1. The Beginning of Disaster

40.1K 1K 17
                                    

Ponsel Cakka berdering saat melangkah menyusuri halaman kampusnya. Segera ditengoknya layar ponselnya tersebut. Tertera  “Ayah memanggil” Cakka segera menekan tombol hijau pada ponselnya hendak mengangkat panggilan Ayahnya tersebut.

...Hallo...

...Hallo, Cakka cepat ke rumah sakit sekarang...

...Kenapa Yah? Sivia kritis lagi yah?...

...Bukan, dia sudah siuman, kamu cepat kemari...

...Oke, Cakka segera kesana...

Cakka segera mengakhiri sambungannya dan kembali ke M3 miliknya. Dia segera memacu M3-nya itu menuju sebuah rumah sakit yang letaknya tidak begitu jauh dari kampusnya. Dia bergegas menuju ruang intensif rumah sakit tersebut. Di depan ruang intensif, Bundanya Cakka terlihat sedang menunggunya. Cakka segera menghampiri Bundanya itu.

“Cakka,” sapa Bundanya yang nampaknya khawatir.

“Ada apa Bun?,”

“Gawat Kka...ehm, Sivia, itu wanita yang kamu tabrak, sudah siuman, tapi...,” kata-kata Bunda Cakka menggantung.

“Tapi kenapa Bun?,” tanya Cakka sambil mengerutkan alisnya, dalam hati dia khawatir akan apa yang akan Bundanya sampaikan.

“Tapi...dia mau menuntut kamu,” kata Bundanya semakin terlihat panik.

“APA?!,” mata Cakka terbelalak.

“Kamu tenang dulu Kka,”

“Gimana bisa tenang Bun, masa Cakka mau dituntut sih? Padahal Cakka kan sudah bertanggung jawab membiayai rumah sakitnya, Bunda sama Ayah juga sudah menyelesaikannya dengan keluarga Sivia kan? Trus? Dia tidak bisa seenaknya dong menuntut Cakka,”

“Iya makanya kamu tenang dulu, tadi kita sudah menjelaskan pada Sivia, trus dia berterima kasih, tapi dia tetap mau menuntut kamu kalau kamu tidak menerima satu persyaratannya lagi,”

“Persyaratan apa Bun?,”

“Bunda juga tidak tahu, dia mau bicara langsung sama kamu, ayo masuk,” ajak Bunda Cakka.

Merekapun masuk ke dalam ruang intensif tersebut. Di dalam sudah ada Ayahnya Cakka, beserta seorang gadis seumuran Cakka. Itu Oik, adiknya Sivia, wanita yang di tabrak Cakka. Oik mewakili keluarga Sivia, dan Oik adalah satu-satunya keluarga Sivia. Dua bulan lalu mereka baru kehilangan kedua orang tua mereka dan suami Sivia dalam sebuah kecelakaan, waktu mereka akan menjalankan bisnis di luar kota. Sivia dan Oik waktu itu tidak ikut makanya mereka bisa lolos dari maut. Cakka mendekat ke arah mereka, tampak Sivia masih dengan alat bantu pernapasan. Dia terlihat lemah, tapi dia membuka matanya tanda dia sadar, sesekali mengerjapkan matanya.

“Oik... Lola mana?,” tanya Sivia dengan suara lemah.

“Di rumah kak...aku titip sama Mbok Sanah...aku kan tak mungkin bawa Lola kemari kak, kakak kangen yah sama Lola?,” Sivia mengangguk perlahan bulir air matanya jatuh membasahi pipinya.

Cakka agak bingung dengan yang terjadi di hadapannya. Dia berbisik dan bertanya pada Bundanya.

“Bun... Lola itu siapa sih? Bukannya keluarganya Sivia tertinggal Oik yah?,”

“Tadi Bunda sempat ngobrol sama Oik, ternyata Sivia itu punya anak yang baru berusia tiga bulan, nah Lola itu anaknya,”

“Oh,” Cakka mengangguk-angguk.

“Orang yang nabrak aku sudah datang Ik?,” tanya Sivia.

Oik menatap Cakka, Cakka agak mendekat dengan takut-takut diiringi anggukan Oik.

BABY PROPOSALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang