahnya Lola dan harus menikahimu, mereka akan shock dengan isi proposal itu, orang tuaku pasti tidak akan mengizinkanku menerima hibah itu, dan menikah denganmu tanpa...ehm cinta,”

“Lalu?,”

Cakka kembali memutar otaknya, “Begini saja, aku akan bilang kepada orang tuaku, kalau isi proposalnya adalah aku harus merawat dan menjaga kamu dan Lola, karena kalian tidak punya keluarga lagi, dan kamu tidak mungkin mengurus Lola sendirian,”

“Ada pembantuku,”

“Iya sih, tapi pokoknya begitu saja, nanti antara kamu yang pindah ke rumahku atau aku yang pindah ke rumahmu,”

“Kamu saja yang pindah ke rumahku,”

It's okay, terserah kamu trus sekitar sebulan gitu, baru aku kembali dengan meminta restu kepada orang tuaku, menikahimu, setidaknya dengan alasan aku cinta kamu setelah sebulan, aku rasa mereka akan percaya, baru setelah itu kita urus dokumen-dokumen yang menyatakan bahwa Lola itu anak kita,” kata Cakka.

Oik agak risih mendengar Cakka menyebut “anak kita”. Dia tak bisa membayangkan di usianya yang baru menginjak 20 tahun, dia akan menjadi orang tua karena hibah dari kakaknya itu. Dia tak habis pikir kenapa Sivia memberinya tanggung jawab itu bersama orang yang tidak benar-benar dikenalinya ini. Oik menghela napasnya lalu menghembuskannya lagi sebelum dia mengangguk.

***

“Cakka, duduk,” orang tua Cakka menyuruhnya duduk saat dia menginjakan kaki di ruang keluarganya.

BABY PROPOSALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang