Respati takdir

0 0 0
                                    

Apa benar, jika seorang sastrawan ataupun seniman jika jatuh cinta, sosok tersebut abadi dalam karya?

Bagi sebagian itu benar, tetapi bagi sebagian hanya mengabadikan dendam atas sosok tersebut. Namun untuk persoalanku tentu benar adanya, karena demikian juga.

Temanku—Angeles pernah berkata, jika heran sebab selalu melukis gambar yang sama—seorang pria.

Dia selalu menebak-nebak hubunganku dengan pria itu. Sampai suatu ketika, ada seorang seniman yang ingin membeli lukisan itu; seniman terkenal.

Akan tetapi, aku tidak memberikannya sebab sangat berharga. Disamping itu, untuk melukis sosok itu pun sebelumnya penuh perjuangan; mendebarkan rasa saat menatap mata itu.

Anda tahu? Untuk pemerah bibir itu kuwarnai dengan darah; menusuk ujung jari. Lantas, bagaimana mungkin aku mampu menjual lukisan itu?

Sosok itu adalah suamiku—Fino; pemain biola. Kami bertemu saat pameran seni dan dari pertama sudah membuat esensi gejolak rasa.

Dia terkejut saat tahu wajah dan nama dia terabadikan dalam karya. Oh, sungguh indah bila kurasa.

Semakin indah lagi saat kami tampil bersama. Dengan iringan alunan biola romantis milik dia, aku berhasil melukiskan kehidupan kami dengan sempurna. Dan tepuk tangan penonton menjadi akhir dari bayanganku.

Cerpen Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu