Oliver, ada apa?

450 57 4
                                    

Yena sedikit cemas, kemudian ia menyuruh Arian untuk mendekat kepadanya

"Kenapa?" Tanya Yena saat Arian sudah duduk di ujung kasurnya

Kemudian Arian menangis pelan sambil memegang dada nya, bibirnya melengkung ke bawah dengan mata yang mengeluarkan air, dada nya terus diremat

"Arian, kamu kenapa?" Ucapan Yena melembut, ia menarik Arian untuk lebih dekat dan memeluknya

"Hiks... Hiks, kak, Yena... Hiks" Isaknya

"Dada... Aku. Sakit" Arian semakin mengeratkan pelukannya kepada Yena, Yena beralih mengelus dada Arian pelan, bertujuan agar mengurangi rasa sakit Arian

Bertepatan dengan itu, para pelayan masuk ke kamar Yena, karna keadaan pintu yang terbuka lebar, mereka bisa dengan jelas melihat kedekatan Arian dan Yena.

Yena yang melihat para pelayannya sedang bengong itu langsung memberi instruksi

"Taruh di meja dua dua nya, kalian nggak perlu mengantarkannya ke ruangan Arian" Awalnya memang Yena menyuruh para pelayan agar mengantarkan satu makanan ke kamarnya kemudian ke kamar Arian, namun karna Arian ada disini, ia memikirkan untuk makan malam bersama Arian saja

Setelah para pelayan keluar, Yena langsung mengendurkan pelukannya, menangkup pipi Arian dan menatap matanya

"Kamu kenapa Arian?" Tanya nya lembut, kejadian Arian yang 'sakit di dada nya pernah di rengekkan Arian saat memasuki ruang uks, tapi tidak sampai menangis seperti ini. Ada apa sebenarnya?

"Sakit kak" Arian hanya melekungkan bibirnya ke bawah, alisnya mengerut. Yena melepaskan pelukannya pada Arian kemudian mengambil air hangat dan obat yang berada di meja. Ia selalu stok obat apapun itu

Yena membantu Arian meminum obat dengan pelan pelan, rasa sakit Arian katanya sudah mulai hilang, Arian sangat berterima kasih kepada Yena

"Makan yuk" Ajak Yena, kemudian mereka beralih duduk di tempat makanannya berada, mendempetkan kursi dan Yena memulai makannya

Arian masih menatap Yena dengan pipi yang memerah, kepalanya ia tundukkan. Yena yang menyadari itu menolehkan kepalanya pada Arian

"Kenapa nggak mau makan?" Tanya Yena

"Suapin..." Pinta Arian, ia mendongakkan kepalanya kemudian menatap Yena memelas

Yena memekik gemas, kemudian mengelus rambut Arian. Jadi, sudah mulai manja, ya?

Yena menyuapi Arian sesekali melahap makanannya sendiri, makanan dua piring tadi seketika habis tanpa sadar, mereka sangat lahap

Arian terus mengunyah dengan pipinya yang merah, di suapi dengan pipi yang masih memerah. Arian tidak bisa... Malu

"Selesai" Ucap Yena sambil membereskan piring piringnya, ia mengangkat air kemudian dia sodorkan ke Arian yang di terima dengan antusias

"Mau main sama Oliver?" Entah pikiran dari mana, Yena tiba tiba mengajak Arian untuk bermain dengan kucing yang mereka temukan tadi

"Mau" Angguk Arian semangat, ia mendahului Yena berjalan dengan menarik tangan Yena pelan

Mereka menuruni tangga dengan hati hati, saat sampai di bawah, Yena bertanya kepada pelayan yang sedang duduk mengobrol santai, mungkin pekerjaan mereka sudah selesai

"Dimana kalian menyimpan Oliver?" Tanya Yena yang mengejutkan para pelayan

"Di sana nona" Salah satu pelayan menunjukkan tempat di mana tempat Oliver

"Kami sudah memberinya makan, nona" Ucap pelayan lain yang dibalas anggukkan oleh Yena

"Kalian bisa ke paviliun jika pekerjaan kalian sudah tuntas semua, daripada terus duduk lebih baik tidur" Ucap Yena sebelum berjalan ke tempat Oliver berada. Para pelayan mengangguk hormat

Yena dan Arian berjalan menuju Oliver, kemudian Yena menggendong kucing lucu itu dan membawanya ke atas

Mereka berdua memasuki kamar Yena dan bermain main di atas karpet lantai, sesekali Oliver mengeong lucu, membuat mereka berdua gemas

"Hahaha Oliver wajahnya kok gitu sih, lucu banget" Tawa Arian saat melihat wajah Oliver yang seperti sedang marah, mereka tadi mengangkat Oliver tinggi kemudian di lepaskan seakan Oliver melayang, padahal hanya di naik turunkan oleh Yena

"Aduh udah, kasian nih Olivernya" Kemudian mereka mengelus kepala Oliver sambil tertawa

Tanpa sengaja, kening mereka bertabrakan, mereka bertukar pandang. Arian terus menatap mata Yena diam dengan pipi yang memerah, ah.. Itu membuat Yena gemas

Cukup lama mereka saling tatap, tiba tiba Yena mencium pipi Arian sekilas. Ia suka melihat wajah malu Arian

'Miawww' Gelegar Oliver yang di abaikan oleh dua manusia ini. Membuat keduanya menoleh

"Ada apa Oliver?" Tanya Yena yang tentu tidak akan di jawab oleh kucing itu

Kemudian Yena tertawa pelan menatap Arian yang tengah menggendong Oliver, tapi Oliver meronta dan mengeong seakan marah

"Huh? Apakah Oliver marah?" Kesal Arian yang terlihat gemas di mata Yena. Kemudian Yena mengambil alih Oliver dan mencubit pipi Arian pelan

"Oliver tidak suka denganmu!" Ejek Yena yang kemudian ia menciumi kucing bernama Oliver itu

"Kok begitu?" Marah Arian

Si kucing terus mengeong seakan mengejek Arian, membuat Arian melipatkan wajahnya

Yena terus terkekeh pelan, Arian sangat lucu... Yena ingin menggigit pipi Arian, sangat gemas

"Kalian!" Sentak seorang yang tiba tiba berada di depan pintu

"Jangan berbuat yang tidak tidak di kerajaan ya! Kalau mau di nikahkan bilang!" Ayah Yena melipatkan tangannya dan berpose marah, padahal sebenarnya ia senang karna dipikirannya mereka mau untuk di jodohkan

"Ayah! Kita itu cuma main" Sungut Yena, sedangkan Arian yang di sebelahnya hanya tertunduk malu, seperti tertangkap sedang berbuat mesum saja!

"Sudah malam, lebih baik kalian tidur"

"Iya om, Arian izin ke kamar" Arian beranjak

"Loh? Kenapa nggak tidur disini saja?" Goda ayah Yena

"AYAHH" Teriak Yena, ia tidak bisa memikirkan bagaimana malunya Arian. Sebenarnya, dia juga malu sih...

Arian reflek berlari untuk menuju kamarnya, ia memegang dadanya erat. Tidak, kali ini bukan sakit, tapi deg deg an!

Arian menjatuhkan dirinya ke ranjang, ia menutup wajahnya dan berteriak tanpa suara

"Tadi... Kak Yena deket banget sama aku"

"Kita mau di nikahkan? Aaaa"

"Kak Yena... Aku menyukaimuuuu"

Arian sudah salah tingkah berat..

Reverse Harem: Treasure Boy's Where stories live. Discover now