Hujan Ke_4

267K 20.1K 1.4K
                                    

YANG BELUM FOLLOW
CUSSS DI FOLLOW DULU

Sebelum baca jangan lupa vote
dan ramaikan kolom komentar ya.

Jangan jadi silence riders
Atau jadi tuyul yang datang ngendap-ngendap
Satu vote dan comment kamu sangat berarti

Jadi mohon hargai karya kami
Dengan memencel tanda bintang
Dan memberi krisar.

happy reading

*
*
*
*
*

Hujan tak pernah tau
Untuk apa dia jatuh
Tetapi airmata selalu tau
Untuk siapa dia jatuh

Hujan tak pernah tauUntuk apa dia jatuhTetapi airmata selalu tauUntuk siapa dia jatuh

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

* * * * *

Sore itu di rumah keluarga Damaris tampak lengang seperti biasa. Rumah besar tersebut terlihat sangat luas dengan sepasang suami istri, dua orang anak, dua ART, satu tukang kebun, dan seorang satpam.

Sebenarnya keluarga ini mempunyai seorang anak lelaki yang meninggal dunia akibat sebuah kecelakaan. Anak tersebut bernama Levan Fernando Damaris. Ia bukanlah anak laki-laki biasa pada umumnya. Ia adalah anak lelaki berkebutuhan khusus dan mengidap epilepsi.

Tak ada yang menyangka jika hari itu adalah hari terakhir mereka bersama Levan. Levan terlepas dari pandangan Laura yang kala itu bertugas menjaga sang kakak bermain di halaman depan.

Levan yang saat itu sedang asyik bermain dengan kucing peliharaan mereka Berry, tiba-tiba saja berlari mengejar Berry yang berlari ke arah jalan raya. Naas bagi Levan, seorang pengendara motor menghantam tubuhnya hingga terpental sejauh tiga meter. Anak lelaki berusia tiga belas tahun tersebut tak tertolong. Levan menghembuskan nafas terakhir setelah mendapat perawatan intensif selama dua hari di rumah sakit.



*****

Pukul 17.00 bel rumah Launa berbunyi. Mengetahui identitas tamu yang datang, gadis itu bergegas berlari menuju pintu depan, "Kalian nggak masuk dulu?!" ajak Launa sembari berteriak dari depan pintu.

"Nggak usah! Kita nunggu di sini aja!" balas Thalia dengan terikan pula.

"Udah sore nih, kita langsung cus aja ke lokasi!" Sambung Gladis yang duduk di kursi pengemudi.

"Ok deh. Tunggu bentar ya. Gue pamitan dulu, sekalian ambil tas gue!"

"Cepetan! Jangan ngaret. Nanti yang lain capek nungguin kita!"

"Siap Bu Menteri..!!" Launa bergegas masuk kembali ke dalam rumah. Sedangkan Gladis dan Thalia memutuskan untuk menunggu di luar. Mereka takut terlena dengan obrolan sampai lupa waktu jika mengiyakan ajakan Launa untuk masuk.

Aku Tak Membenci Hujan [ TERBIT ]Where stories live. Discover now