( bagian 23 ) Jeritan rinai kelabu

1.9K 424 183
                                    


" Please just stay by my side, please remain here, 

Don't let go of my hand as you're holding it in yours

If this takes you a step further away from me,

All i have to do is take a step closer, isn't it?"

Recommendation song: Hug me by Jung Joon Il


---


Arjuna menyingkirkan beberapa kelopak bunga Lily putih yang sedikit rusak, mungkin karena terpaan angin pada saat ia mengendarai motornya barusan. Lagipula itu juga salahnya, yang merealisasikan sekelebat pikiran random nya dengan membawa beberapa tangkai bunga lily namun dengan mengendarai motor. 

Aji: Aya nangis, abis ngobrol sama Bunda

Aji: Jagain dia dong, gue mau pergi

Dua pesan yang ia terima, namun pikirnya hanya terpaku pada dua kata pertama yang langsung membuatnya tancap gas. Tanpa memperdulikan kelabunya langit sore yang mulai bergemuruh kecil, menyampaikan bisikan bahwa rinai akan kembali turun membasahi. Menyapu sisa memori yang sempat tertinggal dalam kenang, membawa nuansa dingin memeluk setiap insan yang tengah di rundung pilu. 

Jika sudah menyangkut dengan Bunda Dian, Arjuna sudah tahu sedalam apa gadisnya saat ini terjatuh. Pertemuan antara mereka mungkin masih bisa dihitung dengan jari, namun Arjuna sudah dapat melihat setinggi apa gengsi yang berdiri. Netra wanita paruh baya itu akan terus menghindar dari tatapnya setiap kali nama Aya tersebut, bahkan untuk menjelaskan penyesalannya terhadap putrinya tersebut Arjuna harus menunggu dalam sunyi selama hampir dua puluh menit.

"Aya?" panggil Arjuna diiringi ketukan pada pintu rumah, tak ada sautan apapun bahkan rumahnya saat ini terasa seperti tak berpenghuni. 

Bunga lily putih yang dibawanya ia letakan disebelah pintu, bunga yang Arjuna bawa dari rumah Kakek berharap bisa sedikit membawakan kebahagiaan pada Aya. Mengingat beberapa hari yang lalu gadis itu cukup banyak tersenyum ketika ia memberikan bunga yang sama, bedanya bunga kemarin berasal dari cafe Levi bukan rumah Kakek.

Langkah Arjuna bergerak ke sebelah kanan rumah, melewati beberapa pot tanaman hingga menemukan celah seperti gang kecil yang muat untuk satu orang. Jalannya ditumbuhi rumput setinggi mata kaki, sedikit menyisakan tetes air pada kakinya sebab rintik hujan mulai turun walau belum mampu membuatnya kuyup.

Jendela lantai dua nampak terbuka, ditandai dengan hordeng dari dalam yang berkibar sedikit keluar. Arjuna menajamkan pendengaran dan sepertinya Aya memang benar menangis, isaknya sedikit terdengar sampai tempatnya berdiri.

Arjuna berjongkok, melepaskan sepatu yang ia kenakan serta menggulung lengan bajunya sampai siku. Rintik hujan semakin turun dalam jumlah banyak, tangannya terulur mengelap sedikit wajahnya yang basah karena air hujan. Langkahnya mundur sedikit dan memasang ancang-ancang, membuat strategi antara sepatu dengan jendela kamar Aya.

Setelah perhitungan kecil yang ia lakukan, Arjuna melayangkan sepatu sebelah kanan dan untungnya tepat sasaran. Membuat suara debuman yang lumayan kencang disusul dengan pekikan Aya yang sepertinya terkejut dengan kedatangan sepatunya.

[1] 𝘴𝘦𝘬𝘢𝘵.𝘢 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang