Hujan Ke_36

128K 10.8K 420
                                    

YUK SUPPORT 1K FOLLOWER

Yang belum follow,
Follow dulu ya gaiss

Sebelum baca jangan lupa vote
dan ramaikan kolom komentar.

Paling tidak hargailah para Author dengan memberi tanda bintang 🥰

Happy reading

*
*
*
*
*

Ntah menjadi apa dan siapa dirimu
Namun aku tahu kamu mencintaiku
Kamu tak harus mengatakannya
Karna aku tau, ada cinta dimata sendu itu

"Launa Felicia"

"Launa Felicia"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

* * * * *

Airmata demi airmata seolah-olah tak pernah hengkang dari putaran hari gadis itu. Launa yang dulunya hanya gadis periang biasa, kini di tuntut untuk menjadi sosok yang kuat untuk lelaki yang ia cintai.

Terkadang Launa kembali berpikir, apakah pilihannya satu tahun silam, menempatkan Karang dalam sudut hati terdalam, adalah pilihan yang tepat? Nyatanya Lelaki tampan yang nyaris sempurna itu, membawa segudang luka dan getirnya kehidupan. Ia hanyalah seorang pangeran dalam istana megah dengan mahkota berkarat tak terurus.

Dalam istana penuh sayatan itu, ia terkungkung sendiri, berjuang sendiri, berenang dalam airmata seorang diri. Meski rasa sakitnya begitu jelas, namun mereka tak sedikit pun merasa iba. Mereka malah semakin menabur garam dalam luka di hatinya.

Launa terseok, gadis periang itu kini hampir menyerah. Semakin ia menyelam terlalu dalam, riak gelombang itu memang hilang, namun berganti dengan kegelapan yang membuat ia tak mampu bernafas dengan layak.

"Rang... Haruskah aku menyerah dan kembali ke diriku yang dulu? Aku hanya ingin menjadi gadis biasa, yang mempunyai cinta biasa, dari seorang lelaki biasa," lirihnya.

Masih di dalam mobil sedan hitam yang ia ambil dari Asep, Launa memandang Karang yang masih tertidur lelap dalam sosok Banu sangkala.

Gadis itu menghela nafas panjang, membuang segala resah dan sesak yang memenuhi setiap rongga di dada, "Launa, kamu bisa! Ini nggak seberapa! Kamu gadis yang kuat. Kamu gadis yang hebat!" Launa berusaha menguatkan diri. Meremas gagang setir yang ada di depan mata. Ia seakan-akan sedang mengumpulkan ketabahan dan kekuatan untuk kembali menjadi payung hati untuk hujan yang kian deras menghempas bumi.

"Nu... Bangun," ucapnya lembut sembari mengusap pucuk kepala Karang yang mulai membuka mata.

"Where're we?"

Aku Tak Membenci Hujan [ TERBIT ]Where stories live. Discover now