06 - Tidak Beres dan Menghawatirkan

353 89 6
                                    

Happy reading
...

Jika dulu Bunda Wendy dibuat pusing karena kelakuan Haikal yang suka ngebolang dan baru izin jika sudah sampai tepat tujuan, sekarang Bunda Wendy bisa dibuat sakit kepala karena kelakuan bungsu yang hampir seperti Haikal. Wawan izin pergi camping bersama teman-temannya besok pagi mumpung belum full pembelajaran sekolah.

"Temen-temen yang kamu maksud itu siapa aja, Dek?" Tanya Bunda Wendy seraya mengetik sesuatu di laptop hitam yang dipangkunya.

"Ada Jeffrey, Tono, Bang Ucup, Bang Aji terus masih banyak lagi kok. Tenang aja bunda, kita udah temenan dari lama kok. Malah sebelum jadi anak angkatnya bunda, aku udah Deket sama mereka kok. Heheheh...." terdengar suara Wawan yang terkekeh setelah membujuk minta izin.

"Tapi kok baru bilang sih, dedek?! Pengen banget nih kayaknya bunda omelin kayak mas Haikal dulu." Lelah Bunda Wendy. Jangan ada Haikal versi 2 untuk sekarang. Bunda tidak mampu.

"Jadi .... Boleh, 'kan?" Tanya Wawan sekali lagi dari seberang telepon dengan sedikit ragu.

Bunda Wendy menghentikan aktivitasnya sejenak, lalu menatap Wawan serius dan berkata, "Terus salah satu abangmu ada yang menawarkan diri buat ikut nggak? Kak Juna? Bang Shaka? Atau mungkin Aa' Nanda gitu?"

Wawan menggeleng. "Nggak ada, Bun."

"Terus rencananya kalian mau liburan kemana terus berapa hari?"

"Deket kok, ke hutan yang pernah dikunjungi Mas Haikal kemarin. Mungkin 2 ha--ri?" Jawab Wawan tak yakin.

Bunda Wendy menghela napas panjang. Kata Wawan memang 2 hari, tapi berdasarkan pengalaman Haikal dulu, paling tidak memakan waktu 3-4 hari lah. Namun, semua tergantung jarak dan medan jalan.

Jujur, sebenarnya Bunda Wendy berat untuk memberikan izin pada Wawan. Banyak kemungkinan jelek yang berseliweran di benaknya. Terlebih lagi agenda Wawan besok merupakan agenda perdananya ngebolang di hutan tanpa didampingi Haikal.

"Jangan-jangan kayak Mas Haikal lagi... Bilang ijinnya 3 hari aja malah bablas seminggu baru balik."

"Jangan gitu dong bunda, yuk bisa yuk positif thinking sama dedek." Woah lihatlah si bontot kini tengah berusaha membujuk wanita kesayangan keluarga Bapak Adimas.

Sementara bunda sendiri mau mengiyakan, tapi perasaannya tak enak. Sedangkan di sisi lain hatinya mau melarang, tapi anak bontotnya tampak sudah lama menantikan agenda besok.

"Oke. Bunda kasih izin, tapi kamu harus patuhi satu hal." Bunda Wendy meletakkan laptopnya di meja, lalu memfokuskan atensinya pada Wawan.

"Jangan terima barang, makanan atau apapun yang mencurigakan dari orang asing dan jangan berulah di tanah yang kamu pijak," ujar Bunda Wendy serius.

Wawan mengangguk. "Iya, bunda."

Selepas mendapat izin dan nasihat dari Bunda Wendy, Wawan pamit undur diri karena ingin menyiapkan perlengkapan untuk esok.

Sementara itu, Bunda Wendy kembali melanjutkan aktivitasnya yang sempat tertunda. Namun, sayang seribu sayang dirinya tak bisa fokus. Yang ada dipikirannya hanya Wawan, Wawan, dan Wawan. Bukannya plong setelah memberi izin, kini dirinya malah tambah gelisah.

Apakah keputusan untuk memberikan izin pergi pada Wawan merupakan keputusan yang tepat?

Drrttt! Drrttt! Drrttt!

Bunda Wendy mengalihkan pandangannya ke meja begitu ponsel pintar miliknya bergetar. Keningnya mengernyit heran begitu mengetahui siapa yang menelepon. Kak Leo.

"Halo, Wen. Kamu dimana?"

"Di rumah, emang kenapa kak?"

"Anak kembarku berulah lagi, Wen. Reza sama Azka nggak ada di rumah. Kata Ayu, Reza sama Azka pergi ke rumahmu. Mereka udah sampe atau belum, Wen?"

Felicity | TreasureWhere stories live. Discover now